Mohon tunggu...
Ulfi Rahmatikasari
Ulfi Rahmatikasari Mohon Tunggu... -

mahasiswi PGSD UNS kampus VI .....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kritis, Kreatif, dan Problem Solver

28 November 2010   12:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:13 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang pandai, kreatif, dan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Nah, untuk itu dalam pembelajaran tentunya juga dibutuhkan suatu strategi, metode, dan teknik pembelajaran untuk mengarahkan anak agar menjadi anak yang pandai, kritis, kreatif, dan problem solver.

Seberapa pentingkah strategi, metode, dan teknik pembelajaran bagi kelangsungan proses belajar mengajar? Strategi pembelajaran penting dalam proses belajar mengajar sebab strategi pembelajaran merupakan desain atau rancangan yang akan digunakan untuk tujuan pembelajaran. Strategi merupakan landasan untuk menuju proses selanjutnya. Setelah strategi tersusun barulah mengarah pada metode. Metode merupakan cara yang digunakan untuk menjalankan strategi. Metode pembelajaran merupakan cara yang diterapkan guru untuk menciptakan situasi pengajaran dalam kelas yang dapat mendukung kelancaranproses belajar mengajar serta mengarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran yang memuaskan.Guru dapat memilih metode yang tepat dalam pembelajaran yang sesuai dengan situasi yang dihadapi. Setelah metode terpilih, yang selanjutnya harus diperhatikan adalah teknik. Teknik pembelajaran merupakan implementasi dari metode pembelajaran, sehingga teknik pembelajaran dapat menentukan keberhasilan pembelajaran. Baik metode maupun teknik pembelajaran harus diperbaharui dengan cara mengambil sisi positif dan mengembangkan metode maupun teknik yang telah ada. Jadi, strategi, metode maupun teknik saling berkaitan.

Salah satu penerapan strategi, metode, dan teknik dalam pendidikan antara lain pendidikan untuk membuat anak kreatif. Untuk menjadikan anak kreatif diperlukan metode dan teknik yang jitu, antara lain ketika anak masih di bawah lima tahun berikan dia permainan yang bisa membuat dia berpikir, contohnya permainan yang menarik seperti puzle game playstasion, asal jangan sering diberi permainan yang bisa memanjakan dirinya seperti mobil-mobilan, boneka dan lain sebagainya, tapi tidak apa-apa sekali tempo dia dikasih refresing permainan itu.Sedangkan untuk membuat anak pintar yaitu dengan menambahkan rasa penasaran terhadap si anak untuk selalu ingin tahu. Nah, dengan rasa ingin tahu maka si anak pasti selalu akan belajar dan akan pintar secara otomatis, karena menurut survei ingatan anak kecil selalu kuat.

Kreativitas adalah ciri khas yang dimiliki oleh individu yang menandai adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnyamenjadi sesuatu karya baru yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan, dan mencari alternatif pemecahannya melalui cara-cara berpikir divergen.Perkembangan kreativitas sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif individu karena kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Para pakar kreativitas, misalnya Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui Teori Belahan Otak (Hemisphere Theory) mengatakan bahwa sesungguhnya otak manusia itu menurut fungsinya terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kiri (left hemisphere) dan belahan otak kanan (right hemisphere). Otak belahan kiri mengarah kepada cara berfikir konvergen/ memusat (matematika, sejarah, bahasa, analisis, logika, ilmu pengetahuan, dan teknologi), sedangkan otak belahan kanan mengarah kepada cara berfikir divergen/ menyebar (diri, persepsi nonverbal, imajinasi, mistik, humanistik).

Faktor- faktor yang memengaruhi kreativitas, antara lain usia, tingkat pendidikan orang tua,tersedianya fasilitas danpenggunaan waktu luang (Utami Munandar, 1998). Sedangkan faktor yang menghambat kreativitas antara lain, adanya kebutuhan akan keberhasilan, ketidakberanian dalam menanggung risiko, atau upaya mengejar sesuatu yang belum diketahui;konformitas terhadap teman-teman kelompoknya dan tekanan sosial;kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi, dan penyelidikan;stereotip peran seks atau jenis kelamin;diferensiasi antara bekerja dan bermain;otoritarianisme; dan tidak menghargai terhadap fantasi dan khayalan (Clark, 1983).

Sesungguhnya anak-anak kreatif kedudukannya sama saja dengan anak-anak biasa lainnya. Namun, karena potensi kreatifnya, mereka sangat memerlukan perhatian khusus. Bukan berarti mereka harus mendapatkan perlakuan istimewa, melainkan harus mendapatkan bimbingan sesuai dengan potensi kreatifnya agar tidak sia-sia. Oleh karena itu, sistem pendidikan hendaknya memperhatikan kurikulum yang akan diolah menjadi materi yang dapat dikembalikan kepada fungsi-fungsi pengembangan dari kedua belahan otak manusia tersebut. Terlalu menekankan pada fungsi satu belahan otak saja menyebabkan fungsi belahan otak yang lain tidak berkembang secara maksimal.

Berpikirkritis merupakan cara bagi seseorang untuk meningkatkan kualitas dari hasil pemikiran menggunakan teknik sistemasi cara berpikir dan menghasilkan daya pikir intelektual dalam ide-ide yang digagas (Paul dan Elder). Seseorang yang berpikir secara kritis akan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang penting dengan baik. Dia akan berpikir secara jelas dan tepat. Selain itu, dapat menggunakan ide yang abstrak untuk bisa membuat model penyelesaian masalah secara efektif. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memulai berpikir kritis, yaitu anak dibimbing untuk memulai dengan berpikir apa dan kenapa, lalu mencari arah yang tepat untuk jawaban dari pertanyaan tersebut; informasi yang spesifik untuk menjawab pertanyaan tersebut; selanjutnya kriteria standar yang ditetapkan untuk memenuhi jawaban atas pertanyaan; kejelasan dari solusi permasalahan/ pertanyaan; kemudian konsekuensi yang mungkin terjadi dari pilihan yang kita inginkan; danmengevaluasi kembali hasil pemikiran untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Proses pembelajaran kreatif dengan memberikan rangsangan belajar bagi anak sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya akan sangat menentukan masa depan anak.Selain itu, proses belajar kreatif yang sangat tepat adalah model pembelajaran berbasis masalah. Sudah tidak model pembelajaran satu arah, guru menerangkan dan siswa mendengarkan. Model seperti itu hanya membuat kreativitas anak terbelenggu. Tidak ada tantangan maupun ketertarikan. Apalagi materi yang diajarkan sama persis dengan buku-buku yang mereka terima. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran (Ratnaningsih, 2003).Pembelajaran berbasis masalah ini dirancang dengan tujuan untuk membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah. Pada pembelajaran berbasis masalah anak dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban yang benar. Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek aspek yang ada dilingkungannya.Contohnya, apakah manfaat gelas?Jawabanpastinya adalah untuk minum, tapi dalam model pembelajaran berbasis masalah ini, si anak diharapkan memberi pilihan lain tentang manfaat gelas. Mungkin untuk menaruh pensil, untuk menaruh sikat dan pasta gigi, untuk menaruh tisu dan lain sebagainya. Dari hal kecil tersebut, si anak diajak untuk berpikir secara luas tidak terkungkung oleh pemikiran lama.

Anak yang terbiasa berfikir kritis dan kreatif, tentunya akan mampu menyelesaikan permasalahan sendiri. Ada beberapa tahap untuk menjadikan anak sebagai pemecah masalah. Tahap pertama untuk menjadikan anak yang problem solver, anak diarahkan untuk berpikir kritis terlebih dahulu. Dengan berfikir kritis, anak akan menjadi terbiasa menjawab permasalahan- permasalahan yang ia hadapi dengan baik. Selanjutnya, kreativitas akan muncul saat anak menemui kesulitan dalam memecahkan masalah, sehingga anak akan mencari berbagai cara yang mungkin dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian, akan tercipta penyelesaian masalah yang sedang dihadapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun