Mahasiswa Asistensi Mengajar Mempercantik Perpustakaan: Wujud Nyata Komitmen Pendidikan di SDN Gili Timur 2
oleh [Djayanti Wiulan Sari]
Semangat mahasiswa asistensi mengajar di UPTD SDN Gili Timur 2 tidak hanya terbatas pada ruang kelas, melainkan juga meluas ke berbagai aspek pendidikan di sekolah. Sebuah contoh konkret datang dari mahasiswa asistensi di UPTD SDN Gili Timur 2 yang merangkul tanggung jawab lebih dalam merawat dan mempercantik perpustakaan sekolah. Artikel ini mengulas perjalanan mereka dalam melakukan penataan perpustakaan, memberikan dampak positif yang dirasakan oleh seluruh komunitas sekolah.
Perpustakaan sebagai pusat informasi dan pengetahuan di sekolah memiliki peran sentral dalam meningkatkan minat baca dan pengetahuan siswa. Namun, tidak jarang perpustakaan di sekolah-sekolah pedesaan kurang mendapatkan perhatian yang memadai. Mahasiswa asistensi di SDN Gili Timur 2 merespons hal ini dengan mengambil inisiatif untuk melakukan penataan perpustakaan, memastikan bahwa sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh seluruh warga sekolah.
Tujuan Penataan Perpustakaan
Tujuan utama dari kegiatan penataan perpustakaan ini adalah menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan menarik bagi siswa. Dengan perpustakaan yang rapi dan terorganisir, diharapkan siswa akan lebih termotivasi untuk mengakses buku dan sumber belajar lainnya. Selain itu, penataan perpustakaan juga bertujuan untuk meningkatkan apresiasi terhadap kegiatan membaca dan literasi di kalangan siswa.
Proses Penataan Perpustakaan
Mahasiswa asistensi mengajar mulai merencanakan kegiatan ini dengan berkolaborasi dengan guru-guru dan staf sekolah. Mereka membuat daftar inventarisasi buku, merancang sistem klasifikasi yang mudah dimengerti, dan membuat sudut baca yang nyaman. Keterlibatan siswa dalam proses ini juga diupayakan, dengan mengajak mereka memberikan ide-ide untuk mempercantik perpustakaan.
Kolaborasi dan Gotong Royong
Penataan perpustakaan di SDN Gili Timur 2 tidak hanya menjadi tanggung jawab mahasiswa asistensi, tetapi juga melibatkan partisipasi aktif dari guru, staf sekolah, dan bahkan beberapa orang tua siswa. Proses penataan menjadi momentum gotong royong yang mempererat hubungan antara sekolah dan komunitas sekitar.