Beberapa waktu yang lalu diberitakan di berbagai media mengenai program yang dicanangkan pemerintah kota Depok untuk para pegawainya yaitu One Day No Rice. Program ini merupakan turunan dan implementasi Peraturan Presiden RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal. Pemerintah kota Depok berusaha menggalakkan dan mengaplikasikan peraturan tersebut. Namun, banyak pihak yang pro dan kontra terkait program ini. Berbagai alasan mendasari pro dan kontra tersebut. Termasuk para pedagang yang biasa berjualan nasi mengungkapkan alasan karena omsetnya menurun karena dagangannya banyak yang tidak laku sejak diberlakukannya One Day No Rice. Berkaitan hal tersebut, berbagai pihak patut dimintai pendapat terkait fenomena ini. Pihak yang patut diberi ruang bicara adalah mahasiswa. Melalui jejaring sosial Facebook, Twitter, dan E-mail Himpunan Mahasiswa Peduli Pangan Indonesia (HMPPI) kami mencoba menggalang pendapat teman-teman mahasiswa. Pertanyaan yang diberikan adalah Siapkah masyarakat dalam mengubah pola makan mereka dari nasi ke makanan alternatif lain selain nasi ? Berikut berbagai pendapat dari teman-teman mahasiswa: Evadesi Andrianita (Madiun) Sebagian masyarakat yang tinggal di pedesaan sudah terbiasa dengan makanan alternatif lain selain nasi. Mereka mungkin lebih mengenal nasi jagung, nasi gaplek dan olahan lain dari umbi-umbian. Dan pemprov Jatim melalui BKP sepertinya mulai merencanakan Sosialisasi Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Lia Novitasari (Universitas Sriwijaya - Palembang) Dī pulau bangka beliting dari dulu sudah mengolah ubi kayu menjadi beras mereka biasa menyebutnya dengan beras aruk. Sedikit mirip dengan tiwul. Ini bisa digunakan untuk tema pemerintah itu. Sastro Wijaya (Universitas Mulawarman - Smarinda) pasti bisa,,tapi manusia cenderung enggan berubah jika tidak terpaksa. Kalau harga beras seratus ribu per kilo. Pasti langsung pada beralih mengkonsumsi sumber karbohidrat lain Imam Faqih (Intitut Pertanian Bogor) persoalan makan bukan hanya pada soal perut saja, selain bersifat biogenik (kebutuhan biologis), juga bersifat psikogenik (kebutuhan psikologis) dan sosiogenik (kebutuhan sosial). saya rasa program tersebut kurang efektif diterapkan. Yustinus Wilhelmus (UGM - Yogyakarta) Ada yang lebih penting, jika ingin menggantikan beras sebagai bahan makanan pokok, pemerintah perlu memberikan lahan bagi makanan pengganti, spt singkong, jagung, dsb. Bukankah sama saja, ingin mengganti beras, tapi mengimpor jagung? Dhie Ichigo (Universitas Jember) menurut aku belum siap, karena kesadaran masyrakat indonesia sendiri berbeda beda. Murdiati (Institut Pertanian Bogor) setiap saat alasannya selalu ga siap. kita ga siap karena ga pernah memulai bersiap. kapan mau siapnya kalau ga dimulai-mulai? :) Wahyu Choirur Rizky (UPN Veteran Jawa Timur) Butuh sosialisasi yang terpadu dan menyeluruh ke semua lapisan masyarakat, terutama menengah ke bawah. bukan itu saja, pemberdayaan masyarakat akan produktivitas pangan alternatif harus benar-benar dilakukan tanpa banyak kendala. jumlah dan ketersediannya harus berkelanjutannya Eko Ardiyanto (Universitas Mercu Buana Yogyakarta) Apa yang gak Bisa dan Apa yang Gak mungkin. kita pasti siap dan kita pasti bisa asal kita mau berubah untuk bisa. Indonesia BISA !! Febtu (Jember) Assalamualaikum kawan-kawan mahasiswa coba rekan-rekan cari info sumber makanan mulai dari aceh mpe papua apakah dari seluruh wilayah tersebut makanan pokoknya beras.apabila semua beras tentu kita harus mencari sebuah solusi untuk antisipasi kehabisan stok beras, kita ketahui jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan sangat cepat, sedangkan para petani kehilangan lahan dan banyak yang tidak mendampingi mereka untuk meningkatkan produktifitas. Hal ini dikarenakan kita sebagai selama mjd mahasiswa banyak yg hanya fokus pada akademik sedikit yang pengabdian sedangkan setelah lulus malah lari ke jalur bukan pertanian tapi ke bidang lain misalnya perbankan. Mari kita pikir dulu sebelum memberi masukan pada pemerintah :-) Argya Syambarkah (Institut Pertanian Bogor) One day one rice harus dimulai dari diri sendiri dulu. Maulid Doni Rahman (Institut Pertanian Bogor) Jadikan one day no rice sebagai gaya hidup modern :) bagaimana dengan anda? Suarakan di HMPPI!! Facebook: Keluarga hmppi Twitter: @HMPPI Salam HMPPI Peduli, Nyata, Berkelanjutan http://ulilahsan.wordpress.com/2012/02/23/suara-mahasiswa-siapkah-masyarakat-indonesia-mengkonsumsi-pangan-selain-nasi/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H