Mohon tunggu...
Ulil Azmi marifatun Nafsi
Ulil Azmi marifatun Nafsi Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi

Imposible is nothing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Biyung dan Kayu Bakarnya

19 Juni 2020   21:32 Diperbarui: 19 Juni 2020   21:33 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dia mencari pohon besar untuk merehatkan dirinya, dengan badan yang bersender pada pohon, serta kaki yang ia luruskan. Bajunya lusuh, mukanya kusam dengan seikat kayu bakar yang telah ia cari disampingnya, kini ia sedang  menunggu biyungnya selesai membereskan kayu bakar yang juga telah mereka kumpulkan, "biyung, apa sudah selesai mengikat semua kayunya?" tanyanya tak sabar kemudian, ia ingin segera pulang dan membersihkan seluruhh tubuhnya yang kotor dan kusam. "iya nak, ini biyung sudah selesai, cepat panggul kayu bakarmu, dan kita pulang segera", "baik Biyung"  jawabnya malas sudah tak bersemangat.

Dalam setiap perjalanan mereka,  tak lupa Biyung selalu memberikan petuah dan pengetahuan-pengetahuan baru untuknya, biasanya Biyung selalu memberi tahu obat-obat herbal yang mereka temui di jalan, seperti tadi contohnya, "bagas, kalau kamu nanti sakit demam atau biyung kamu bisa pakai eceng gondok itu untuk obat pereda panasnya nak, lah daun jambu itu gunanya juga bisa buat diare, kalau itu namanya daun beluntas bisa buat obat  pegel, nyeri sama sakit perut" jelas biyung panjang. "loh ternyata banyak yang Bagas baru tahu Biyung, Bagas kira  daun-daun itu rumput yang gak bisa dimakan Biyung". "sebenarnya masih banyak khasiat dari tanaman-tanaman semua ini untuk obat dan lain sebagainya le, hanya saja kita sebagai manusia kurang memanfaatkannya" terang Biyung pada Bagas.

Sudah hampir dua jam mereka berjalan dari hutan menuju kampong temat mereka tinggal, hingga saat memasuki kampong, bagas melihat beberapa kawannya sedang bermain enggrang seru, "bagas, ayo ikutan main, seru nih, tadi kami buat enggrang ini sama-sama, masa kamu gak ikut? Cari kayu bakar terus tiap hari toh Gas"  teriak Bayu temannya dari jauh, merayu Bagas untuk ikut bersama yang lain. "iya loh Gas, ayo main, mumpung lagi seru, dari pada capek cari kayu bakar terus toh" timpal Rama ikut mengajak. "iya iya, kalian main saja dulu, nanti besok-besok aku ikutan lagi bareng" jawab Bagas singkat, saat ini ia hanya ingin cepat sampai rumah untuk mengistirahatkan badannya yang sudan sangat lelah. Setelah ia membersihkan tubuhnya ia kemudian segera menemui temannya agar tak ketinggalan bermain, senang rasanya jika ia sudah bertemu dengan kawan-kawannya.

Bagas adalah anak Yatim yang kini hanya tinggal bersama ibuknya, setiap dua hari sekali ibuknya selalu mengajaknya mencari kayu bakar ke hutan, karena pekerjaan ibuknya adalah sebagai penjual kayu bakar, Bagas anak yang nurut dan tak pernah menolak perintah ibuknya, tapi entah mengapa mala ini ketika ia sedang berada di luar rumah serta mendongakkan kepalanya melihat bintang-bintang, ia berfikir, "hai bintang, bulan, terkadang aku iri dengan semua kawan-kawanku yang bisa belajar ke padepokan dan terus bermain, sedang aku, setiap hari aku hanya bisa membantu ibu menjual kayu bakarnya dan mencari kayu bakar dua hari sekali, untuk bermainpun aku jarang berkumpul dengan kawan-kawan, saat kumpul hanya sebentar aku bisa bergabung dengan mereka" keluhnya sambil menatap langit, kini ia bingung dengan keadaannya, rasanya sesekali ia ingin menolak perintah biung dan bergabung bermain terus bersama teman-temannya, tapi di sisi lain ia tak tega melihat Biyungnya yang sudah renta harus sendirian bekerja.

Dua hari kemudian Bagas dan biyungnya kembali untuk mencari kayu bakar ke hutan, namun ketika ia sedang beristirahat ia melihat sekumpulan orang orang istana dan beberapa prajurit yang sedang mengawal Raja untuk berburu ke hutan, tanpa ia sadar mereka mendekatinya. "sedang apa kau di sini nak?" Tanya Raja pada Bagas. "Aku sedang mencari kayu bakar bersama biyung Raja".  "lalu di mana Biyungmu?" "biyung masih mencari kayu bakar, dan aku sedang beristirhat dulu sebentar" jawab Bagas dengan nada mengeluh. "baiklah, selalu patuhi ibumu, dan jangan pernah kau menolaknya", "tapi raja, bolehkah aku meminta satu permintaan kepadamu?" "apa itu?" Tanya raja penasaran, "berikanlah pekerjaan yang layak kepada Biyung di istanamu, agar aku tak lelah lagi mencari kayu bakar dan menjualnya setiap hari". Namun jawaban yang diberikan Raja hanya berupa senyuman dan berkata "suatu saat kau akan tau, betapa berharganya waktumu sekarang yang kau habiskan bersama biyungmu". "tapi Raja aku sudah capek dan ingin bermain setiap hari bersama kawan-kawanku". Keluhan Bagas yang terakhir tak didengarkan raja yang segera berlalu meninggalkannya. Bagas merasa kesal dengan tindakan raja yang tak menghiraukan permintaannya. Tak berselang lama, biyung datang menghampiri ketika selesai mencari kayu bakar yang cukup banyak "Gas, Ayo kita pulang nak, Biyung sudah cukup mengumpulkan kayu bakarnya, sekarang kamu ikat yang itu lalu kita pulang nak". "baik biyung" jawab Bagas singkat dengan raut wajah yang masih kesal.

Sesampainya di rumah, Bagas masih dibuat kesal atas tindakan Raja yang menghiraukan permintaannya.  "ada apa nak? kok kelihatan murung?" Tanya biyung yang penasaran melihat raut wajah anaknya yang sedih "tadi di hutan Bagas ketemu raja, tapi permintaan Bagas tak dihiraukan raja Biyung" keluhnya kepada biyung, dengan jawaban seulas senyum yang sama ketika ia dapatkan dari raja, "mungkin permintaanmu menurut raja belum bisa ia kabulkan le," jawab biyungnya lembut menasehati.

Bertahun-tahun berlalu, kini bagas telah tumbuh menjadi peumda yang tangguh dan tampan ia juga dikenal sebagai tabib yang sangat terkenal di daerahnya, berbagai rauman obat herbal telah ia ketahui, kepintarannya meracik ramuan obat pun di segani oleh banyak orang, hingga suatu saat ia menerima panggilan dari istana kerajaan untuk segera menghadap kepada Raja, namun dalam hatinya masih ada rasa kecewa kepada Raja atas permintaannya dulu sehingga sekarang ia telah kehilangan ibuknya yang telah meninggal karena penyakit yang selama ini tak diketahui Bagas serta sudah semakin parah. Namun karena ini merupakan perintah dari seorang pemimpin yang tak boleh ia hiraukan, dengan terpaksa ia pergi untuk mnemui Raja. Sesampainya di istana ia di sambut baik oleh beberapa oelayan dan anggota istana kerajaan. Saat sampai di kediaman Raja ia bertanya perihal apakah yang membuat Raja memanggilnya untuk menghadap ke istana.

"wahai anak muda, kamulah anak kecil yang dulu telah diamati ibukmu kepadaku, ia ingin aku menjadikanmu bagian terpenting dan orang-orang terpenting dalam kerajaan ini, ku dengar kau telah banyak menguasai dan mengetahui beberapa ramuan obat, oleh karena itu aku ingin kau juga menjadi tabib kepercayan kerajaan serta orang kepercayaanku juga, dulu sebelum kau meminta permintaan kepadaku, ibumu telah dahulu memberi permintaannya kepadaku, ia bilang ia ingin menghabiskan sisa waktu hidupnya untuk selalu bersamamu dan mengajarimu, dengan selalu mengajakmu mencari kayu bakar ke hutan dan mengajarimu beberapa ramuan obat-obat herbal kepadamu, karena saat dia muda ia adalah termasuk bagian dari tabib istana kerajaan, namun ketika ia telah memilikimu dan kehilangan ayahmu ia memilih untuk keluar dari istana untuk menghabiskan waktu hidupnya hanya bersamamu nak, sebab yang ku tahu, ia memiliki penyakit yang tak semua orang ketahui dan tak boleh diketahui oleh orang lain dari ibumu" jelas Raja panjang lebar kepada Bagas dengan rasa haru. Bagas yang mendengar tak kuasa menahan tangisnya yang mulai pecah, dan tak percaya dengan penjelasan raja yang diceritakan untuknya. Betapa ia benar-benar menyesali ketika dulu ia merasa bosan dengan perintah dan pekerjaan yang diberikan biyungnya kepadanya, namun setelah disadari banyak yang ia dapat selama selalu bersama ibuknya, termasuk kemampuannya mengetahui ramuan obat-obat herbal yang selalu biyungnya berikan ketika mereka dalam perjalanan pulang mencari kayu bakar. Tangis Bagas mulai pecah saat itu, ia baru tahu betapa besar biyungnya selama ini menyayanginya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun