Mohon tunggu...
Ulfi Nurhayati
Ulfi Nurhayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 Hukum-Sarjana Hukum.

Menulis sebagai sarana berbagi ilmu dan berbagi gagasan.

Selanjutnya

Tutup

Film

The Positive Value of Barbie Movies

7 September 2023   15:13 Diperbarui: 7 September 2023   15:18 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : https://kincir.com/movie/cinema/review-film-barbie

Banyak karakter positif yang dapat diterapkan dalam Film Barbie, dengan menampilkan karakter Barbie yang berkarakter kuat, menarik, menginspirasi, baik hati dan mandiri membuat film yang disutradarai oleh Greta Gerwig tersebut mendapat respon positif dari masyarakat Indonesia. Selain karakter yang menarik, tema yang beragam juga melekat dalam film ini. Tema tersebut dapat dilihat dari sepanjang film yang menanyangkan tema petualangan, tema romansa, tema persahabatan, tema anak-anak yang dapat dilihat untuk orang dewasa wanita maupun pria.

Desain kostum mewah, musik memukau dan film ini telah mengingatkan para orang dewasa akan masa kecilnya bermain dengan boneka. Film ini menceritakan dunia Barbie yaitu Barbie Land yang dibalut dengan feminisme tetapi tetap hidup berdampingan dengan kaum pria yang bernama Ken.

Seperti di dunia nyata, Barbie digambarkan dapat menjadi apapun yang dia mau seperti menjadi presiden, dokter, wartawan, hakim, astronot, pemenang nobel dan lain-lain. Hal ini berbanding terbalik dengan yang biasa dimainkan oleh anak-anak kecil yang biasanya mereka memainkan boneka Barbie untuk sebagai peran ibu yang mengasuh anak seperti di dunia nyata. Namun pada Film Barbie, Barbie dapat menjadi apapun yang mereka mimpikan dan tanpa bergantung dengan pria.

Film Barbie juga mengkritik aksi kapitalisme hingga patriaki. Ken di Barbie Land hanyalah seorang Ken. Ia tidak memiliki identitas seperti Barbie yang menjadi presiden dan sebagainya. Ken hanya tahu tentang bagaimana caranya menarik perhatian Barbie. Dia juga hanya suka pantai dan kuda. Oleh karena itu, ketika Ken pergi ke dunia nyata, dunia itu terasa begitu sempurna baginya karena semua hal didominasi oleh laki-laki. Dari hal tersebut lah bahwa pentingnya adanya keseimbangan peran antara laki-laki dan perempuan tanpa harus selalu mengedepankan feminisme tetapi laki-laki dan perempuan dapat selalu menjalankan peran mereka masing-masing seperti pada akhir film tersebut. 

sumber gambar : https://journal.sociolla.com/editors-review/review-film-barbie
sumber gambar : https://journal.sociolla.com/editors-review/review-film-barbie

Selain kritik terhadap kapitalisme, patriaki hingga isu-isu tentang feminime, Film Barbie juga mengkritik terhadap produksi Barbie. Kritik terhadap Mattel juga sangat jelas dalam film ini ketika Barbie mengetahui bahwa orang-orang yang bekerja pada perusahaan yang menciptakan Barbie lebih banyak para laki-laki yang menciptakannya dibandingkan perempuan. 

Film ini sangat mengajarkan kepada kita bahwa apapun kondisi tubuh kita entah itu adanya selulit, warna kulit kalian, ataupun perubahan berat badan kita merupakan hal yang tidak akan menghilangkan standar kecantikan dalam diri setiap wanita karena semua wanita pada dasarnya sangat berharga dan akan selalu cantik dengan cara mereka sendiri. Film ini juga memberikan gambaran hangat tentang hubungan persahabatan, perjuangan kolektif perempuan, hingga hubungan antara ibu dan anak.

Hal yang perlu diingat dalam Film Barbie tersebut yaitu; film ini mengajarkan kita tentang bagaimana untuk menerima setiap perubahan yang tidak menyenangkan, mengajarkan kita tentang menerima setiap bagian berharga yang telah dikaruniai untuk tubuh kita, mengajarkan tentang menjadi pribadi yang positif, mengajarkan menjadi pribadi yang supportif, mengajarkan untuk menjadi pribadi yang rendah hati dan ceria, mengajarkan kita untuk selalu perduli kepada sesama dan mengajarkan kita tentang kekeluargaan dan persahabatan adalah hal yang amat berarti dalam hidup kita. 

Sehingga, film ini tidak hanya cocok ditonton oleh kaum wanita, tetapi juga para kaum pria untuk dapat saling menghargai satu sama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun