Mohon tunggu...
Ulil Lala
Ulil Lala Mohon Tunggu... Administrasi - Deus Providebit - dreaming, working, praying

Bukan penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Hidup dengan Belajar dari Sebatang Pensil

23 Februari 2021   10:05 Diperbarui: 23 Februari 2021   10:47 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penampilan itu penting dan perlu, namun esensi utama manusia adalah pada jiwa, pikiran dan hatinya. Cerminan dari jiwa, pikiran dan hati yang baik tentu akan terpantul jelas dalam perilaku keseharian, hasil karya yang membawa manfaat kepada banyak orang. Dengan demikian keindahan alami akan muncul dari dalam dan inilah inner beauty yang membuat seorang berpenampilan sederhana tetap terlihat menarik.

Tulisan pensil akan meninggalkan goresan pada lembaran kertas.

Hapuslah sebaris kata atau lukisan pensil diatas kertas, terkadang akan terlihat bekas samar yang tertinggal di atas kertas tersebut. Ada kalanya sebuah garis melengkung yang halus atau garis lurus yang tajam dan dalam. Seringkali bekas goresan yang tajam itu bahkan tidak bisa dihilangkan sama sekali.

Setiap kita punya sejarah, menjalani kehidupan panjang dengan berbagai peristiwa yang akan menjadi jejak sejarah untuk kita kelak saat kita tua atau ketika sudah meninggal. 

Sekiranya jejak-jejak tersebut adalah hal yang baik dan bermanfaat bagi banyak orang atau keluarga, tentu akan dikenang dengan senyuman. Namun bila jejak-jejak tersebut kurang baik, bagaimanapun masa lalu tidak akan bisa diubah. Untuk itu selama masih diberikan kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik, manfaatkanlah kesempatan itu.

Itulah lima hal positif yang bisa dipetik dari sebuah pensil. Saat ini bila ada pensil dihadapan kita, kira-kira pelajaran  mana yang perlu ditingkatkan dan hal apa yang perlu dihilangkan dan apakah siap untuk melepaskan segala sesuatu yang buruk dalam proses penajaman? 

Bisakah menghapus hal-hal yang kurang benar lalu memperbaikinya? Pengalaman hidup yang bagaimana yang ingin kita tinggalkan untuk generasi selanjutnya? Masa prapaskah, merupakan masa retret agung untuk melakukan pertobatan, refleksi dan menyangkal diri. 

Tulisan ini merupakan hasil resume dari kegiatan rekoleksi dan terima kasih kepada RD. Gading J. Sianipar, SCJ

Ucapan terima kasih juga kepada bu Tince sudah jadi model untuk foto ilustrasinya.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun