Mohon tunggu...
Ulil Lala
Ulil Lala Mohon Tunggu... Administrasi - Deus Providebit - dreaming, working, praying

Bukan penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Si Mata Biru dan Si Kulit Sawo Matang

20 Januari 2021   10:31 Diperbarui: 20 Januari 2021   10:41 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja di pantai Kuta - Bali | dokpri

"Kenapa orang Indonesia khususnya perempuan, suka sekali minta foto bareng sama bule di tempat wisata?" Tanya seorang wisatawan dari Italia.

Betapa Tuhan itu luar biasa menciptakan makhluk bernama manusia dengan mata dan rambut dan kulit yang beraneka warna dan semua itu baik adanya. Inilah yang pertama kali saya pikirkan ketika melihat manusia lain dengan keadaan fisik yang jauh berbeda dari diri saya atau kita kebanyakan orang Indonesia.

Topik yang disodorkan kompasiana dua hari yang lalu cukup menarik tentang cara pandang WNI terhadap WNA menilik kasus yang sedang viral saat ini karena ajakan seorang warga negara Amerika yang tinggal di Bali untuk datang ke Bali dan menikmati hidup mewah. Namun pada tulisan ini saya tidak akan membahas hal tersebut, tapi saya akan bercerita berdasarkan pengalaman pribadi tentang cara pandang WNI terhadap WNA.

WNA (Warga Negara Asing) di sini saya akan menyoroti warga negara kulit putih yang biasa kita sebut bule. Saya berinteraksi dengan bule pertama kali saat saya masih sekolah dulu, karena mendapat tugas harus membuat percakapan dalam bahasa Inggris dengan warga asing yang direkam dalam kaset. Di situlah saya untuk pertama kalinya berkomunikasi dengan bule. 

Kebetulan setelah selesai sekolah saya diterima bekerja di sebuah perusahaan eksport furniture yang pemiliknya adalah perempuan setengah baya, bule Belanda yang sudah menjadi WNI dengan satu putra menjadi WNI juga dan dua orang anak lainnya tetap menjadi WNA Belanda. Dari sini keterlibatan saya dengan bule makin sering terjadi, meskipun saya tidak melakukan negosiasi bisnis secara langsung, namun saya selalu mendampingi pimpinan saat ada tamu dari luar negeri.

Seorang klien dari Itali yang sudah cukup dekat dengan pimpinan suatu saat datang ke Indonesia untuk tujuan wisata sekaligus membahas urusan bisnis, jadi ia mengajak anak laki-lakinya juga. 

Dia bercerita, "Banyak orang-orang Indonesia terutama perempuan ingin foto dengan anak saya saat kami datang ke Candi Borobudur, jadi kami merasa agak sedikit terganggu. Kenapa orang Indonesia suka sekali meminta foto dengan orang asing?" Pertanyaan ini tidak hanya sekali atau dua kali saya dengar, ada banyak pertanyaan sama dilontarkan oleh wisatawan asing khususnya mereka yang masuk dalam kategori bule.

Contoh lainnya ketika tempat kerja saya mengadakan wisata ke Bali, banyak kawan-kawan saya yang meminta saya supaya mendekati seorang bule dan minta ijin untuk foto bareng mereka. 

Beberapa bule dengan tegas menolak, beberapa bersedia dan menikmatinya, lalu pertanyaan yang sama muncul, "Mengapa orang Indonesia suka foto sama bule di tempat wisata? Bila hanya sekali atau dua kali tidak apa-apa, tapi kalau terlalu sering privasi kami sebagai wisatawan dapat terganggu."

Pure Taman Ayun - Bali | dokpri
Pure Taman Ayun - Bali | dokpri
Ya, dulu saya juga begitu, kalau bisa foto bareng dengan bule rasanya "wah" banget meskipun hanya nebeng foto, karena tak bisa bahasa Inggris sama sekali. Dari sekian pengalaman dan asumsi pribadi ada beberapa hal yang bisa saya simpulkan berdasarkan pengalaman dan cerita kawan-kawan serta orang-orang di sekitar mengapa bule dianggap superior oleh orang Indonesia (orang-orang di sekitar saya khususnya), antara lain:

1. Kekaguman terhadap perbedaan fisik. Hal ini menjadi faktor utama mengapa orang Indonesia begitu mengagungkan bule, bisa foto bareng aja sudah seneng bukan main, lalu mulai di-upload di media sosial supaya orang tahu ia bisa foto dengan bule. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun