Modal itu kan tak hanya uang, tapi bisa jadi alat atau spirit untuk melakukan sesuatu dari dalam hati, kesempatan atau waktu yang mendukung dan akan lebih mantep jika ada dana yang mendukung.Â
Ada hobi yang tak pernah lekang di tiap waktu dan suasana, tak mandang tempat dan umur. Mendengarkan musik. Ini seperti rutinitas klasik yang dilakukan oleh setiap orang. Saya pikir meski mendengarkan musik modal yang diperlukan tak begitu signifikan. Kalo dulu semasa kecil untuk mendengarkan musik saya harus beli baterai supaya radio bisa bunyi, sekarang harus beli kuota supaya bisa download lagu.
Mendengarkan musik menjadi hobi pertama yang saya kenali, karena dalam keseharian saya tak pernah lepas dari radio. Bahkan saat merantau pun, radio yang pertama kali saya beli dari pada televisi dan saya rasa hobi yang satu ini belum pernah gagal hingga saat ini. Tak terasa 20 tahun saya bisa hidup tanpa televisi, tapi akan sangat menggelisahkan bila sehari tak dengar radio.
Kalo hobi menulis ini, saya hanya hanya terkendala waktu, apalagi kalau nulis untuk kompasiana tak bisa hanya sekedar menulis saja. Harus baca juga, karena banyak hal positif yang bisa saya dapat di blog ini.
Hobi selanjutnya yang benar-benar butuh modal adalah kuliner dan masak. Saya seneng banget kalau sudah di dapur. Mencoba resep baru, eksperimen menu yang lagi hit maupun sekedar masak karena butuh makan. Jujur saja, hobi yang satu ini membutuhkan banyak modal uang, tenaga dan waktu. Walaupun hasilnya dimakan sendiri dan dibagi-bagi, akan terasa "tekor" saat yang dimasak gagal total.Â
Mencoba masakan dengan bahan dasar yang memang sudah mahal, tenaga untuk menyiapkan, prosesnya dan penyelesaian yang dilakukan sendiri, sangat menyita waktu dan tenaga juga rupiah. Biasanya yang dikurangi waktu istirahat di rumah. Â
Lain halnya dengan hobi kuliner. Tak perlu ditanya, hobi yang satu ini jelas-jelas butuh modal dong. Dengan budget terbatas, tapi ingin makan yang mahal karena belum pernah, dengan dalih sekali seumur hidup cukuplah. Biasanya nabung dulu atau menunggu dapat extra lembur baru ada alasan untuk itu. Semenjak ada korona, jangan harap ada lembur, gaji sebulan masih utuh saja sudah sangat bersyukur. Jadi stop kuliner, tak ada modal lagi.
Selanjutnya, sepertinya ini yang terakhir. Hobi motret. Pertama kalau motret hanya dengan kamera pocket yang harganya masih sangat mahal waktu itu. Lalu oleh kawan disarankan beli kamera yang lebih canggih, sebuah kamera prosummer.Â
Saat ini hobi motret masih berjalan hanya ganti gedget yang lebih sederhana. Handphone. Hal yang paling saya sukai food photography karena saya juga hobi masak serta kuliner. Selain itu, karena saya juga suka menulis, saya jadikan foto-foto itu sebagai inspirasi, sumber ide untuk menulis dan sebaliknya.
Gagal menjalani hobi