PENDIDIKAN BELIAU DI MASA MUDA
Seperti penjelasan pada bagian pertama dan kedua biografi H.Asmu'i Luwungragi, bahwa beliau berasal dari desa Dukuh Tengah, Kec. Ketanggungan Kab.Brebes. Bentuk Fisik beliau mirip sekali dengan kyai Fathoni, putra bungsunya.Â
Maka pada bagian yang ketiga ini, penulis ingin memaparkan tentang sepak terjang beliau dalam mencari ilmu. Pendidikan beliau seperti orang pada umumnya, karena termasuk anak orang kaya sehingga sangat mungkin beliau lulus Sekolah Rakyat / Sekolah Dasar. Asumsi ini penulis dapatkan karena melihat kemapanan dan suksesnya orang tua H.Amu'i kecil di bidang ekonomi. Tapi yang jelas beliau H.Asmui muda pernah mengenyam pendidikan di pesantren Gedongan Cirebon. Kala itu diasuh dan dibina oleh Kyai Amin. Begitulah info yang penulis terima dari Kyai Fathoni Siwuluh.Â
Suksesnya beliau dalam menempuh study di pesantren pun dapat kita identifikasikan dari kealiman (luasnya ilmu agama) beliau yang mana kelak dikemudian hari akan menjadi daya tarik keluarga besar H.Ambari, khususnya keluarga Ibu Hj.Zahroh untuk meminang beliau dan dinikahkan dengan putrinya (Fatmah).
"Oleh-oleh" ilmu dari pesantren yang paling kelihatan dan diistiqomahkan betul oleh beliau adalah kitab Dalail, tepatnya Dalailul Khairot. Kitab dalail yang beliau pegang berasal / mempunyai sanad dari Almaghfur lah Kyai Amin Gedongan Cirebon.Â
"Kalau kamu pengen baca Dalail ini, kamu ya harus ziaroh dulu ke Ma'la, Mekkah, tempat Kyai Amin disemayamkan" begitulah ucapan H.Asmui kepada Fathoni, putra bungsunya kala dirinya berusaha curi-curi baca kitab dalail yang sedang dibaca abahnya.Â
Ucapan ini pun sampai kepada penulis beberapa hari kemaren. Dan memang betul adanya, kalau kitab dalailul khoirot sekalipun didominasi dengan bacaan sholawat tapi tetap saja harus ada ijazah/ ijab qobul dari guru yang mumpuni, agar bacaan tersebut bersanad/ mempunyai transmisi sampai ke pengarangnya, Syekh Sulaiman Al Jazuli Maroko, dan tentunya mata rantai tersebut akan menyambung pula kepada Baginda Alam Nabi Muhammad SAW yang telah meng-ACC rangkaian kitab tersebut.
Kiprah study agama H.Asmui muda pun ternyata bukan hanya di Pesantren Gedongan Cirebon saja, akan tetapi pernah tabarukan (mengambil berkah) di tanah suci, kala beliau melaksanakan ibadah haji di umur 25 tahun.
Seperti yang kita ketahui bahwa perjalanan ibadah haji tempo dulu memakan waktu berbulan-bulan, bisa sampai 6-7 bulan. Tentu salah satu faktor utamanya adalah mode transportasi yang digunakan masih jadul, yaitu perahu.Â
Di waktu haji ini lah, konon menurut beberapa sumber informasi, bahwa H.Asmu'i muda dan beberapa santri Indonesia pernah tabarukan memperdalam ilmu agama langsung dari tanah suci. Beruntung dan alangkah indahnya, tentu yang kita ucapakan dalam hati sanubari kita.Â
Bersambung !