Pembelajaran Sosial Emosional (Social and Emotional Learning/SEL) adalah pendekatan yang mengajarkan keterampilan sosial dan emosional kepada peserta didik. Keterampilan ini mencakup kemampuan mengelola emosi, berempati terhadap orang lain, membangun hubungan positif, membuat keputusan yang bertanggung jawab, serta mengatasi konflik. PSE menjadi semakin penting di sekolah karena membantu membangun lingkungan pembelajaran yang positif dan meningkatkan hasil belajar. Penelitian menunjukkan bahwa program PSE yang efektif dapat meningkatkan prestasi akademik, mengurangi perilaku negatif, dan meningkatkan kesehatan mental siswa (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning, 2020).
Pentingnya Pembelajaran Sosial Emosional
Pendidikan tidak hanya soal pengetahuan akademik, tetapi juga tentang bagaimana anak berinteraksi dengan orang lain dan menghadapi tantangan kehidupan. Menurut CASEL (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning), PSE membantu siswa mengembangkan kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berhubungan, dan kemampuan mengambil keputusan yang bertanggung jawab (CASEL, 2021). Keterampilan ini sangat penting untuk keberhasilan di sekolah dan kehidupan sehari-hari, terutama ketika menghadapi tekanan emosional atau situasi sosial yang kompleks.
Dalam konteks Indonesia, pembelajaran sosial emosional bisa disesuaikan dengan Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka, yang menekankan karakter seperti gotong royong, kemandirian, dan kebhinekaan global (Kemendikbud, 2021). Dengan menerapkan pembelajaran sosial emosional, sekolah dapat mendukung pengembangan karakter ini.
Cara Menerapkan Pembelajaran Sosial Emosional di Sekolah
Untuk menerapkan PSE secara efektif, guru dan tenaga pendidik perlu merancang kegiatan yang melibatkan aspek kognitif, emosional, dan sosial siswa. Berikut beberapa cara untuk menerapkan PSE:
1. Integrasi dalam Kurikulum
Pembelajaran sosial emosional dapat dimasukkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Misalnya, dalam pelajaran bahasa, siswa bisa berdiskusi tentang karakter dalam cerita dan bagaimana mereka mengelola emosi. Dalam pelajaran IPAS pada jenjang pendidikan dasar dalam Kurikulum Merdeka, siswa dapat belajar tentang empati dengan membahas isu-isu sosial. Dengan mengintegrasikan PSE dalam kurikulum, siswa belajar keterampilan sosial-emosional secara alami.
2. Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning/PBL) adalah metode efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial emosional. Dalam PBL, siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan proyek yang melibatkan pemecahan masalah dunia nyata, sehingga mereka belajar berkomunikasi dan mengelola perbedaan pendapat (Larmer dan Mergendoller, 2015).
3. Morning Circle atau Refleksi Harian
Kegiatan morning circle atau refleksi harian mengajak siswa untuk berbagi perasaan dan pengalaman. Ini membantu siswa merasa didengar dan mengembangkan keterampilan mendengarkan aktif serta empati. Praktik ini juga memberi guru wawasan tentang keadaan emosional siswa.
4. Modeling oleh Guru
Guru berperan penting dalam menerapkan pembelajaran sosial emosional. Dengan menunjukkan perilaku positif, seperti mengelola stres dan menunjukkan empati, siswa akan mengikuti teladan ini. Menurut Jennings dan Greenberg (2009), guru yang menunjukkan keterampilan sosial emosional menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif.
5. Program Khusus PSE
Sekolah dapat menggunakan program yang dirancang khusus untuk mengajarkan keterampilan sosial emosional. Contohnya adalah program Second Step, yang digunakan di berbagai sekolah untuk mengajarkan keterampilan sosial, emosional, dan akademik secara eksplisit (Committee for Children, 2020).