Ramadan memang dimaknai sebagai bulan penuh berkah bagi seluruh ummat tanpa terkecuali. Salah satu ciri khas ketika Ramadan tiba adalah 'kemacetan', entah kenapa meski jam pulang kantor lebih awal namun kemacetan yang dirasa justru bertambah parah. Jalan utama yang semula lancar maka ketika di bulan Ramadan sudah dipastikan menjadi padat. Penyebabnya adalah munculnya pasar jajanan dipinggir jalan selama bulan Ramadan.
Meski macet tapi terkadang justru terbantu juga dengan keberadaan pasar dadakan ini, aku misalnya kerap mengajak ojek online mampir terlebih dahulu membeli makanan untuk bekal berbuka di jalan atau bahkan membeli lauk untuk berbuka di rumah.
Meski terkadang muncul rasa bete tapi pada akhirnya muncul juga rasa syukur 'syukur ada mereka di sepanjang jalan sehingga yang berpuasa gak harus prepare bekal berbuka sejak jam 2 siang karena di sepanjang perjalanan menuju rumah selalu ada yang menjual makanan.
Pasar Dadakan Berkah Bagi Penjual dan Pembeli
Beberapa lokasi pasar bahkan memberi ruang khusus bagi pedagang jajanan, sehingga mereka terkumpul di satu area, hal ini dilakukan tentu untuk menghindari kemacetan dan tertib lalu lintas. Sebaiknya juga sebagai pembeli kita usahakan agar membeli jajanan Ramadan di tempat yang tersedia seperti ini sehingga tidak menimbulkan kemacetan.
Tapi sering kali pasar dadakan ini justru penyebab kemacetan karena selalu berdagang di pinggir jalan utama, contohnya saja di benhil pejompongan aku kerap tanpa memarkir kendaraan bisa membeli jajanan langsung dari atas motor hal begini tampak memudahkan tetapi merepotkan bagi yang lainnya.
Selama itu adalah penjual dan pembeli maka biasanya sama-sama merasakan berkah, si pedagang mendapatkan keuntungan, si pembeli mendapatkan kemudahan untuk kembeli menu berbuka. Di komplek perumahan kami sendiri juga selalu muncul pasar dadakan, ada yang resmi dikelola pasar ada yang mandiri. Dan biasanya tetangga juga mendadak berdagang memanfaatkan momentum Ramadan.Â
Tak Semata Meraup Untung
Tetangga ku adalah salah satu orang yang menjadi pedagang kala Ramadan tiba, mendadak jadi pedagang begitu kami menjulukinya. Bukan semata mencari untung katanya, tapi lebih merasa bahagia karena merasa ikut membantu orang-orang yang ingin berbuka. Dagangannya juga hanya gorengan tapi entahlah dia merasa bahagia bisa meramaikan pasar dadakan selamam Ramadan.
Habis enggak habis pukul 17.30 wib sudah harus menutup dagangannya dan bila ada sisa maka sisa nya akan dibagikan kepada orang-orang dijalanan atau bahkan ke musholla. Ramadan selalu membuat dia bahagia karena merasa bisa setiap hari membagikan makanan, dimana hal ini tidak bisa dilakukannya pada bulan lainnya.
Sekilas tak logis lah ya jalan ceritanya, masaklah jualan tapi gak ngotot di sisi untungnya. Tapi ya begitulah adanya, itulah faktanya. Mungkin inilah yang namanya kemampuan adaptasi psikologis dan penumbuhan budaya seseorang ke dalam aktifitas keseharian dan lingkungannya. Tetanggaku yang mulia tersebut, senyatanya mampu tetap bahagia dan merasakan hidup penuh makna dengan berdagang di pasar dadakan menggunakan mental tempaan ramadan yang luar biasa dan mengharap berkah bukan untung semata.