Mohon tunggu...
Ulil Wanda Irianti
Ulil Wanda Irianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa program studi kesehatan masyarakat yang tertarik mengenai pembahasan isu kesehatan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Paparan Timbal pada Anak : Risiko Kesehatan yang Tak Terlihat

11 Desember 2024   21:05 Diperbarui: 11 Desember 2024   21:05 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kita seringkali menganggap rumah sebagai tempat yang aman bagi anak-anak. Namun, tahukah Kalian bahwa di dalam rumah kita sendiri, terdapat ancaman yang dapat membahayakan tumbuh kembang si kecil? Salah satunya adalah paparan timbal. Lebih dari setengah dari semua rumah di Indonesia cat yang digunakan telah tercemar oleh timbal. 

Secara global, keracunan timbal diperkirakan berdampak terhadap satu dari tiga (atau 800 juta) anak-anak. Di Indonesia, diperkirakan lebih dari 8 juta anak memiliki kadar timbal dalam darah di atas 5 mikrogram per desiliter (g/dL). Termasuk dalam kadar timbal yang membutuhkan tindakan. 

Apa itu Timbal?

Timbal atau timah hitam merupakan logam berat yang sangat beracun yang dapat terbentuk secara alami di alam.  Meskipun penggunaannya dalam berbagai produk telah dibatasi, namun paparan timbal pada anak-anak masih menjadi masalah serius. Timbal diketahui dapat menyebabkan berbagai dampak akut dan kronis termasuk kehilangan selera makan, sembelit, penurunan IQ, masalah perilaku, masalah pendengaran dan keseimbangan, anemia, retardasi pertumbuhan, tertundanya kematangan seksual, meningkatnya karies (pembusukan) gigi, penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit ginjal, kejang, koma, dan bahkan kematian

Sumber-Sumber Keracunan Timbal di Indonesia?

Sumber timbal yang berisiko tersentuh oleh anak terdapat pada cat warna cerah yang banyak digunakan di fasilitas pendidikan, tempat penitipan anak, taman bermain, dan taman-taman kota. 73 persen cat dekoratif yang dijual di Indonesia memiliki kandungan timbal di atas batas aman 90 ppm (bagian per juta). Hanya 27 persen sampel yang memiliki konsentrasi di bawah 90 ppm. Regulasi-regulasi yang ada di Indonesia saat ini untuk membatasi kandungan timbal pada cat masih bersifat sukarela dan tidak wajib. Bahkan beberapa cat yang memiliki kadar timbal yang tinggi saat proses pengujian, dipasarkan dan diberi label bebas timbal.

Mengapa Paparan Timbal Lebih Rentan pada Anak?

Paparan timbal ini lebih rentan pada anak-anak ketimbang orang dewasa. Anak-anak menyerap 4-5 kali lebih banyak timbal yang masuk ke dalam tubuh. Anak kecil bahkan kerap memasukkan tangan ke mulut dan melakukan aktivitas dekat dengan lantai sehingga peluang mereka menelan timbal dari tanah dan debu lebih tinggi. Pada tingkat paparan yang sama, bahkan kerusakan otak pada anak akan lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Hal ini dikarenakan otak anak-anak berkembang paling cepat selama tahun-tahun awal kehidupannya, ketika batas darah-otak belum sepenuhnya berkembang. Secara singkat, keracunan timbal akan menghambat anak-anak mewujudkan potensi penuh mereka, serta mempengaruhi mereka selama hidupnya.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Tentunya kita tidak bisa tinggal diam saja dengan efek dari racun timbal. Untuk melindungi potensi setiap anak dengan mengurangi keracunan timbal tentunya terdapat berbagai aksi. Seperti lebih berhati-hati dan selektif dalam mencari cat tanpa timbal serta hindari limbah timbal dari jangkauan anak (misalnya baterai). 

Keracunan timbal merupakan permasalahan yang serius dan terus berkembang di Indonesia. Masalah ini berbahaya khususnya bagi anak-anak karena merekalah yang paling rentan terhadap dampak berbahaya dari paparan timbal. Sumber utama keracunan  timbal di Indonesia adalah baterai timbal-asam dan cat. Namun, melalui peraturan yang tepat, keahlian teknis, mekanisme ekonomi, serta upaya kesehatan dan pendidikan masyarakat maka risiko keracunan timbal pada anak-anak dan orang dewasa dapat dikurangi. Banyak negara yang berhasil mengurangi risiko keracunan timbal. Bukan tidak mungkin Indonesia memiliki peluang yang serupa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun