Virus Corona adalah masalah global, bukan sebatas tentara Allah yang diturunkan untuk membunuh orang china. Fakta bahwa saat ini penyebaran virus Corona pun menunjuukan kondisi Mekkah yang sepi karena ada puluhan negara yang dilarang masuk karena isu Virus Corona.
Buying Panic terjadi dimana-mana bukan hanya orang Indonesia, namun Indonesia memang punya kebutuhan hidup yang lebih komplit sementara temanku di Italy panic buying terjadi hanya pada tepung, hand sanitizer dan tisu toilet. Di Inggris pun sama ada dampak panic buying, ada dampak suasana sepi di public places.
Masker adalah salah satu barang yang paling dicari orang saat ini, bukan hanya langka di Indonesia di beberapa negara yang terinfeksi Corona juga terjadi, produksi sudah banyak namun tetap kekurangan mau gak mau harga naik. Di Indonesia masker naik nyaris 6x lipat dari yang biasa. Dan khususnya kami yang di Jakarta sudah beli masker sebelum Virus Corona mampir ke negeri kita. Polusi udara membuat banyak orang menggunakan masker, bahkan salah satu standard keselamatan penumpang ojol adalah masker, kerap driver memberikan masker kepada penumpang, orang di public transportation pun kerap menggunakan masker dengan berbagai alasan, buatku tidup nyenyak di bis tanpa khawatir mulut mangap adalah alasan menggunakan masker.
Kini masker sudah mahal, sosialisasi tentang masker juga banyak ditemukan namun ketika ada masyarakat mengeluh harga masker mahal maka jangan keluarkan statement "salah sendiri beli masker mahal, wong sehat ngapain beli masker". Padahal sebelumnya di Jakarta khususnya yang sehat pakai masker untuk berbagai alasan, rasa panik dan takut masyarakat bisa dikendalaikan pemerintah dengan banyak cara tapi bukan melarang beli masker. Ada banyak orang yang rela mengocek kantong demi rasa nyaman, buat yang gak pake masker menurutku juga bukan karena khatam tentang masker hanya saja tak punya pilihan, pengen beli tapi tak ada uang.
Harga masker harus dikendalikan pemerintah, kalau harga cabai dan telur saja bisa di kontrol kenapa masker tidak? Pemerintah bisa membagi-bagikan masker gratis secara kontiniu, gunakan anggaran negara untuk mengatasi kepanikan Virus Corona. Bila pemerintah menyediakan posko bagi-bagi masker gratis aku yakin toko-toko penjual masker akan mikir menjual dengan harga mahal. Bagi pedagang memanfaatkan moment adalah sah.
Namun ada juga beberapa tempat yang menjual masker dengan harga stabil seperti Ramayana Departement Store, Apotik Kimia Farma dan beberapa e-commerce dengan pembelian terbatas.Â
Nah oknum nakal juga ikutan hadir dalam urusan masker, beberapa kejadian yang akan aku ceritakan adalah modus kejahatan penjual masker jadi tetaplah berhati-hati saat membeli masker, jangan karena panik kita lupa untuk waspada.
- Masker Reused : ada teman di Yogyakarta minggu lalu beli masker bukan karena Corona melainkan Erupsi Gunung Merapi eh malah ketipu, harga sudah mahal namun isinya bekas, sobek dan kotor. Ini belinya offline bukan online ya. Jadi masih bisa dengan mudah diurus dan ditukar. So kalian harus cek di tempat ya jangan sampai tertipu which is harga juga gak murah.Â
- Online Shop Bodong : Saat informasi corona pertama kali diumumkan Presiden maka semua orang termasuk aku ingin melindungi diri minimal dengan membeli handsanitiser dan masker. Tetap waspada dan curiga dengan harga yang murah, jadi saat itu  tetangga beli di ecommerce dengan harga normal dan memesan dalam jumlah banyak, sampai hari ini barang tak kunjung tiba. Bahkan aku lihat banyak keterangan yang menjual masker adalah toko baru.
- Bagi-Bagi Masker Gratis, buat berhati-hati saja jangan tergiur menerima masker gratis dari pihak-pihak yang tak resmi. Beli masker pada toko-toko resmi saja.Â
So jaga kesehatan, jangan panik, Â waspada harus!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H