Mohon tunggu...
Ulfa HimatulAzizah
Ulfa HimatulAzizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/UIN SUNAN KALIJAGA

Hobi saya membaca dan mengeksplorasi tempat-tempat baru. Saya memiliki kepribadian yang aktif, semangat, dan periang. Saya memiliki minat dalam bidang fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Paradigma Integrasi: Pilar Keharmonisan dan Iman

16 Desember 2024   18:06 Diperbarui: 16 Desember 2024   18:06 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Paradigma integrasi merupakan pendekatan yang penting dalam dunia pendidikan, khususnya dalam konteks pendidikan berbasis Islam. Integrasi tidak hanya melibatkan kombinasi antara ilmu pengetahuan dan agama, tetapi juga bagaimana kedua bidang tersebut saling melengkapi dan memperkuat satu sama lain. Dalam artikel ini, kita akan membahas pentingnya paradigma integrasi, cabang-cabang isoshum (Ilmu Sosial Humaniora) yang terlibat, serta contoh penerapan paradigma ini dari perspektif bayani, burhani, dan irfani.

Pentingnya paradigma integrasi

Paradigma integrasi mengacu pada penyatuan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai agama untuk membangun pemahaman yang lebih holistik. Integrasi ini bertujuan untuk menghasilkan individu yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki akhlak mulia. Pendekatan ini sangat relevan mengingat tantangan global yang memerlukan keseimbangan antara ilmu dan iman.

Dalam konteks tersebut, paradigma integrasi membantu menciptakan keseimbangan antara rasionalitas (burhani) dan spiritualitas (irfani), sehingga individu mampu menghadapi tantangan dunia modern dengan prinsip-prinsip moral dan agama.

Cabang-Cabang Ilmu Sosial Humaniora (Isoshum) dalam Paradigma Integrasi

1. Paradigma Integrasi dalam Perspektif Bayani

Paradigma integrasi berbasis bayani didasarkan pada pemahaman Al-Qur'an dan Hadis sebagai landasan utama. Salah satu ayat yang relevan dalam konteks ini adalah QS. Al-Maidah (5:2):

"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya."

Ayat ini mengajarkan prinsip saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa. Tafsir klasik dari ayat ini menegaskan bahwa kerja sama dalam kebajikan seperti infak, sedekah, dan kegiatan sosial merupakan bentuk tolong-menolong yang diperintahkan. Tafsir modern melihat ayat ini sebagai dorongan untuk melibatkan diri dalam kegiatan kemanusiaan dan solidaritas sosial. Contohnya, HMPS PBIO di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang mengadakan "Jumat Berkah" untuk mengumpulkan donasi yang kemudian disalurkan kepada yang membutuhkan. Ini adalah wujud konkret dari penerapan paradigma bayani dalam kehidupan sehari-hari.

2. Paradigma Integrasi dalam Perspektif Burhani

Paradigma burhani berfokus pada penggunaan logika, sains, dan filsafat untuk memahami ayat-ayat Al-Qur'an. Salah satu contoh penerapan paradigma burhani adalah dalam kegiatan yang berbasis penelitian ilmiah. Misalnya, dalam bidang ilmu pendidikan, penelitian yang didasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah membantu kita memahami bagaimana agama dan ilmu pengetahuan dapat berkolaborasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun