Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sejak Menjadi Ibu Susah Meraih Kemenangan

15 Mei 2021   10:33 Diperbarui: 15 Mei 2021   10:37 2700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kemenangan? By ulihape

Menjelang akhir Ramadan selalu aku mendengar kalimat "sebentar lagi menuju kemenangan". Saat itu sebagai anak kecil aku memaknainya akan bebas dari rasa lapar dan dahaga, beranjak remaja makna kemenangan bagiku bukan lagi sekedar bebas makan dan minum melainkan merasa mendapat banyak bonus pahala selama satu bulan penuh, saat dewasa supaya meraih kemenangan aku mempersiapkan bekal menyambut bulan Ramadan, kalau mau menang berarti harus berjuang barulah kemenangan itu bisa diraih.

Bersyukur juga aku lama bertemu jodoh jadi selama Ramadan tiba alhamdulillah bisa melakukan khatam Qur'an selalu lebih dari 1 dan paling banyak 10x, ini bukan bertujuan pamer ya beb tapi supaya kalian bisa paham mengapa aku bikin tulisan susah meraih kemenangan sejak menjadi Ibu, mungkin nggak semua Ibu ya, sebut saja ini adalah diriku.

Pun ketika aku menikah menjelang Ramadan aku begitu bahagia karena merasa akan dapat banyak modal untuk meraih pahala lewat melayani suami. Alhamdulillah kini nambah bekal untuk mencari pahala, aku bangun untuk menyiapkan sahur suami, kami melakukan sholat berjamaah, tadarus bersama, keliling masjid untuk tarawih sehingga ketika lebaran tiba aku memang merasa meraih kemenangan, aku bahagia berjuang dalam kebaikan selama satu bulan penuh.

Namun setelah aku memiliki anak, keriwehan mengurus rumah tangga bertambah, kadang aku membatin apakah aku berdosa karena sudah tak rutin melakukan sholat malam? Aku begitu lelah, belum lagi menuju sepertiga malam biasanya anak bayi akan bangun, rasanya aku tak sanggup untuk bangun melakukan sholat malam, alhasil kebiasaanku menyapa Allah disepinya malam berganti dengan melelapkan bayiku. Belum lagi terkadang harus melayani kebutuhan batin suami, duh masak iya aku harus mandi menuju sepertiga malam? Maafkan aku ya rab, semoga apa yang aku lakukanpun bisa dinilai ibadah.

3 tahun terakhir ini aku bahkan merasa semakin menjauh dari MU, Ramadan tiba aku repot mengatur menu untuk kedua anakku yang sedang belajar puasa, kalam MU sudah tak terjamah oleh ku, pun ketika tarawih susah benar khusyuk karena aku lebih sibuk menertibkan anak-anak, saat sahur dan berbuka tiba akupun kadang lupa berdoa karena rengekan kedua anakku, saat aku di kantor sudah larut dengan pekerjaan dan terburu-buru pulang untuk memasak bukan lagi untuk menyelesaikan kajian, astaghfirullah.

Aku rindu berjuang selama Ramadan, khusyuk membaca Qur'an, sholat santai tanpa harus melotot ke anak-anak, rindu berdoa diwaktu mustajab, karenanya aku merasa tak bisa meraih kemenangan karena masih mengurus duniawi.

Dulu aku berpikir kenapa Mamak tak memilih mengaji saja? Kok repot banget harus masak ini itu? Kini aku tahu bahwa setelah menjadi Ibu yang paling mudah ku lakukan adalah menjauh dari MU, aku tahu semua ada masanya. Melihat Mamak yang anaknya sudah tak merepotkannya dan sekarang fokus mempersiapkan bekal untuk kembali pada MU, akupun berharap semoga aku selalu diberi waktu untuk memperbaiki segalanya. Mungkin ini memang saatnya aku mengurus anak-anak dan aku berharap semoga semua yang ku lakukan bisa bernilai ibadah untuk tambal sulam kegiatan ibadahku pada MU.

Aku rindu meraih kemenangan, namun semoga keberadaan keluargaku juga sudah mengantarkanku pada kemenangan meski aku begitu merindu setiap detik untuk membaca kalam MU, aku juga akan terus mencari cara supaya semua bisa seimbang, dan anggap saja saat ini aku sedang menunda kemenangan untuk meraih kemenangan sejati, inshaallah berjumpa lagi pada Ramadan selanjutnya, dan bisa meraih kemenangan seperti dulu lagi aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun