Investigasi kontak (IK) merupakan kegiatan pelacakan dan investigasi yang ditujukan pada orang-orang yang kontak dengan pasien TBC (indeks kasus) untuk menemukan terduga TBC. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas kesehatan di wilayah Puskesmas dan Para Kader Komunitas.Â
Di Kabupaten Probolinggo Yabhysa sebagai salah satu NGO yang bergerak dibidang kesehatan khusus eliminasi TBC memberikan konstribusi yang cukup besar bagi pemerintahan di Kabupaten Probolinggo.Â
Melalui Kader yang berjumlah 58 Kader aktif mereka bergerak untuk menemukan kasus TBC baik melalui investigasi kontak rumah tangga maupun melalui Investigasi kontak Non Rumah tangga yang artinya melakukan penelusuran terhadap kontak erat dari orang yang terpapar positif TBC misalkan seorang pedagang pasar yang kontak eratnya menyebar di seluruh langganan dimungkinkan adanya penularan.Â
Kader melakukan Investigasi kontak berdasarkan index yang di dapatkan dari Puskesmas. 1 Indek melakukan IK minimla 20 orang. Dan untuk yang bergejala seperti batuk lebih dari 3 minggu, sesak nafas, keringat dingin dimalam hari, berat badan menururun, nafsu makan berkurang, anak di bawah usia 5 tahun akan dirujuk ke Puskesmas untuk periksa baik dahak maupun Rongten.Â
Untuk katagori orang beresiko seperti Diabetes mellitius, perokok, ibu hamil, lansia juga mempunyai resiko tinggi tertular TB. Dari hasil pemeriksaan tersebut untuk pengobatan akan dilakukan oleh Puskesmas selama 6 bulan. Kecuali di akhir pengobatan hasil pemeriksaan masih belum sembuh akan di perpanjang pengobatannya.Â
Pada saat ada temuan itulah peran kader sangat penting untuk mendampingi pasien minum obat serta melakukan edukasi terkait Perilaku hidup Sehat, Edukasi HIV dan lain-lain.Â
Smoga pemangku kepentingan yang ada di Kabupaten Probolinggo mendukung gerakan eliminasi TBC ini dengan mendukung aktifitas Kader Komunitas Yabhysa dan mendukung sosialisas terkait TBC agar di tahun 2030 Indoindesia Bebas TBC.Â
Tidak kalah pentingnya pemangku kepentingan membuat sebuah kebijakan dukungan dana untuk pasien TBC kurang mampu berupa bantuan rongten krn tidak tercover BPJS, biaya transport ke Puskesmas karena jangkauan puskesmas yang cukup jauh dan pasien tidak ada kendaraan, dukungan nutrisi tambahan dan dukungan rumah layak huni. Semua bisa terealisasi dengan penganggaran dana Desa. Karena Pasien TBC keberadaannya mayoritas berada di desa dan Kelurahan. Smoga Bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H