Aku dan 4 saudaraku jaraknya hanya 1-2 tahun sehingga kami adalah teman bermain. Setiap menjelang tidur di malam hari Mamak akan mengumpulkan kami di tempat tidur dan siap untuk mendongeng. Ada banyak cerita rakyat yang dikisahkan Mamak dan menurutku sebagian karakter kami terbentuk lewat pesan moral yang disematkan pada cerita rakyat.
Setelah selesai mendongeng Mamak akan mengajak kami berdiskusi, Mamak akan menanyakan siapa nama tokoh yang diceritakan, siapa saudaranya, bagaimana karakternya dan ada banyak pertanyaan yang diajukan Mamak yang membuat aku dan 4 saudaraku berebut untuk menjawab. Sebelum tidur Mamak akan menyimpulkan pesan moral yang ada pada cerita rakyat tersebut.
Setelah aku memiliki anak akupun melakukan hal yang sama, bercerita tentang cerita rakyat dan memberikan nasihat supaya kedua anakku bisa mengambil inti cerita. Ketika kedua anakku bertanya kenapa harus hormat kepada orang tua maka aku membuka yutub dan mencari cerita rakyat tentang Malin Kundang, untungnya zaman now ada yutub jadi visualnya lebih mengena kepada anak-anak. Sejak mengetahui ada anak yang dikutuk menjadi batu karena tak mengakui orangtuanya mereka jadi saling menasehati "Ayo Kanda buruan dengerin kata mami, nanti kita jadi batu loh!" hehe kepolosan mereka kadang membuat kami tertawa.
Kali ini aku ingin bercerita tentang Bawang Merah Bawang Putih, ini adalah cerita rakyat yang paling aku ingat karena kebetulan aku hanya berdua dengan adik perempuanku sehingga dulu aku kerap membayangkan bahwa kami adalah Bawang Putih dan Bawang Merah. Versi cerita rakyat ini juga ada banyak jadi aku mencoba berkisah dari cerita Mamak saja.
Alkisah di sebuah desa hiduplah seorang gadis bernama Bawang Putih, Ayah dan Ibunya sangat menyayanginya. Bawang Putih adalah anak gadis yang rajin dan ramah, namun kebahagiaannya tak lama, sang Ibu meninggal karena sakit. Bawang Putih masih kecil jadi Ayahnya memutuskan untuk menikah kembali. Bawang Putih pun memiliki Ibu dan saudara tiri bernama Bawang Merah dan tak lama kemudian Ayahnya meninggal. Kini hanya ada dia, Ibu dan Saudara tirinya. Bawang Putih diperlakukan seperti pembantu, dia mengerjakan semua pekerjaan rumah dan melayani semua kebutuhan Ibu dan Saudara tirinya.Â
Pagi itu Bawang Putih pergi mencuci pakaian ke sungai, apes salah satu baju Bawang Merah hanyut dan karena takut Bawang Putih mengejar baju yang hanyut namun tak menemukannya. Dalam lelah Bawang Putih melihat ada sebuah gubuk di pinggir sungai, diapun menuju ke sana. "Tok-Tok bolehkah saya menumpang bermalam?" tanya Bawang Putih. Seorang nenek membuka pintu dan tersenyum mendapati ada seorang gadis yang berkunjung.Â
Bawang Putih bercerita kalau dia kehilangan baju kakaknya dan ternyata sang nenek menemukannya, betapa bahagia Bawang Putih karena merasa nasibnya nggak akan kena siksa. Sang nenek pun meminta Bawang Putih tinggal bersamanya, keesokan paginya Bawang Putih sudah bangun, dia membantu nenek membersihkan gubuknya, memasakkan sarapan sehingga ketika nenek bangun dia sangat terkejut sekaligus senang. Karena hari sudah sore Bawang Putih berpamitan kepada nenek, nenekpun memberikan dia labu kuning.Â
"Pilihlah labu kuning itu, bawalah pulang untuk kau masak"
"Terima kasih nek, nenek tak perlu memberikan aku hadiah, aku sudah bahagia bisa menemukan baju kakak dan bisa bermalam di rumah nenek" Nenek memaksa dan akhirnya Bawang Putih sengaja memilih labu kuning kecil supaya dia bisa berlari menuju rumahnya. Akhirnya Bawang Putih sampai di rumah, sudah banyak pekerjaan yang menunggunya.Â
Setelah selesai mengerjakan tugas rumah Bawang Putih membelah labu kuning pemberian nenek dan betapa kagetnya dia karena isinya adalah emas yang banyak. Ibu tiri melihatnya dan bertanya darimanakah asal labu kuning tersebut? Bisa ditebak sang Ibu tiri menyuruh anaknya untuk menuju ke rumah sang nenek, setibanya di sana Bawang Merah manja, tak membantu nenek sehingga ketika hendak pulang dia justru bertanya "Apakah nenek tak memberiku labu?"
"Pilihlah labu kuning itu" ucap nenek dan sifat Bawang Merah nan tamak tentu memilih labu yang berukuran besar, Bawang Merah segera berlari pulang tanpa mengucapkan terima kasih, setibanya di rumah Ibunya sudah tak sabar, berdua mereka membuka lagu kuning besar di dalam kamar. Mereka sengaja bersembunyi dari Bawang Putih, namun sayang ternyata isinya bukan emas melainkan binatang berbisa.
Pesan Moral Cerita Rakyat Bawang Merah Bawang Putih"
Cerita rakyat ini memiliki pesan moral yang baik, bahwa seorang anak perempuan sudah  selayaknya rajin meski hidup berkecukupan karena tak ada yang bisa menjamin takdir. Bisa dibayangkan nasib Bawang Putih andai dia pemalas? Rajin saja kena siksa apalagi malas?Â
Pesan moral lainnya adalah tentang keserakahan, meski kita baik maka ketika seseorang memberikan hadiah maka jangan serakah, sama seperti kalau ada teman yang mau traktir maka pilihlah menu yang sederhana jangan aji mumpung hehe. Pada akhirnya pesan moral dalam cerita rakyat ini adalah kita akan menerima apa yang kita perbuat, Bawang Putih sangat tulus sehingga dia bisa menerima kebaikan dari orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H