Mohon tunggu...
ulfa khaira
ulfa khaira Mohon Tunggu... -

Student of computer science IPB , newbie traveler , Dreamer.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Terperanjat di singapura(part 1)

30 April 2012   14:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:55 3565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah satu tahun saya memegang paspor, sayangnya belum satupun negara yang saya kunjungi. Akhirnya 31 Januari 2012 saya berhasil berangkat ke Singapura dengan terlebih dahulu memesan tiket AA sejak bulan september 2011. Sebagai pemula, tentu saja negara Singapura dan Malaysia menjadi tujuan. Ini merupakan pengalaman pertama kali perjalanan ke luar negeri, untungnya saya berangkat bersama teman yang biasa travelling ke Malaysia, setidaknya dia mengerti alur check in serta urusan imigrasi. Tidak ada hal yang istimewa ketika berada di terminal 3 AA, cuma saya membayar airport tax  Rp 150.000, biasanya saya hanya membayar Rp 45000 untuk domestik. Saya diberikan kartu yang harus diisi, itu saja bedanya dengan alur check in di penerbangan domestik.

Setibanya di Singapura, banyak hal yg tidak biasa saya lihat di negara kita terjadi di singapura.


  • Antri yang tertib


Ketika pengecekan paspor dan kartu kedatangan oleh pihak imigrasi changi airport, di sana lah keterperanjatan saya dimulai. Fenomena yang sangat jarang terjadi di negara kita yaitu antri yang tertib. Saat itu saya menerobos garis merah , saya pikir jarak antara saya dengan orang yang mengantri di depan saya cukup jauh, akhirnya saya ditegur oleh petugas imigrasi, dan disuruh mundur tepat di garis merah. Biasanya saya suka BT kalau disuruh mengantri karena di negara kita masih ada orang yang suka menyerobot antrian. Mengantri pada saat pengecekan paspor di changi airport sama sekali tidak membuat saya BT dan kesal. Saya acungi jempol untuk negara Singapura dalam ketertiban antri.


  • Tidak ada calo Taxi


Di pintu keluar changi airport hanya terdapat beberapa TAXI yang standby, mereka tidak memaksa penumpang, sehingga kita lah yang aktif bertanya mencari TAXI, berbeda sekali dengan kenyataan yang terjadi di setiap bandara yang ada di negara kita, di mana terdapat banyak calo TAXI.


  • Supir TAXI menggunakan iphone


Saya sempat tertawa geli ketika melihat supir TAXI yang saya tumpangi menggunakan iphone, sembari menertawakan diri sendiri karena sampai sekarang saya belum mampu membeli iphone. Saya tidak tahu pasti apakah setiap supir TAXI di Singapura diwajibkan menggunakan iphone.


  • Kartu khusus untuk masuk Lift dan Condo


Selama di singapura saya menginap di rumah saudara teman saya, sempat terperanjat  ketika ingin masuk lift, ternyata tidak bisa masuk kalau tidak mempunyai kartu.Untungnya kami mempunyai pulsa untuk menelepon tuan rumah. Pintu lift otomatis terbuka oleh tuan rumah. Ternyata di samping lift ada sejenis alat untuk memanggil tuan rumah, kita tinggal memencet nomor pintu condominium si tuan rumah. Saya menertawakan keudikan saya, maklum lah saya menghabiskan 18 tahun hidup saya di Provinsi kecil, 3 tahun ini saya tinggal di kos-kosan.


Yang membuat saya paling terperanjat adalah tidak ada shower di toilet, seumur hidup saya biasa dengan WC jongkok dan air dari keran. Semua toilet di Singapura tidak menyediakan shower, hanya ada gulungan tissu. Cara bodoh yang saya lakukan adalah sebelum masuk toilet saya membasahi tissu di wastafel. Ini cukup ampuh untuk membersihkan setelah BAK, kl seandainya BAB bagaimana?. Sebagai seorang muslim tentunya ini sangat tidak nyaman. Akhirnya saya menemukan toilet yang menyediakan shower dan air dari keran ketika berada di toilet masjid. Justru toilet di masjid tidak menyediakan tissu, tak hentinya saya mengucap syukur, akhirnya saya bisa BAB di  sana.


  • Perbedaan waktu yang dipaksakan


Inilah hal yang sangat membuat saya bingung, perbedaan waktu indonesia-singapura selisih 1 jam. Setelah saya amati ternyata tidak ada perbedaan waktu. Hal bodoh yang pernah saya lakukan adalah sholat zuhur pada pukul 12.15 waktu singapura, ternyata adzan zuhur di singapura berkumandang pada pukul 13.15,pukul 13.15 waktu singapura sama saja dengan pukul 12.15 WIB. Tuan rumah bangun pada pukul 6.00 saat waktu subuh, orang singapura selesai bekerja pada pukul 17.30 dan saat itu matahari masih terang benderang. OK, dan saya katakan perbedaan waktu yang dipaksakan. Saya membuat kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan waktu antara Indonesia dan Singapura.

Masih banyak hal yang membuat saya terperanjat di Singapura, akan di post pada Terperanjat di Singapura (part 2)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun