Akhir-akhir ini, sering terjadi kasus pembulian di kalangan remaja, kasus pembulian tersebut tidak serta merta terjadi begitu saja, dengan adanya perkembangan media social yang begitu pesat seperti whatapps, facebook, instagram, twitter, line dan lain sebagainya sehingga menimbulkan banyak sisi negatif yang ditimbulkan salah satunya pembulian yang berawal dari media sosial facebook.
Seorang siswi SMP beriniasil AU menjadi korban pengeroyokan oleh 12 siswa SMA di Pontianak. Kasus ini berawal dari masalah percintaan dan komentar di media social Facebook.
Siswi SMP yang baru saja berumur 14 tahun ini kini sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit akibat luka yang sedang dideritanya. Kasus pengeroyokan ini kini telah ditangani oleh pihak kepolisian setempat dan masih terus dikembangkan dalam proses penyelidikannya oleh pihak polisi.
Wali kota Pontianak, bapak Edi Rusdi Kamtono meminta pihak Kepolisian dan Dinas pendidikan setempat untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap kasus pengeroyokan ini. Karena kasus ini memiliki dampak buruk terhadap dunia pendidikan yang ada di kota Pontianak.
Diduga pengeroyokan ini dilakukan oleh siswa berasal dari berbagai SMA yang ada di Kota Pontianak. Bahkan saat ini sedang dilakukan pemerikaan pada bagian tengkorak kepala dan dada korban untuk mengetahui trauma yang diakibatkan dari pengeroyokan tersebut
Dari contoh kasus diatas seorang siswi SMP tersebut akan mengalami gangguan pada mentalnya yang akan menyebabkan klien mengalami trauma.
Lalu bagaimana cara mengatasi kasus tersebut?
Dalam kasus ini dapat diselesaikan dengan cara komunikasi terapeutik dan empati dari orang disekitarnya.
Komunikasi terapeutik dimaknai sebagai bentuk komunikasi yang direncanakan secara sadar, mempunyai tujuan dan kegiatan yang dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal yang profesional yang mengarah pada tujuan kesembuhan pasien dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara tenaga medis spesialis jiwa dan pasienÂ
Beberapa prinsip komunikasi terapeuttik yang menjadikannya pantas dijadikan acuan ke arah perbaikan klient diantaranya:Â
- Â Komunikasi berorientasi pada penyembuhan. Saat konselor berkomunikasi dengan klient, maka komunikasi ini diorientasikan bagaimana konselor memperoleh pengetahuan mengenai klient untuk memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan. Seringkali seseorang dihadapi pada rasa takut yang berlebihan akan keadaan yang dialaminya.Â
- Komunikasi terstruktur dan direncanakan. Konselor yang akan melakukan komunikasi dengan klient sudah merencanakan cara yang akan dilakukan atau hal hal yang akan dibutuhkan dalam mendukung berjalannya proses komunikasi yang diharapkan.Â
- Terjadi dalam Konteks Topik, Ruang dan Waktu. Saat berkomunikasi, konselor membahas topik yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan klient atau yang dikeluhkan oleh klient.Â
- Komunikasi memperhatikan kerangka pengalaman klient. Tingkat pengalaman klient akan berpengaruh dengan seberapa besar pemahaman klient terhadap pesan  yang akan disampaikan oleh konselor. Sebagaimana tujuan dari komunikasi, adalah mencapai kesepahaman antara klien dan konselor sehingga dapat mempercepat proses penyembuhanÂ
- Memerlukan keterlibatan maksimal dari klient dan keluarga. Dalam diri seseorang mengandung sisi internal yang dipegaruhi oleh lingkungan keluarga, serta lingkungan dimana ia tinggalÂ
- Keluhan pertama sebagai pijakan utama dalam komunikasi. Keakuratan konselor untuk menentukan sikap dan tindakan pada klient tergantung pada pernyataan klient atas keluhan yang disampaikanÂ
selain komunikasi terapeutik, emapti juga menjadi salah satu proses yang membantu klient mempercepat proses penyembuhan pada klient yang mengalami trauma dalam kasus pembulian yang dilakukan 12 siswi SMA terhadapnya.