Apa ya ?
Sebenarnya bingung untuk membahasakannya kedalam sebuah tulisan. Namun jemari selalu ingin menuliskan tentang rasa ini. Terkadang menulis tentang rasa adalah cara terbaik bagiku untuk mengambarkan kepada dunia bahwa aku baik-baik saja, menulis tentang rasa bisa membuang jauh air mata bahkan sering kali rasa belum usai dikisahkan namun pedih sudah beranjak pergi!Â
Anak akan tetap menjadi anak! Pada akhirnya hanya orang tualah yang memiliki cinta tanpa syarat. Kamu kurang sepaham ? Keep Calm, tulisan ini ringan tidak perlu didebat dan baca dengan perasaanku not yours, deal? Â
Yup menurutku anak tetaplah hanya seorang anak, tidak lebih dari itu. Dulu ketika aku menjadi anak-anak terlalu banyak hal yang tidak ku suka dari mamak dan papa, sehingga aku berikrar bak adegan didalam sinetron dengan tatapan tajam ,menutup mulut memandang ke mata mereka "lihat saja kalau aku besar nanti aku tak akan seperti kalian"! Sebenci apapun rasaku pada mereka toh hanya kepada merekalah aku kembali. Minta jajan ya tetap, minta beliin ini itu ya tetap bahkan meski menangis tidurku tetap didalam rumah mereka. Seberapa kejamnya mereka dari sudut pandangku tetap aku tidak pernah mempunyai rasa takut, tidak memiliki rasa dendam hanya ada rasa sebel sebentar karena perutku akan kenyang kembali oleh masakan yang dihidangkan mamak diatas meja. Yah begitulah waktu terus berjalan , marah berganti sesal, sesal berganti maaf dan akhirnya aku harus berpisah dengan mamak papa dan kini akupun telah menjadi orang tua.Â
Aku membaca sebuah postingan yang berisi tulisan lugu anak-anak tentang hal apa yang tidak disukainya dari kedua orang tuanya. Jawaban jujur dari perasaan seorang anak, aku tidak suka kalau Ibu memanggilku goblok, aku tidak suka kalau ayah memukulku dan bla..bla sebagainya. Miris? Ah tidaakkk , biasa itu karena apa ? hal yang tidak disukai anak-anak itu bukan tanpa sebab, kitakan pernah menjadi anak, masak iya gak bisa ingat kenapa kita jadi benci dengan orang tua kita? Semua ketidaksukaan itu hanya karena kita merasa dikekang, merasa diadili, tapi apa pernah bertanya apa sebab orang tua memakimu? apa sebab orang tua memberi pukulan kepada mu ? See? Ketika aku hadir disalahsatu kelas parenting , semua mantan anak (soalnya semuanya sudah jadi orang tua) menulis hal yang tidak disukainya dari kedua orang tua, antara aku dan 10 kursi dari aku isinya hampir sama ! Padahal orang tuanya sudah jelas bedakan ? Artinya apa? Bahwa orang tua itu hanya ingin memberikan yang terbaik menurut versi mereka bukan versi si anak, bahwa apa yang menjadi ketidaksukaan kita terselip sebuah niat baik disana, ada nasehat tersembunyi disana. Jadi salahnya apa? Tidak ada yang salah biarkan alam memberi jawabnya.Â
Pada akhirnya, ketika aku beranjak dewasa, aku mulai bisa menyelami pikiran mamak, "ohh pantes dulu aku dituduhnya, itu hanya ingin menunjukkan bahwa dia care akan laporan seseorang yang merasa kehilangan, karena mamak ingin menunjukkan bahwa mamak tidak suka melihat anaknya berbohong, bahwa mamak ingin mengajarkan setiap perbuatan tidak baik akan diberikan sanksi. Ah bodohnya aku yang memberi cap 'kebencian pada mamak". Kemudian aku pernah protes ketika mereka tertangkap mata sedang berkelahi "aku tidak suka" namun kini ketika aku sudah berumah tangga ternyata diawal aku dan suami juga tidak ingin menunjukkan saling emosi didepan anak-anak tetapi apa? rupanya emosi membuat lupa segalanya, emosi tidak mengenal tempat dan emosi tidak melihat sosok mungil sebagai bagian hal penting untuk dipertimbangkan. So? sebaik-baiknya nasehat pada diri memang hanyalah perbanyak istighfar dan sabar. Â
Kalau kini banyak kelas parenting maka itulah pembuktiannya, bahwa menjadi orang tua itu tak mudah, seluruh waktu adalah proses untuk belajar dan belajar lagi. Bahkan kini aku bisa merasakan berapa banyak tetes air mata yang telah dikeluarkan mamak? berapa banyak sesal yang dirasakannya? berapa banyak luka yang dideritanya? Hanya karena mamak memarahi anak-anaknya? Aku merasakannya ketika hanya dalam hati aku kesal melihat ulah anak (mungkin anak tidak tahu aku kesal karena usianya belum memahaminya) dan ketika dia tertidur aku pandang wajahnya, duh ya rab kok aku sampai punya rasa bete tadi ya ? padahalkan cuman gak mau makan, untung aku gak ngomel, duhh rab beri hamba kesabaran, maafin hamba yang sudah hampir memarahi amanhMU, ajarin hamba untuk terus belajar menjadi orang tua seperti yang Engkau kehendaki. See? sebegitu menyesalnya aku, kebayangkan kalau orang tua kita sudah terlanjur? ahh sakit pasti dada mereka, menyesal!Â
Orang tua itu punya cinta tanpa syarat untuk anaknya. Tak pernah berhitung akan waktu yang dihabiskannya mengurus kita, tak pernah mengelak ketika kita menginginkan sesuatu, bahkan mendahulukan perut kita baru kemudian mereka. Sementara aku pernah tertampar oleh ulahku sendiri, ketika berkali-kali mamak bilang rindu akan cucunya, karena keterbatasanku akupun berhitung , mengkalkulasikannya "ahh ga ada cukup uang" pada akhirnya aku hanya bisa diam tak ada kata ajakan "kesinilah mak nanti tiket aku kirimkan" NO..itu tak terucap. Dulu ketika libur kuliah tiba, mak aku pengen pulanglah rinduu..apa jawab suara disebrang telepon ? Oh iya nak, kapan mau pulang belilah tiket! See? No kalkulasi, tidak ada hitung-hitungan. Â
Tapi pada akhirnya aku hanya bisa bilang kehidupan terus berjalan, one day si anak akan menjadi orang tua, dan dia akan meyakini bahwa orang tuanya sudah melakukan yang terbaik, pada akhirnya kita bisa memaklumi apa yang tidak kita suka dahulu adalah sebuah bentuk kasih dari mereka, hanya saja saat itu kita tidak bisa memahaminya, hanya sebatas merasakan saja. Karena itu hal yang paling tidak aku suka adalah menyalahkan orang tua atas kebobrokan seorang anak, kalaupun ada kekeliruan itu bukan karena dia tidak menjadi orang tua yang baik namun kondisinyalah yang mengkondisikan dia untuk tidak baik. Â
Ahh jadi sedih awak..maafkan anakmu ini ya mak, pa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H