Mohon tunggu...
Uli Hartati
Uli Hartati Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

A wife, mommy of 2 boys, working mom also as a blogger Contact me : WA 089627103287 Email uli.hartati@yahoo.com Blog http://ulihape.com IG dan Twitter @ulihape

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Uap dengan Nebulizer, Amankah?

18 Januari 2016   16:26 Diperbarui: 4 April 2017   18:30 28313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kanda, anak pertamaku lahir di usia kandungan 34 minggu. Di awalnya ada indikasi paru-paru belum terbentuk sempurna. Namun, seiring tumbuh kembangnya terlihat dari berat badannya bahwa semua oke-oke saja. Aku adalah ibu pekerja sehingga selama jam kantor anakku berada di penitipan anak, otomatis risiko anak tertular penyakit akan lebih gampang.

 [caption caption="Kanda sekarang kalo diuap sudah paham, jadi gak pakai nangis"][/caption]

Memasuki usia 8 bulan, Kanda tiba-tiba mengalami batuk dan flu. Sebenarnya tidak ada yang aneh, toh batuk sendiri hanya berupa cara Allah untuk menunjukkan bahwa ada sesutu yang sedang tidak beres di dalam tubuhnya. Ketika flu menjadi berat, bayi kecilku mengalami susah napas dan terapi uap ala ibu rumahan pernah aku coba, sebelum tidur aku teteskan 15 tetes minyak kayu putih kedalam wadah yang berisi air panas sehingga seisi kamar harum dan hangat wangi khas minyak kayu putih (aku pakai magiccom kecil). Efeknya sangat kecil membantu Kanda bernapas lebih lega. Namun, ternyata anak kecil belum mampu mengeluarkan dahak ketika batuk sehingga ada kemungkinan dahak menumpuk di paru-paru, lalu dibawa ke dokter dan pertama kalinya aku mendengar istilah "terapi uap dengan nebulizer". 

[caption caption="Kanda Usia 8 bulan"]

[/caption]

Karena diperkirakan dahak sudah terlalu banyak, terapi uap itu dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari, dan biayanya lumayan untuk per harinya. Nebulizer adalah sebuah alat yang mampu mengubah zat dalam bentuk cair menjadi uap. Awalnya aku sempat ragu, amankah? Dan ternyata dengan hasil konsultasi beberapa dokter, ternyata terapi uap ini jauh lebih aman daripada konsumsi obat oral yang mempunyai efek bisa menumpuk dalam darah, sedangkan melalui Nebulizer efeknya tetap ada namun sangat jarang. Efeknya bisa terjadi bila pemberian tidak tepat dan mengakibatkan keringnya saluran pernapasan atau timbulnya jamur di mulut dikarenakan alat tidak steril. 

Kanda ada beberapa kali diuap sampai aku melakukan beberapa tes terkait dengan penyakit paru-paru. Meski dokter selalu meyakinkan aku bahwa semua baik moms, toh BB Kanda juga sangat bagus, tetap saja aku khawatir. Maklum aku terlalu sering mendapat share tentang kematian anak yang disebabkan Pneumonia. Ini yang paling aku takut, karena dari banyak cerita, semua terjadi mendadak, apalagi Kanda anaknya selalu ceria jadi aku khawatir. Dan akhirnya Dokter membantuku untuk memastikan semuanya, ada beberapa tes yang dilakukan: 

  1. Tes darah, semuanya negatif (lupa tes darah apa saja)
  2. Tes TB melalui sistem skoring dan hasilnya negatif.
  3. Tes Mantoux hasilnya juga negatif

[caption caption="Tabel Skoring TB"]

[/caption]

Karena semua negatif, terakhir dilakukan tes alergi dengan hasil ada alergi. Nah, ketika mau melakukan tes lanjut alergi karena apa dan ternyata agak ribet, akhirnya aku memutuskan stop, yang penting Kanada tidak ada penyakit terkait paru-paru sampai usia dilakukannya cek kemarin. Dan ternyata seiring waktu, perlahan aku bisa pastikan penyebab alergi Kanda adalah coklat, tapi tidak semua jenis coklat dan di sini aku juga masih bingung mengategorikannya. Makan roti coklat oke, minum apa saja yang bercitarasa coklat maka kanda akan batuk dan sesak. 

Kemudian anak keduaku lahir dengan cukup bulan. Namun, di usia ke-8 bulannya kembali anakku mengalami sesak secara tiba-tiba. Kali ini aku langsung membawanya ke rumah sakit karena aku lihat anakku Kayama sangat sesak. Perutnya sampai kempis dan di antara batas perut dan paru membentuk segitiga setiap dia tarik napasnya. Dan benar kekhawatiranku, malam itu dokter langsung menyuruh Kayama dirawat. Kembali Kayama harus diuap, sehari sampai 4 kali, sempat dipasang selang untuk membantu memberi oksigen.

Duh Ya rab jangan Pneumonia plis, begitu harapku. Lima hari anakku dirawat dan dokter menyarankan agar aku hati-hati. Selang 7 hari kemudian, tetiba Kayama sesak lagi. Lagi-lagi mendadak terjadinya. Sore itu aku lihat hidungnya mulai ada ingusnya. Dalam hitungan menit, aku lihat perubahan napasnya menjadi semakin cepat, dan lagi aku segera membawanya ke rumah sakit. Langsung dokter dengan instruksi yang sama "rawat"! Duh kenapa?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun