Setiap malam Sumeni menantikan suaminya pulang, tergopoh dia menyambut tas milik suaminya "Sudah sampai Mas? Sebentar aku siapkan makan malam mu". Suherman tak menjawab tanya Istrinya, kalimat yang sama selama sepuluh tahun berumah tangga yang kerap dilontarkan Sumeni, makan malam kali inipun sama hanya Suherman yang lahap menyantap hidangan masakan Sumeni, sementara Sumeni duduk menemai Suherman santap malam dan kedua anaknya asyik menonton kartun kesukaan mereka.
Sumeni segera merapihkan meja makan, perlahan mengajak kedua anaknya untuk tidur dan Suherman menyusul mereka untuk beristirahat. Semua warga di kampung ini tak punya banyak komentar untuk hidup Sumeni dan Suherman, keduanya baik-baik saja dan anak-anak mereka juga menjadi teman main anak tetangga tanpa ada keributan.
Pagi hari Sumeni sudah rapih dengan pekerjaan rumahnya, Suhermanpun bersiap berangkat kerja dan kedua anaknya diantar oleh Suherman ke Sekolah. Rutinitas keduanya sangat tersusun rapih, tak pernah juga ada teriak keributan di rumah mereka, dan hal ini jauh berbeda dengan tetangga sebelah rumahku yang sepanjang tahun selalu saja terdengar teriakan, makian dan tangisan anak-anaknya.
Pak Suherman dan tetangga sebelahku sungguh mencerminkan dua kehidupan rumah tangga yang berbeda, satunya adem ayem dan satunya seperti pasangan yang tak pernah ada kasih, begitulah kami menilai keduanya tak terkecuali aku yang mengaminkannya. Tahun berlalu ternyata membawa perubahan juga bagi kehidupan dua tetanggaku. Sumeni kini sudah tak menyambut suaminya dengan tergopoh, Pak Suhermanpun kini tak makan sendirian melainkan bersama Sumeni dan kedua anak-anaknya. Sementara itu suara riuh dari rumah sebelahpun sudah tak pernah terdengar lagi pertanda mereka sudah hidup rukun.
Sampai suatu hari kami digegerkan suara sirine, aku terbangun kaget mengira imsyak sudah tiba namun mataku kaget melihat jam masih pukul 11 malam dan ku singkap tirai jendela ternyata sudah banyak orang berkerumun dengan lampu kedap kedip entah ambulance atau hanya mobil petugas. Akupun segera menarik hijab dibalik pintu, tak ku bangunkan suamiku karena hanya menambah riweh.
Sambil memasang hijab aku berlari kecil dan aku lihat para tetangga Ibu-Ibu saling berpelukan. Mataku terus mencari ada apa? Dan aku melihat sosok Sumeni bersimbah darah, dan Polisi sibuk mengamankan TKP. Wajah Sumeni seperti biasa kalem dan ayu. Sumeni menunduk dan membiarkan Polisi memborgol kedua tangannya. Ambulance segera mengeluarkan tandu dan aku sangat mengenal postur tubuh itu adalah Pak Suherman, Innalillahi wa inna ilahi roji'un.
Pak RT segera meminta kami pulang ke rumah masing-masing, akupun mau tak mau membangunkan suamiku dan ekspresi kagetnya tak bisa dibendung "bagaimana mungkin Pak Suherman di bunuh Bu Sumeni?" bukankah mereka baik-baik saja? Yah semua warga juga berpikir demikian, bagaimana mungkin Pak Suherman berakhir tragis? Bahkan yang hampir setiap malam saling maki sampai kini masih adem ayem?
Fiuh! inilah efek menilai dari luarnya saja, sudah sepuluh hari Sumeni di kantor Polisi dan takbir berkumandang di setiap penjuru mata angin. Tak ada yang tahu persis apa yang terjadi hingga aku memutuskan ingin membesuk Bu Sumeni, kebetulan penjaranya dekat dengan kantorku. Setelah masuk kembali bekerja, akupun izin kepada atasan untuk mengunjungi Bu Sumeni.
Pengalaman pertama bagiku mengunjungi penjara, dan akhirnya aku melangkah ke ruang tunggu pertemuan dan Sosok Bu Sumeni berjalan menghampiriku. Dia tersenyum dan aku memeluknya, air mataku tertahan dipelupuk, Bu Sumeni mengajakku duduk dan dia menghela nafas panjang. Yah inilah diriku Mbak, aku sedang mensucikan diri dari kesalahanku, tak mengapa aku harus dikurung seumur hidup, tapi aku bahagia. Mama Karen padahal selalu membuat kita deg-degan ya haha. Bu Sumeni tertawa, tawanya mengisi ruangan yang lengang. Mama Karen adalah tetanggaku yang kerap saling maki, siapa kira mereka justru anteng saja hingga kini. "Tapi mengapa ini terjadi Bu?" tanyaku pada Bu Sumeni.Â
Ehm, panjang ceritanya, 13 tahun kami menikah menurutku sudah cukup baginya melakukan dosa, kalau bukan aku yang membersihkannya dari dosa siapa lagi? Bahkan tuhanpun tak pernah mendengar do'aku. Aku pikir aku istri sholeha yang akan diijabah do'anya. Nyatanya apa? Suherman masih kerap menunjukkan video-video kekasihnya dengan bangga pada ku. Aku pikir menerima dalam diam akan membuatnya menyesal tapi dia semakin pongah! Sudah tak ada air mata lagi Mbak, hingga tahun lalu aku titipkan anak-anak ke Mbahnya karena aku memang sudah berniat membersihkan Ayah anak-anak dari dosa-dosanya. Aku juga bilang kepada kedua anakku tak usah menantikan aku dan Ayahnya karena kami akan menyucikan diri. Tuhan sepertinya butuh wakil di bumi dan aku memutuskan menjadi wakilNYA hahaha! percayalah mbak akan ada wakil Tuhan lainnya karena aku tak sendiri haha, Bu Sumeni tampak bahagia dan beliau menitip salam pada warga lain.