#GerakanMuteMassal sempat menjadi trending topic, lebay ah bung Valen! Berisik! Hiperbola! Yup! mungkin ada benarnya, tapi bisakah kita menunda hasrat untuk menghakimi seseorang?
Benar kata Bu Allisha Wahid dalam acara Kata Netizen kemarin bahwa yang membuat kita berkomentar tak suka atas apapun muncul karena manusia tuh punya hasrat untuk menghakimi orang lain.
Nah kalau kita bisa punya kontrol atas hasrat itu inshaallah kita nggak akan julid deh, hal inilah yang aku lakukan selama ini, mengontrol hasrat menghakimi dan berempati.
Pernah nggak kepikiran komentator lebay begitu ada yang menyukainya? Pernah nggak mikir semangat apa yang dimiliki bung Valen untuk memberikan komentator hiperbola?
Bisa jadi bung Valen demikian untuk keberadaan penonton sepertiku atau seperti teman buta ku yang butuh komentator olahraga setiap ingin meononton pertandingan olahraga favoritnya, kebayang nggak sih kalau hanya bunyi semprit doang?
Sebagai perempuan yang sudah jadi emak, aku sih senang kalau ada komentator olahraga yang rame, pasalnya kalau olahraga sepak bola trus yang tanding tuh tim favorit udah deh kalau babak pertama nggak bisa menyetak gol maka menjelang babak final aku udah nggak berani menatap layar TV, aku akan sembunyi ke dalam kamar dan menyelesaikan tontonan lewat suara komentator.
Nah ini dia alasan kenapa emak butuh komentator :
Komentator Bikin Emak Nggak Ketinggalan Pertandingan
Menonton pertandingan sepak bola kalau cuman ngikuti bola kesana kemari, trus hanya terdengar suara sempritan apa jadinya ya? Apalagi buat emak kadang pas nonton masih dimintai suami buat nyiapin camilan.
Karena ada komentator it's OK meski emak ke dapur tapi komentator bisa jadi mata bagi emak dalam menyaksikan pertandingan.
Jebreeeet! emak langsung berlari melihat momen gol! itu semua bisa karena komentator tadi bukan? Apalagi kalau keadaan genting emak udah menutup mata deh eh pas komentator teriak kasih semangat berani lagi deh buka mata hehe