Banyak orang tua aliran home schooling mendukung pernyataan Mas Menteri terkait akan menetap PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) setelah pandemi selesai.
Kata mereka fitrahnya pendidikan itu dimulai dari keluarga jadi guru hanya mensupport, mungkin tak salah sepenuhnya. Tapi memang sangat sulit untuk bisa merasakan ketakmampuan orang lain sudah biasa kita menilai orang lain dengan kacamata kita sendiri tanpa mau mencari tahu kenapa orang tak mampu seperti kita?
Di lingkaranku penganut home schooling rerata adalah mereka yang punya ekonomi middle up, selain bisa mendampingi penuh, mereka mampu memfasilitasi anak-anak dengan berbagai teknologi minimal ada laptop, internet dan berbagai perlengkapan mendukung minat anak.
Mas Menteri Main Ke Tangerang Yuk!
Dulu saat saya bisa kuliah ke IPB tingkat awal saya menangis karena merasa bodoh dan tak tahu apa pelajaran yang dibahas Dosen, saya heran melihat teman-teman saya  berlomba memberikan jawaban padahal itu hanya pelajaran Matematika Dasar . Mereka anak dari pulau Jawa, sementara saya murid pilihan dari salah satu daerah di Sumatera Utara tapi saya baru mengetahui sebegitu timpangnya pendidikan kita. Saya sama sekali gak paham karena memang tak pernah mendapatkannya saat sekolah, bayangkan saya sampai harus les matematika demi mengejar ketertinggalan saya. Itu baru satu mata pelajaran Mas Menteri.
Beberapa waktu lalu saya pernah bercerita bahwa saat dimulainya PJJ awal pandemi bahkan sampai sekarang banyak sekolah yang terpaksa berhenti total pembelajarannya karena terkendala teknologi dan jarak.Â
Gak usah cari data sampai ke timur, Mas Menteri cukup main ke Tangerang atau Wilayah Banten ujung biar tahu kondisi real pendidikan Indonesia.
Anak saya sekolah di sekolah swasta, SPP nya gak murah juga dan Yayasan punya program anak asuh di tiap-tiap kelas. Di kelas anak saya pun demikian ada satu anak dari keluarga tak mampu sebut saja namanya Y, diasuh yayasan supaya bisa tetap bersekolah.
Tiba-tiba WA wali kelas mengejutkan kami semua, beliau menanyakan apakah ada yang mengetahui keberadaan orang tua Y karena ternyata sejak pandemi Y tak pernah menyetor tugas. Guru sudah mencoba menghubungi nomo telepon yang biasa dihubungi namun tak aktif.
Atas inisiatif walas akhirnya mendatangi rumah Y dan benar saja ternyata hp sudah dijual buat menyambung hidup. Akhirnya secara bergantian kami mengantarkan tugas ke Y dan seminggu sekali akan dijemput untuk diserahkan ke guru.