Stiamak Barunawati Biru Surabaya
2020
Disusun Oleh:
- Siti Nur Ulfa Romadhani
- Shinta Dwi Cahya Prameswari
- Icha Yohana
- Rania Hasna Sari                       Â
- Pascall Malano Taduso
- Dwi Setia Wijaksono
- Rizky rafifah octavira
- Siti Cholifah
- Indri Amanda Agustina
- Ahmad Assaebani
- Indira Rachmawati
Virtual Port Visit and Maritime Leadership Webinar dilakukan dengan video conference melalui aplikasi zoom pada hari Selasa, 17 November 2020 pukul 08.30 W.I.B. Materi dibawakan oleh pembicara-pembicara tamu yang diantaranya yaitu Guru Besar Fakultas Psikologi UNAIR yakni Prof. Dr. Fendy Suhariadi, MT, Direktur Utama PT. Terminal Teluk Lamong yakni Faruq Hidayat, Direktur Utama PT. Berlian Jasa Terminal Indonesia yakni Arief Prabowo ST, MM yang diwakili oleh Septian Ardhi Pratama, Dr. Gugus Wijonarko, MM selaku Direktur PT. BMC Logistic (Pelindo III Group), dan ketua Stiamak Barunawati Surabaya yakni Dr. Nugroho Dwi Priyohadi, M.Sc.
Acara dimulai oleh Prof. Dr. Fendy Suhariadi yang menyampaikan materi dengan judul "Perubahan Perspektif Leader dalam Mengelola Organisasi dan Sumberdaya Manusia". Pertama, beliau menjelaskan pengertian krisis, krisis didefinisikan dalam New Collegiate Dictionary Webster sebagai "waktu keputusan," waktu yang tidak stabil atau krusial yang hasilnya akan membuat perbedaan yang menentukan menjadi lebih baik atau lebih buruk. Lalu, beliau melanjutkan penjelasan terkait tipe-tipe krisis yang terbagi menjadi dua yaitu physical damage disasters dan nonphysical damage crises. Physical damage disasters ada yang disebabkan karena kejadian alam seperti gempa bumi, angin topan, banjir, dan badai. Selain itu, ada  yang disebabkan karena kecelakaan seperti kebakaran, kebocoran, dan listrik tidak stabil, dan yang terakhir bisa disebkan karena tindakan yang disengaja seperti ledakan bom dan pembakaran. Sedangkan nonphysical damage crises ada yang disebabkan karena product issue, persepsi negatif masayarakat terhadap perusahaan, market shift, masalah keuangan, masalah hubungan industrial, serangan terhadap ruangan kerja, dan masalah internasional seperti pandemi dan fluktuasi cuaca.
Di dalam suatu keadaan yang mengalami krisis, beliau memberikan strategi penanganan agar organisasi bisa diselamatkan yaitu diantaranya menentukan krisi berdasar pendekatan person-base approach atau system-base approach, lalu mengidentifikasi probabilitas kesalahannya, kemudian memutuskan penyebab krisis, dan selanjutnya melakukan penanganan segera. Tidak hanya itu, ada 3 pendekatan penyelesaian krisis, pertama pendekatan organization level, pendekatan level ini mengutamakan pada budaya safety dari organisasi sehingga budaya safety harus menjadi DNA Organisasi, mengembangkan strategi penyelamatan organisasi secara langsung, dan mengembangkan learning organisasi atas persoalan safety organisasi. Kedua adalah pendekatan group level. dalam hal ini, organisasi/perusahaan membentuk crisis management team dan menentukan anggota, pemimpin, serta juru bicaranya. Selain itu, dilakukan pemahaman terhadap situasi krisis yang harus sama meskipun ide berbeda-beda, value setiap anggota tim selayaknya sama dan tidak boleh ada kepentingan politis, mengembangkan crsisis managemen plan and execute, serta command centre untuk keputusan yang segera dan urgent. Ketiga adalah pendekatan individual level. Dalam pendekatan ini digunakan pendekatan human behavior mulai dari human perception, informational processing, goal setting, dan stress management.
Setelah menjelaskan mengenai krisis, beliau memaparkan dua foto. Dari foto pertama menggambarkan suatu perlombaan perahu kayu dimana arus sungai didalam foto tersebut tidak terlalu besar dan di dalam setiap perahu terdapat satu pimpinan yang memberikan arahan terhadap anggotanya. Maksud dari gambar tersebut adalah lingkungan external dari organisasi tersebut tenang sehingga posisi pemimpin harus ada ada di depan lebih tinggi dari anak buah serta posisi pemimpin menghadap ke anak buah agar dia bisa melihat mana anak buah yang rajin dan yang malas. Selain itu, jika berada di lingkungan external yang tenang, anak buah bekerja sesuai arahan dari pimpinan dan posisi pimpinan adalah sebagai matahari tunggal. Pada situasi ini, organisasi harus dilakukan secara keras atau kaku agar organisasi melaju dengan kencang dan stabilitas keamanan terjaga seperti pada masa pemerintahan Soeharto yaitu Trilogi Pembangunan. Sedangkan foto kedua menggambarkan satu perahu karet yang berada di arus sungai yang kencang artinya adalah kondisi lingkungan external organisasi tersebut sedang krisis. Sehingga posisi pemimpin di situasi ini, sejajar dengan anak buah dan organisasi ini harus lentur untuk menyelamatkan organisasi. Setiap orang di dalam organisasi ini, mempunyai perannya masing-masing.
Selanjutnya, beliau memaparkan tabel mengenai perbedaan paradigma sumber daya manusia dengan manusia karya. Perbedaannya berada di peran manusia itu, dalam paradigma sumber daya manusia peran manusianya adalah sumber daya sistem usaha, sedangkan dalam paradigma manusia karya, peran manusianya adalah kekuatan pasar. Kemudian beliau menjelaskan bahwa di dalam situasi lingkungan external yang krisis, beliau menayarankan menggunakan pendekatan kepemimpinan transformasional dimana seorang pemimpin seorang yang idealis, selalu memberikan motivasi, contoh, inspirasi, dan memahami para anggotanya.
Tulisan ini dibuat sebagai tugas dari mata kuliah Psikologi Manajemen di STIAMAK Barunawati Surabaya. Jika ada yang berkenan memberikan masukan, kritik, kami akan senang hati. Mari kita belajar tanpa henti. (03.12.2020/Stiamak_Kelompok 4)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H