Pedagang Jagung manis di desaku masih banyak yang keliling,hampir rata-rata adalah emak-emak. Mereka menurut saya adalah aktiftis dan pakar ekonomi sejati,hehehe
Yah istilah mereka dari pada duduk manis tidak ada yang ngasih uang,mending cari rezeki walau pun receh yah mas ulil. Tentu hal ini penulis pun setuju,rezeki mah dari mana ajah jalanya,asalkan masih halal dan bagus,atau kalau dalam istilah anak pesantren halalan thoyibban.
Jagung yang dijajakan oleh ibu-ibu pun masih banyak yang minat,karena selain jagung rasanya manis,dia pun banyak mengandung karbohidrat,kalau disederhanakan bahasanya ya jagung memang mengandung unsur kewareg-waregan,hehehe
Wareg istilah jawa khususnya daerah Brebes,Tegal,dan sekitarnya berarti kenyang.Karena masyarakat daerah penulis masih mengutamakan sing penting wareg,yang penting kenyang,hehehe
Jagung pun sangatlah pas dan asyik buat teman kita nongkrong dan bercanda dengan teman,kerabat,family,dan rekan kerja. Walaupun makanan terbilan jadul,tapi masih banyak yang suka ko. Selain teman-teman pekerja keras,kami yang cuma bisa kerja santai dan slow pun masih doyan dan suka dengan cemilan yang satu ini,terbukti sore ini saya dan teman sekaligus keluarga menikmati jagung manis sembari ngobrol ngalor ngidul dan duduk manis.
Teriring doa semoga pedagang jagung dan pedagang yang lain dapat barokah/berkah dari daganganya,yang mana semoga hartanya juga bermanfaat untuk membiayai sekolah dan lain-lain.