Tulisan ini mungkin hanya semacam diary,ataupun otobiografi penulis yang mana bertujuan untuk dokumenter pribadi,agar kelak dikemudian hari bisa masih bisa dikenang.
Yah tahun 2013 tepatnya,saya harus off dari pesantren dan melanjutkan ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Betul kata orang bahwa mencari kerja di Jakarta dengan tanpa skill dan ilmu yang mumpuni kayaknya agak terasa susah. Hal ini ternyata tidak terjadi pada diri penulis,yah walaupun di awal-awal ke Jakara harus bekerja sebagai penjaga toko batu alam,tapi setidaknya aman dari hidup tanpa tujuan di Ibu kota negara tersebut.
Kali pertama kerja di toko batu alam,tentu hal yang sangat asing untuk dunia penulis,karena disamping tidak pernah kerja berat,kehidupan penulis pun hanya dipenuhi di meja sekolah dan pesantren. Akan tetapi mau tidak mau,karena saat itu adalah skenario terbaik dari Allah,akhirnya penulis jalani dengan suka cita.Â
Satu bulan dua bulan sampai akhirnya kurang lebih 10 bulan,penulis pun hidup dengan tukang kuli bangunan,karyawan pabrik,kontraktor,dan berbagai macam prefosi lainya.Â
Hal yang sangat penulis kenang adalah bukan dari sisi berapa banyak penghasilan,jaringan teman dan cara berbisnis yang handal akan tetapi begitu indahnya skenario Allah yang satu ini,yang mana penulis bisa belajar bahasa Arab ala orang TKW dan TKI. Sehingga betul dan sangatlah indah bagaiamana Allah mengatur kehidupan hamba-Nya,tidak akan salah alamat,tukar rezeki,atau pun salah jalan skenario,selagi kita mengikuti betul dan menikmati takdir dari Allah SWT.
Setelah beberapa bulan penulis sebagai penjaga toko batu alam,tetangga toko dan temen-temen seprofesi pun tahu kalau saya sebenarnya anak pesantren.Â
Setiap acara keagamaan (tahlilan kecil-kecilan) di lingkungan tersebut pun,penulis begitu keliatan karena terasa beda sekali dalam penampilan,dan tidak terkecuali juga adalah sebagai tempat bertanya beberapa soal keagamaan dalam lingkup kehidupan sehari-hari.
Info ini ternyata sampai juga kepada Bapak dan Ibu Haji,salah satu tetangga penulis sekaligus mereka juga pemilik toko bahan dan penyedia tanaman dan pot bunga.Â
Kala itu pak haji dan keluarga begitu simpati dan hangat denganku,kayak hampir setiap malam dan pagi sebelum kerja,penulis selalu nongkrong bareng dengan mereka.
Bahkan tidak jarang pula,ketika penulis ingin sesuatu seperti makanan manis-manis dari singkong (angkleng,bahasa jawa red) ,Bu Haji lah yang membuatkan makanan khas jawa itu.
Yah begitu lah awal ketika merantau di kota Jakarta, sangat jauh dari passion utama penulis akan tetapi kelak dikemudian hari, ilmu bahasa arab ala pak haji,bu haji dan keluarga yang didapatkan penulis di tempat itu akan bisa bermanfaat  kala harus menginjakan kaki di tanah haram,Mekkah dan Madinah.