Tahun ini Desember 2020, pada akhirnya aku memutuskan untuk tidak mudi ke Jawa. Dari tempat kerja di Palembang sudah membuat perjanjian berama dan menjadi sebuah komitmen yang harus dipatuhi oleh seluruh pegawai. Bahwasanya bagi pegawai yang akan berlibur atau melakukan perjalanan ke luar kota/pulau saat kembali masuk kerja pada bulan Januari nanti wajib menyerahkan surat pemeriksaan hasil tes rapid antigen dan dinyatakan bersih dari COVID-19.
Sementara aturan dari biro perjalanan baik darat, udara dan laut juga meminta adanya surat bebas COVID-19 saat berangkat dari tempat asal dan nanti saat tiba di kota tujuan kembali harus tes rapid, karena beberapa wilayah mengharuskan pendatang untuk rapid test sebelum memasuki kota tertentu. Tahun ini ada banyak orang membatalkan untuk mudik ke kampung halaman karena menjaga diri dan orang-orang yang dikasihi, memang sebaiknya begitu untuk memumuts mata rantai penyebaran virus ini.
Bahkan demi keselematan bersama, gereja juga menutup pintu rapat-rapat, tidak mengadakan ibadat malam natal bersama-sama umat Katolik. Seperti halnya gereja Katolik St. Petrus Palembang yang sejak 15 Desember 2020 mengumumkan untuk menutup gereja dari umum untuk sementara waktu hingga waktu yang belum ditentukan. Termasuk ibadat Natal yang tiap tahun rutin dilakukan, kali ini umat diminta untuk melakukan ibadat malam natal di rumah masing-masing melalui live streaming.
Ironis sekali rasanya ketika virus yang tak kasat mata ini mampu menghalangi umat untuk datang ke tempat ibadah dan melakukan ibadah secara bersama-sama.Â
Bukan hanya ibadat yang terhalangi, beberapa kawan yang tinggal di komplek perumahan Kristiani, juga telah menyerukan himbauan agar Natal tahun ini masing-masing keluarga diminta untuk tidak saling melakukan kunjungan silaturahmi ala hari raya. Seorang teman bahkan memberikan pengumuman lewat tulisan yang dipasang di depan pagar, bahwa untuk Natal tahun ini, yang bersangkutan tidak open house dan tidak bisa berkunjung ke rumah tetangga atau kawan.
Sungguh suka cita Natal yang biasa semarak saat ini sangat sepi, sunyi. Banyak orang-orang yang dengan sadar diri sengaja tetap tinggal di rumah dengan istilah lockdown, selain takut terpapar, juga takut menjadi pembawa bagi orang-orang tercinta disekitarnya.Â
Bagi saya, setahun bekerja di rantau , saatnya harus pulang, tapi terhalang dan harus tetap tinggal di rumah saja, namun itu lebih baik, bila harus memaksakan diri pulang dan terjadi hal-hal yang tidak terduga sepeninggalanku nanti kembali ke rantau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H