Mohon tunggu...
Ulfa Rahmatania
Ulfa Rahmatania Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Jakarta - Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Memompa Semangat Ala Mahasiswa Tingkat Akhir

28 Juli 2015   16:15 Diperbarui: 11 Agustus 2015   20:56 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau banyak orang yang mengatakan jika hidup seperti roda, kadang kita berada di atas dan kadang berada di bawah, saya sangat setuju. Saya beranggapan hal itu juga terjadi pada kadar semangat yang ada di dalam diri sendiri. Entah hanya saya atau sebagian orang, bahkan semua orang yang mengalaminya.

Akan ada kalanya saya sangat bersemangat melakukan sesuatu hal, sampai-sampai saya lupa dengan kebutuhan tubuh saya karena terlalu asyik dengan dunia saya sendiri, misalnya telat makan. Ada pula saat di mana saya terlalu lelah (baca: malas) untuk melakukan sesuatu hal, karena terlalu lama berhenti dan merasa hal itu adalah sebuah rutinitas yang menjemukan.

Saat point pertama berlangsung, saya masih bisa mengantisipasi diri dengan mendekatkan makanan atau minuman di dekat tempat saya bekerja atau bahkan makan sambil bekerja, misalnya saya makan sambil berhadapan pada notebook kesayangan dan ngetik proposal skripsi saya, walaupun akhirnya saya sangat tidak menikmati makanan yang saya cerna. Tidak apalah, daripada perut saya dangdutan minta makan saat jemari saya tidak mau berhenti menuangkan isi pikiran saya yang sebenarnya tidak banyak-banyak amat.

Jika point kedua yang terjadi. Akhirnya? Saya mulai menyusun satu demi satu kepingan semangat saya yang berhamburan kemana-mana. Membuang segala rasa malas yang ada dalam diri, karena saya tahu betul bahwa musuh terbesar saya adalah diri saya sendiri. Saya menghilangkan pikiran-pikiran tentang liburan, tentang teman-teman yang senasib dengan saya, tentang “masa depan” yang sebenarnya masih lama saya tempuh, dan segala hal yang sangat tidak penting untuk dilakukan pada saat-saat seperti ini (baca: nonton film streaming).

Hal terdekat yang sekarang harus saya lakukan adalah berhubungan intensif dan menjadi mahasiswi agresif pada dosen pembimbing saya, hemat jajan-jajan yang tidak mengenyangkan, mengurangi jalan-jalan (apalagi wakuncar) dan yang utama jadi kutu buku perpustakaan kampus. Semua itu harus saya lakukan demi titel Sarjana impian.

Lalu, kemana saja saya selama ini? Saat teman-teman seusia saya sudah pada wara-wiri kerja di sana-sini, saya masih jadi pelajar saja. Saya kuliah keleus! Jurusan yang saya tempuh memang menuntut waktu perkuliahan yang lebih lama daripada teman-teman saya yang ada di jurusan lain. Tidak percaya? Silahkan tanya kakak kelas saya di kampus yang sampai sekarang belum lulus. Jadi, sesuai hitungan Fakultas, saya termasuk mahasiswi normal (pembelaan).

Kalau ditanya “kapan lulus?” atau “kerja di mana?” rasanya ada gejolak dalam dada yang entah harus diluapkan dengan cara apa dan bagaimana. Hanya teman-teman seperjuangan saya di kampus yang bisa mengerti betapa merananya hati ini. Kalau sudah begitu, saya hanya bisa tersenyum manis (padahal pahit banget) sambil menjawab “sedang menyusun skripsi, doakan saja cepat lulus ya”. Ah, sudah cukup alay-nya.

Proses yang saya jalani ini, mungkin juga dialami beberapa orang yang senasib dengan saya. Lalu bagaimana kita menghadapinya? Saya menjadikan diri saya sebagai penakut. Karena, saya orang yang terlalu pemikir alias batinan. Berikut ini beberapa rancangan hidup yang sudah saya lakukan.

  1. Hal pertama yang saya lakukan adalah memikirkan teman-teman saya yang sudah lulus dan melihat betapa inginnya orang tua saya agar saya cepat pakai toga. Dari hal sepele yang membuat saya ketakutan parah itu, saya akhirnya menyusun beberapa rencana.
  2. Menyegerakan untuk membuang rasa malas yang terus menggelayuti diri saya, membuat diri saya menjadi lebih produktif, dan melatih kegiatan yang akan saya lakukan ke depan (menyusun skripsi) dengan kegiatan menulis juga, misalnya adalah membuat tulisan ini.
  3. Menyusun rencana hidup yang akan saya lakukan. Kembali pada point pertama bahwa saya orangnya “penakut”, akhirnya saya memutuskan untuk menulis hal-hal apa saja yang akan saya lakukan agar saya tidak melupakan kegiatan penting yang sudah saya rencanakan dari jauh-jauh hari. Misalnya, saya membuat catatan yang akan saya lakukan di kampus, 1) mencari referensi buku tambahan, 2) melakukan pembayaran ujian, 3) ke perpustakaan mengembalikan buku, dsb.
  4. Memastikan mental saya siap untuk melakukan rancangan kegiatan yang telah disusun dan memantapkan hati agar tidak melenceng dari kegiatan yang sudah ditentukan. Menjadikan diri saya kuat atas godaan nge-mall yang menyenangkan.
  5. Melakukan setiap tahapan kegiatan dengan sebaik-baiknya dan dengan seoptimal mungkin. Karena, bukan tidak mungkin saat sudah di Tempat Kejadian Perkara (TKP) mood tiba-tiba hilang, rasa ngantuk melanda, dan akhirnya batal semua rencana kegiatan. Kalau perlu, memberlakukan hukum pada diri sendiri, misalnya dengan “Pantang pulang sebelum BAB II selesai”.
  6. Memberlakukan hidup sehat jasmani dan rohani. Hidup sehat di sini adalah dengan memperhatikan kebutuhan jasmani diri sendiri, misalnya makan dan minum yang sehat, serta tidur yang cukup. Untuk sehat rohani yang tidak kalah penting. Saya termasuk orang yang sangat percaya dengan The Power of Doa. Apalagi kalau yang berdoa itu adalah ibu saya. Jadi, mengisi kebutuhan rohani dengan selalu taat beribadah adalah salah satu solusi saat kita mulai merasa suntuk dan jenuh atas semua kegiatan ini.
  7. Melakukan semua kegiatan sesuai rencana, jadi manusia yang disiplin sampai nanti apa yang diharapkan dan diusahakan selama 4 tahun ini tidak sia-sia. Akhirnya kita bisa pakai toga, pakai kebaya, foto sama partner wisuda. Eh....

 

Itulah beberapa hal yang dapat saya lakukan, masih saya lakukan, dan akan saya lakukan ke depan. Semoga saya bisa tetap mantap hati saat membaca kembali tulisan ini. Tulisan ini saya buat sebagai curahan hati, pembangkit semangat, dan dalam rangka melatih otak saya kembali berpikir untuk menuangkan kata-kata setelah (terlalu) lama saya liburan.

Semoga bermanfaat. Doakan saya cepat lulus ya! :D

 

Jakarta, 28 Juli 2015

Ulfa Rahmatania

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun