Pendidikan inklusif merupakan komitmen untuk memberikan kesempatan belajar yang sama bagi semua siswa, termasuk siswa dengan kebutuhan khusus, dalam lingkungan sekolah reguler. Untuk memastikan proses ini berjalan efektif, ada sembilan langkah pelaksanaan pendidikan inklusif yang disusun secara sistematis, mulai dari masa transisi hingga evaluasi hasil belajar. Berikut adalah alur lengkapnya berdasarkan panduan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
1. Masa Transisi
Masa transisi merupakan tahap persiapan siswa berkebutuhan khusus sebelum memasuki lingkungan sekolah reguler. Tahap ini penting untuk memfasilitasi penyesuaian awal yang diperlukan agar siswa merasa nyaman dan siap, baik secara mental, sosial, maupun fisik. Beberapa aspek utama dalam masa transisi meliputi:
- Pengenalan Lingkungan Sekolah: Siswa diperkenalkan dengan ruang kelas, toilet, kantin, dan area sekolah lainnya untuk membantu mereka familiar dengan lingkungan fisik sekolah.
- Penyesuaian Sosial dan Emosional: Siswa dibimbing untuk beradaptasi dengan teman sebaya, guru, serta aturan yang berlaku di sekolah. Program orientasi atau pembiasaan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.
- Kolaborasi Orang Tua: Orang tua berperan aktif dalam memberikan informasi terkait kondisi anak dan bekerja sama dengan sekolah untuk memastikan transisi berjalan dengan lancar.
2. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
Tahap penerimaan peserta didik baru (PPDB) merupakan langkah penting dalam pendidikan inklusif, di mana sekolah menerima semua siswa tanpa diskriminasi, termasuk siswa dengan kebutuhan khusus. Langkah-langkah dalam PPDB inklusif mencakup:
- Sosialisasi Program Inklusif: Sekolah melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai penerimaan siswa dengan kebutuhan khusus.
- Pengumpulan Dokumen: Selain dokumen standar, sekolah meminta dokumen medis atau psikologis yang relevan jika siswa memiliki kebutuhan khusus.
- Wawancara dan Observasi: Tim sekolah melakukan wawancara dan observasi untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik calon siswa dengan kebutuhan khusus.
3. Identifikasi dan Asesmen
Identifikasi dan asesmen merupakan proses untuk memahami kebutuhan dan potensi siswa berkebutuhan khusus. Proses ini penting dalam menyusun strategi pembelajaran yang sesuai. Langkah-langkah yang diambil antara lain:
- Asesmen Awal: Tim profesional melakukan asesmen untuk memahami kondisi fisik, kognitif, sosial, dan emosional siswa.
- Observasi di Kelas: Guru melakukan observasi selama beberapa hari pertama di kelas untuk mencatat perilaku dan kebutuhan siswa.
- Keterlibatan Ahli: Jika diperlukan, asesmen dari ahli medis, psikolog, atau terapis digunakan untuk memperkuat hasil identifikasi awal.
4. Penyusunan Profil Siswa
Berdasarkan hasil asesmen, profil siswa disusun untuk mendokumentasikan kebutuhan dan kemampuan mereka secara menyeluruh. Profil ini menjadi acuan dalam penyusunan rencana pembelajaran dan strategi intervensi. Komponen utama profil meliputi:
- Profil Pendidikan: Informasi terkait kemampuan akademis siswa serta tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
- Profil Sosial dan Emosional: Data mengenai interaksi sosial dan kemampuan emosional siswa.
- Profil Fisik dan Kesehatan: Informasi terkait kondisi fisik dan kesehatan siswa, termasuk kebutuhan alat bantu.
- Rencana Dukungan: Rekomendasi strategi pembelajaran diferensiasi, dukungan khusus, dan modifikasi kurikulum.
5. Perencanaan Pembelajaran