Kemarin aku sudah menuliskan tentang sebuah konser musik orkestra bertajuk Millenial Marzukiana, dan akhirnya hari ini aku menyaksikan langsung Charity Concert yang diselenggarakan oleh Ananda Sukarlan Orchestra. Ananda Sukarlan Orchestra sudah berdiri sejak 2013 dan tema konser kali ini memang menyasar generasi millineal, tujuannya sederhana sih supaya generasi millineal bisa tahu sosok Ismail Marzuki.
Paling top generasi millineal cuman ngertinya ada Taman Ismail Marzuki, namun apa hasil karyanya bisa jadi mereka sudah enggak paham, tapi kalau ditanya Black Pink ? Mas Ananda sengaja membuat simponi klasik atas lagu-lagu Ismail Marzuki untuk bisa dibawakan oleh musisi luar negeri, dengan begitu kalau sudah ngetop di luar negeri biasanya anak muda Indonesia akan ikutan latah mengakui dan mengagumi.Â
Selama ini musik klasik luar negeri justru dibawakan oleh musisi Indonesia, secara tak langsung kita justru mempromosikan musik sebuah negara dan kali ini saya berkeinginan supaya musisi luar bisa membawakan lagu-lagu Ismail Marzuki.
Kolaborasi Ananda Sukarlan Orchestra dan Kaya.id
Konser ini berlangsung atas kerjasama Ananda Sukarlan Orchestra dan Kaya.id, dalam sambutannya Ibu Nita Kartikasari selaku CEO Kaya.id bahwa tujuan Ananda Sukarlan sejalan dengan misi Kaya.id.Â
Indonesia adalah negara yang kaya akan ide, Kaya.id bergerak untuk memoles UKM di Indonesia menuju Global dengan melakukan strategi marketing yang handal dan salah satu harta karun yang dimiliki Indonesia adalah Musik. Karya Ismail Marzuki merupakan harta karun Indonesia, semoga saja setelah konser ini generasi millineal bisa me,bawa sepotong hati Ismail Marzuki dan bergema diseluruh dunia.
Rachmi Aziyah adalah putri satu-satunya dari Bapak Ismail Marzuki dan menurut beliau ada 300 karya Ismail Marzuki yang sudah di dokumentasikan, sementara itu Mas Ananda mengakui paling hanya mengetahui 30 judul karya Ismail Marzuki dan itu hanya 10% saja, see? Betapa kita banyak kehilangan karya seni anak bangsa.
Konser dibuka dengan sebuah ringkasan cerita dari sebuah novel karya Rio Haminoto "Erstwhile" dan asli bagus banget, kisah dalam novel dijadikan lagu bagaimana seorang pria asal Indonesia bisa masuk ke sebuah perjalanan waktu bersama seorang wanita bernama Emma Watts. Suara tenor Arya Pradhita dan suara Soprano dari Mariska Setiawan membawa penonton hanyut kedalam cerita novel, enggak bisa aku ceritakan tapi menyaksikannya bikin kagum !. Duet millineal ini beneren keren!
Selanjutnya kami menyaksikan Music for Ballet dengan tema cerita nusantara Malin Kundang, kisahnya dibacakan Narrator mas Handry Satriago. Dari atas kursi rodanya mampu membawa kami merasakan kepedihan Ibu Malinkundang, alunan musik nusantara membuat kami merasa berada diatas kapal malin kundang, keren banget sampai-sampai Ibu Menteri Luar Negeri Ibu Retno Marsudi memberikan standing apllause kepada beliau.
Setelah istirahat selama 15 menit kembali kami diperkenalkan dengan seorang violin millineal Finna Kurniawati, alunan musik klasik khas mas Ananda membuat lagu Wanita, Gugur Bunga dan Halo-halo Bandung karya Ismail Marzuki jadi lebih menusuk hati dengan alunan biola Finna bagian ini masuk kedalam Concerto Marzukiana no.2
Pada bagian Marzukiana no. 3 tampil seorang pemain Harpa millineal asal Surabay Jessica Sudarta membuat lagu Melati di Tapal Batas begitu indah, dan sebwlum Concerto Marzukiana no.1 acara diselingi dengan penampilan Charles Bonar Sirait yang memawa kami mengingat kembali sosok Ismail Marzuki, seorang pejuang nasional yang bergerak lewat seni musik, rangkaian kata dan nada mampu menusuk hati setiap rakyat Indonesia, bahkan saking cintanya akan negeri ini salah satu lirik lagunya adalah 'Tempat berlindung di hari tua, sampai akhir menutup mata".