Duh ini judulnya gimana ya? Plis jangan ada yang report lagi haha. Judul ini murni terinspirasi dari kisah pribadi. Yup! aku menikah usia 33 tahun dan di Indonesia hal ini biasanya disebut "telat kawin", padahal bagi si pelaku ini adalah waktu terbaik dari sang pencipta.Â
Aku pribadi merasa tepat menikah di usia 33 tahun karena kondisi saat itu benar-benar membuat aku dalam posisi relaks, dua adikku yang tadinya aku support biaya kuliah sudah bekerja, bahkan si bungsu tepat mendapat pekerjaan di saat aku sudah dilamar.Â
Lalu aku sudah membersamai mamak papa selama dua tahun (tadinya aku selalu berbeda kota dengan mereka) jadi paling tidak mamak papa bisa merasakan baktiku, pas aku menikah maka nggak ada lagi beban di pundakku sehingga aku bisa fokus dengan rumah tanggaku.
Telat Nikah Bukan Berarti Susah Punya Anak
Saat aku belum menikah aku selalu menjaga kesehatan, menjaga pola makan, dan rajin berolahraga sehingga tak terbersit sih bakalan susah punya anak. Bahkan aku sangat yakin begitu menikah aku akan langsung hamil.Â
Dan selama menantikan jodoh aku juga mencatat rapi tanggal menstruasiku, kebiasaan ini aku gunakan untuk memastikan siklus menstruasiku terjadwal dengan baik dan ini adalah pertanda reproduksi bekerja dengan baik.Â
Memiliki anak juga adalah hak veto Allah, jadi nggak usah terlalu worry sama usia menikah yang tua sepertiku, karena faktanya meski menikah usia 33 tahun aku bisa hamil sementara ada teman yang menikah 8 tahun lebih awal saat itu belum dikaruniai anak.
Persiapan Kehamilan
Saat itu aku memang nggak mempersiapkan apa-apa karena merasa menikah usia tua maka aku sudah bilang ke suami keinginan untuk segera memiliki anak dan alhamdulillah dia pun setuju.Â
Lantas saat kehamilan aku juga merasa biasa saja, nggak ada yang aneh namun setelah anakku lahir aku baru menyadari bahwa kehamilan bagi pasangan yang menikah usia tua itu penuh risiko dan alhamdulillahnya anak-anak kami sehat.Â
So karena itu aku ingin berbagi pengalaman untuk kalian yang mungkin menikah di usia tua seperti kami. Sebelum kehamilan ada baiknya kalian mempersiapkan hal berikut:
- Komitmen Segera Memiliki Anak, bagiku menikah itu memang salah satunya adalah jalan untuk memiliki keturunan. So sebelum menikah cobalah mendiskusikan dengan pasangan tentang keinginan untuk segera memiliki anak.
Biasanya sih kalau usia menikah sudah tua nggak akan menunda pokoknya bila sudah deal maka tak ada keraguan lagi untuk menjadi orangtua.
Bahas juga mau punya anak berapa dan jarak waktunya berapa lama, kalau aku komitmennya begitu anak pertama usianya 1 tahun maka lanjut anak kedua, makanya jarak anakku pas banget 21 bulan (si sulung 12 bulan, hamil 9 bulan) hehe - Cek Pra Kehamilan, nah inilah yang miss aku lakukan. Karena aku merasa sehat maka kami skip konsultasi ke dokter kandungan.
Alhasil selama masa kehamilan aku sering mengalami pendarahan, di usia kehamilan 32 minggu anak pertama divonis Down Syndrome dan saat itulah kami menyadari betapa pentingnya konsultasi pra kehamilan terutama bagi pasangan menikah usia tua seperti kami.
Ternyata karena usia menikah sudah tua maka kualitas sperma dan sel telur udah nggak prima, andai kemarin beneran anakku Down Syndrome maka salah satu kemungkinan penyebabnya adalah pembuahan terjadi pada sel telur berkualitas jelek.
Dokter kandungan menganalogikan telur yang disimpan dalam kulkas kalau kelamaan pasti salah satunya akan ada yang busuk, begitu pula sel telur yang tak pernah dibuahi selama 33 tahun.
So plis kalian cek pra kehamilan, nanti akan diperiksa apakah ada virus, kualitas sel telur dan sperma, terus bisa juga cek apakah gen kita ada yang abnormal dan menurutku ini poin kedua terpenting sebelum memutuskan hamil. - Siapkan Fisik, jujur ternyata hamil di usia 33 tahun itu melelahkan hehe.
Selama hamil sih biasa saja nah kerasanya setelah anak lahir, bayangkan dia usia 5 tahun akunya sudah 38 tahun dan bukan usia muda untuk bisa mengikuti ritme anak balita.
Itu mengapa disarankan punya anak tuh usia 25 tahun ya selain tenaga masih OK, usia 25 tahun juga secara psikis kita masih enjoy bawaannya, ini udah mau 40 tahun eh kepaksa jadi kekanak-kanakan biar anaknya bahagia hehe. - Mengasuh Anak Secara Bersama, karena usia sudah tua ada baiknya proporsi jaga anak dibagi rata.
Kalau aku urusan kasih makan, suami mandiin anak-anak hehe. Toh kalaupun dekat sama salah satu ayah or Ibu kitakan sama-sama orangtua jadi nggak usah rebutan anak lebih dekat siapa - Perhatikan Kehidupan Seks, jangan sampai karena sudah tua, terus punya balita energi habis buat ngurusin anak. Karena sejatinya kebahagiaan pasangan itu shortcutnya dari seks (IMO ya) jadi pastikan kalian tetap bersemangat dan jadwalkan aja seminggu berapa kali. Kalau sudah dijadwalkan ntar juga bisa eksekusinya. Yang ribetkan nggak ada rencana yah kapan eksekusinya.
Nah udah deh 5 hal di atas kalau sudah dipahami dijamin deh punya anak nggak bikin ribet malah jadi punya energi cadangan loh. Bete lihat pasangan eh main sama anak hepi lagi, lelah di jalanan begitu tiba di rumah hepi lagi karena disapa anak-anak.