Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Belajar dari Jalanan: Gas yang Tepat, Lintasi Rintangan

14 November 2024   15:29 Diperbarui: 14 November 2024   15:33 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini akhirnya kerjaan kantor agak tenang,mestakung katanya eh atasanku izin tak ngantor duh persis rasa zaman sekolah dulu kalau guru rapat atau tak hadir rasanya bahagi haha.

Well! Cerita tentang keputusanku memilih menggunakan motor PP 90KM Tangerang-Jakarta ada banya sebab dan salah satunya aku suka sepanjang perjalanan seolah aku ditunjukkan banyak hal, ada saja yang bisa aku maknai dan membuat aku semakin enjoy melanjutkan hidup meski nggak punya tumpukan uang haha.

Sejak pertama kali aku memutuskan untuk naik motor dari Tangerang ke Jakarta, banyak hal yang aku pelajari dari jalanan. Aku menyebutnya sebagai ilmu jalanan, sebuah pelajaran hidup yang tak mungkin aku dapatkan di tempat lain. Emang apa aja si Li? Nah bakalan panjang ceritanya nih, siapin camilan dulu ges!

Nih ya! dulu, aku merasa lampu lalu lintas adalah penghalang yang mengganggu laju perjalanan suka bete ketemu lampu merah, suka nggak sabar. Namun, sejak rutin berkendara motor, aku mulai mengapresiasi momen-momen berhenti di lampu merah. Di sana, aku menemukan kesempatan untuk berhenti sejenak, mengatur napas, dan minum air. Bahkan kini berharap bertemu lampu merah apalagi kalau panas terik dan rasanya lega banget kalau melihat lampu merah. Aku bisa minum melepas dahaga, melepas helm untuk mengatur posisi nyaman atau bahkan meregangkan tubu di atas jok motorku.

Berkendara motor membuat aku lebih peka terhadap kehidupan di sekitar. Aku melihat orang-orang yang berjuang di jalanan: pedagang asongan yang berlari di antara mobil-mobil, tukang ojek yang sabar menanti penumpang, hingga pengamen yang menyanyikan lagu-lagu penuh harapan. Semua itu memberi aku perspektif baru tentang arti bertahan hidup. Kehidupan di jalanan mengajarkan aku bahwa setiap orang memiliki kisah dan perjuangannya sendiri. Kini alokasi sedekah itu bergeser, aku bahkan sangat say thank you sama mereka yang menjaga lintasan kereta api, mashaallah selama ini mana aku tahu ada jasa orang-orang baik dalam perjalananku.

Dulu aku suka bertanya "kenapa sih pedagang ini menjajakan dagangan dipinggir jalan? Bikin macet aja! Namun kini ku paham bahwa satu kenikmatan sederhana yang baru aku sadari sejak naik motor, yaitu menyeruput es di pinggir jalan. Minuman dingin di tengah teriknya aspal kota terasa begitu segar, memulihkan energi yang terkuras. Tak hanya itu, berhenti di warung bakso tepi jalan menjadi ritual kecil yang tak hanya mengenyangkan, tetapi juga memberi momen istirahat sebelum melanjutkan perjalanan panjang. Say thank you lagi buat pedagang yang rela berpanasan dipinggir jalan, berkat mereka aku bisa usir kantuk dan kini ku tahu rahasia usir kantuk itu bukan tidur melainkan minum air es haha

Ketika hujan datang, meskipun pakaian basah dan jalanan licin, ada rasa tenang yang tak terjelaskan. Gemericik air yang membasahi helm dan mantel hujan membuat aku bersyukur masih bisa merasakan kesejukan alami. Sebaliknya, saat panas menyengat dan keringat mengalir deras, aku diingatkan betapa beruntungnya memiliki kesempatan untuk bergerak dan beraktivitas.

Belum lagi ketika melewati jalanan berlubang, ada momen aku tak sadar terjeduk, ada momen aku bisa tancap gas tanpa merasakan aspal berlubang dana da momen aku menurunkan gas dan bersamaan menggunakan rem sehingga lubang jalan itu tak begitu terasa. Begitulah seharusnya kita menjalani hidup ketika ada masalah, kaget dan segera bangkit, atau segera bangkit tanpa menoleh lagi, atau bahkan ingin melewati proses dan kemudian bangkit. Dengan ilmu jalanan ini semakin banyak makna kehidupan yang aku pahami.

Kalau kata pak ustad do'a yang ajaib itu dikirimkan oleh orang yang tak kita kenal maka sejak naik motor aku juga paham bahwa hal itu akan memang terjadi. Seperti ketika aku melwati orang tua rasa iba hadir di dada dan tanpa sengaja mulutku memanjatkan doa supaya Allah melindungi mereka, memberikan rizki yang cukup. Atau melihat kuli yang otewe aku kerap memanjatkan doa supaya mereka dijaga imannya, setia pada keluarga dan dicukupkan rezekinya.

Aku bahagia dengan rutinitasku, naik motor nyaris dua jam sungguh memberikan banyak hal bagi diriku. Kalian punya ilmu jalanan? share di kolom komentar ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun