Slogan "Wong Cilik" merupakan sebuah slogan yang dimiliki oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Slogan "Wong Cilik" ini berasal dari Bahasa Jawa yang artinya orang kecil atau masyarakat kecil. Slogan "Wong Cilik" digunakan oleh partai PDIP untuk merepresentasikan dan merangkul masyarakat kecil. Partai PDIP menggunakan slogan ini sebagai simbolik dan identitas partainya. Slogan ini menjadi identitas dari partai PDIP dalam keberpihakannya terhadap masyarakat kecil.
Terdapat kaitan antara slogan "Wong Cilik" dengan teori semiotika oleh Ferdinand De Saussure. Teori semiotika ini berkaitan dengan tanda atau simbolik yang menunjuk ke otonomi relatif bahasa dalam kaitannya dengan realitas. Ferdinand De Saussure ini mengungkap suatu hal yang bagi kebanyakan orang modern menjadi sebuah prinsip yang paling berpengaruh. Selain itu terdapat penanda dan petanda dalam teori semiotika ini. Hubungan antara penanda dan yang ditandakan bersifat sembarang atau dapat berubah-ubah. Dalam hal ini penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna seperti halnya slogan dari partai PDIP yaitu "Wong Cilik". Sedangkan untuk petanda adalah gambaran mental, pikiran atau sebuah konsep seperti halnya keberpihakan partai PDIP terhadap masyarakat kecil.
Namun pada kenyataannya di lapangan banyak masyarakat yang tidak mengetahui dari adanya slogan "Wong Cilik" dari partai PDIP ini. Hal ini dikarenakan slogan tersebut berasal dari bahasa Jawa. Oleh sebab itu yang dapat mengartikan makna slogan "Wong Cilik" hanya kalangan yang memiliki kesamaan berbahasa. Hal ini terbukti dengan penelitian yang penulis lakukan pada Selasa, 21 November 2023 di kawasan Cihideung Kota Tasikmalaya, banyak masyarakat yang tidak mengetahui slogan "Wong Cilik" dari partai PDIP. Masyarakat di kawasan Cihideung Kota Tasikmalaya tidak mengetahui arti dari slogan "Wong Cilik" ini yang berasal dari bahasa Jawa. Narasumber penulis ini berfokus pada para Pedagang Kaki Lima yang berjualan di kawasan Cihideung Kota Tasikmalaya. Bahkan masyarakat yang berada di kawasan Cihideung Kota Tasikmalaya ini baru mengetahui slogan "Wong Cilik" pada saat di wawancara oleh penulis. Slogan dari partai PDIP yaitu "Wong Cilik" ini belum tersebar secara luas di kalangan masyarakat.
Adanya slogan dari partai PDIP "Wong Cilik" ini ditujukan untuk masyarakat kecil dengan program yang bertujuan membantu masyarakat kecil dalam segi ekonomi seperti melakukan pembagian sembako secara rutin. Selain itu terdapat program pembagian kWh listrik yang dilakukan dengan adanya slogan "Wong Cilik" bagi masyarakat yang belum memiliki kWh listrik. Dan program yang akan berjalan kedepannya yaitu pembagian AML (Alat Memasak Listrik) untuk masyarakat kecil. Berbagai program yang dihasilkan dari adanya slogan "Wong Cilik" ini belum benar-benar tersampaikan dan belum dirasakan oleh masyarakat secara luas. Hal ini ditinjau dari hasil penulis melakukan wawancara di kawasan Cihideung Kota Tasikmalaya, dimana masyarakat di kawasan tersebut sebagian besar tidak mengetahui dari adanya slogan "Wong Cilik" dari partai PDIP ini.
Sikap yang ditimbulkan masyarakat kawasan Cihideung Kota Tasikmalaya terhadap ketidaktahuannya atas adanya slogan "Wong Cilik" berkaitan dengan sebuah teori semiotika yang dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure. Dimana masyarakat kawasan Cihideung Kota Tasikmalaya ini tidak mengetahui arti dan makna dari slogan "Wong Cilik". Sebab hanya orang-orang yang memahami bahasa Jawa saja yang dapat mengetahui makna dari slogan "Wong Cilik" ini. Sebagian masyarakat tidak mengetahui dari keberadaan slogan "Wong Cilik" ini untuk keberlangsungan hidup mereka. Oleh karena itu teori semiotika ini berkaitan dengan studi kasus slogan "Wong Cilik" yang dimiliki oleh partai PDIP.
Slogan "Wong Cilik" yang dimiliki oleh partai PDIP ini memang memiliki tujuan yang baik untuk mewujudkan masyarakat sejahtera dalam segi ekonomi. Namun berbagai program yang dihasilkan dari adanya slogan "Wong Cilik" ini tidak tersampaikan secara langsung kepada masyarakat secara luas. Berbagai elemen partai PDIP ini harus melakukan berbagai sosialisasi mengenai terhadap masyarakat mengenai slogan "Wong Cilik" ini yang hadir untuk merangkul masyarakat kecil. Sebab sebagian masyarakat tidak mengetahui dari adanya slogan "Wong Cilik" di partai PDIP. Dan sebagian masyarakat tidak merasakan feedback dari adanya slogan "Wong Cilik" ini. Wacana simbolik yang timbul dari paradigma masyarakat terkait slogan "Wong Cilik" ini dapat dipengaruhi oleh ketidaktahuan mereka terhadap slogan ini.Keterkaitan antara wacana simbolik dengan slogan "Wong Cilik" ini dapat terlihat dengan jelas bahwa slogan tersebut mnejadi simbolik pada sebuah partai yang ada di Indonesia yaitu partai PDIP. Wacana simbolik ini terdapat sebuah teori yang mempengaruhinya yaitu teori semiotika yang dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure. Dimana didalam teori semiotika ini terdapat adanya penanda dan petanda.
Masyarakat di kawasan Cihideung Kota Tasikmalaya ini perlu adanya sosialisasi terkait simbolik dari partai PDIP yaitu berupa slogan "Wong Cilik". Masyarakat sebagai sasaran dari adanya program yang dihasilkan oleh slogan "Wong Cilik" ini perlu diberi arahan dan bukti nyata terkait tujuan dari adanya slogan tersebut. Agar tujuan dari adanya slogan "Wong Cilik" ini dapat terealisasikan kepada masyarakat kecil. Masyarakat kecil memang membutuhkan program-program yang dapat membantu dalam segi ekonomi mereka. Oleh karena itu tujuan dari slogan ini harus benar-benar tersampaikan dengan baik kepada masyarakat kecil. Tujuan dari slogan ini sangat baik dan dapat berpengaruh pada kehidupan masyarakat terutama masyarakat kecil yang membutuhkan bantuan program-program seperti ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H