Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Menikah Itu Bukan untuk Mengubah Nasib

5 Februari 2021   14:35 Diperbarui: 6 Februari 2021   11:02 4764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyaknya kasus perceraian saat ini kadang membuat aku bertanya, apa sih penyebabnya? Kenapa harus menikah kalau ujungnya merasa tidak cocok? Mengapa memutuskan berpisah karena merasa berbeda sudut pandang?

Lain hal bila perceraian itu karena kekerasan dan perselingkuhan maka nggak ada kata lain selain aku mengaminkan mereka yang memutuskan pernikahan karena dua hal tersebut.

Aku pribadi terlahir sebagai muslim karena itu aku berkeyakinan menikah adalah menuju kesempurnaan beribadah, sebagai kaum hawa aku dicap "telat kawin" makanya di usia yang ke 42 anak paling gedeku saja baru akan berusia 8 tahun hehe, namun aku percaya bahwa Jodoh sama dengan kematian waktunya hanya Allah yang tahu.

Selama aku menelusuri waktu kesendirian, ada banyak label yang disematkan padaku "makanya jangan milih-milih", "kerja terus sih!" dan nggak sedikit mereka adalah orang-orang yang juga punya jarak waktu untuk menemukan jodoh.

Sebelum menikah ada banyak curhat dari teman-temanku, dari sinilah aku mengumpulkan berbagai hipotesa dan mampu membuat kesimpulan "bahwa ketika kamu memutuskan menikah jangan punya tujuan macam-macam selain membina rumah tangga"

Emang ada gitu orang menikah tujuannya macam-macam? Itulah yang aku lihat, ada yang menikah karena merasa sudah saatnya, ada yang menikah karena bosan hidup bersama orang tuanya, ada yang menikah karena rindu sosok seseorang, ada yang menikah karena ingin memperbaiki kualitas hidupnya kalaulah karena alasan itu maka yakinlah menikah akan membuat kalian kecewa.

Usia pernikahanku sih baru otw 9 tahun, belum lama namun yang bisa aku pastikan selama 9 tahun membina rumah tangga alhamdulillah belum ada ledakan antara aku dan suami, bahkan teori bilang kalaopun ada ledakan di 5 tahun pertama maka itu wajar. Mungkin ini bukan tips tapi hanya sharing bagaimana aku memandang sebuah pernikahan.

Menikah Untuk Ibadah

Terbaca sangat klise tapi itu yang aku lakukan, andai bukan untuk ibadah jelas aku memilih untuk tak menikah haha. Ternyata benar adanya begitu aku menikah memang semua tentang ibadah, bagaimana aku harus bisa menerima pasangan, bagaimana aku terus menjadi seorang anak meski sudah menjadi istri.

Bagaimana aku memuliakan keluarga dari suami which is kenalnya juga baru beberapa saat namun harus bisa menganggap sama dengan keluargaku sendiri. Jadi benarlah adanya menikah itu untuk ibadah, ini bukan hanya sekedar bebas memuaskan hasrat seksual.

Makanya kalau di barat bisa kita lihat bahwa pasangan yang sudah punya anakpun bisa tak terikat dalam sebuah pernikahan artinya pernikahan itu adalah sesuatu yang lebih berat dari sekedar memiliki anak secara bersama.

Jangan Berharap Banyak dengan Pernikahan

Beberapa teman bercerai dengan banyak alasan namun kalau mau ditarik satu penyebab kebanyakan adalah masalah ekonomoi. Dan jangan salah ekonomi itu bukan tentang si miskin dan si kaya ya. Ada temanku yang menikah dengan pria super kaya, karena kekayaan itupula sang suami mikir kenapa dia harus bekerja?

Dan sebelum mereka menikah temanku sudah tahu kalau suaminya rebahan aja punya uang. Ketika temanku menikah aku bahagi membayangkan dia setiap saat ingin jalan tinggal buka garasi dan tinggal tunjuk warna dan jenis mobil apa yang mau dia pakai. Fakta mengejutkan diapun bercerai dengan alasan ekonomi haha.

Jadi katanya dia kepengen banget ngerasain uang 500 ribu saja tapi dari hasil keringat suaminya, perasaan mendapat uang dengan cuma-cuma membuat temanku tak bahagia, rasanya seperti mengemis harus menunggu tanggal transferan.

Dari teman inilah aku belajar bahwa ekonomi pernikahan itu bukan tentang banyaknya harta melainkan bagaimana seorang kepala keluarga bisa menunjukkan tanggungjawab dengan menafkahi anak istri dari keringatnya sendiri.

Kebetulan saat usia 33 Tahun aku dipertemukan dengan pria yang dari sisi keuangan tak kaya raya, pekerjaannyapun bukan sesuatu yang dibanggakan orang kebanyakan, bahkan Papaku berulangkali bertanya "apakah kau bisa hidup dengan dia?". Saat itulah aku bilang ke Papa bahwa pernikahan itu bukanlah untuk mengubah nasib.

Aku adalah anak kalian yang sudah ditakdirkan menjadi tulang punggung keluarga, izinkan aku menikah untuk melanjutkan apa yang sudah aku lakukan untuk Mamak, Papa dan adik-adik. Ketika aku menikah maka aku akan terus menjadi diriku.

Alhamdulillah meski dimata orang lain hidupku penuh dengan kerja keras tapi aku bahagia menjalaninya, enggak ada yang berubah aku masih saja menjadi pekerja yang berusaha membahagiakan orang-orang di sekitarku.

Karenanya aku memahami pernikahan bukanlah shortcut untuk memerdekan hidup melainkan membangun sebuah kehidupan lain yang memang layak diperjuangkan. Aku tak berharap banyak dari suamiku, enggak pernah bermimpi setelah menikah denganku dia lantas berubah menjadi superman.

Makanya aku nggak pernah juga mengkhayalkan dibelikan mobil, dibelikan perhiasan namun dalam perjalanannya aku tetap mendapatkan banyak hadiah lewat jalan lain, tak penting bukan dari suami tapi wujudnya memenuhi apa yang menjadi impianku.

Banyak orang gagal dalam menikah karena berharap too much dengan sebuah pernikahan, dia pikir dengan menikah tiba-tiba pasangannya akan jadi hebat, dia pikir dengan menikah bisa mengubah nasibnya. Please tujuan menikah bukan untuk itu semua, menikah adalah perjalanan panjang seperti yang sudah kau lalui sebelum menikah.

Ketika mau menikah aku hanya bilang kepada suami please jangan selingkuh, buatku selingkuh tak bisa dijadikan alasan apapun untuk menutup kekecewaanmu atas pernikahan.

So buat kalian yang ingin menikah siapkan saja dulu tujuanmu menikah, bila tujuannya seperti upik abu menjadi cindrelela maka tolong jangan menikah karena itu beneran hanya ada di negeri dongeng.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun