Bandung, 19 Desember 2023- Mahasiswa seringkali diasosiasikan sebagai kaum intelektual. Sebagai kaum intelektual, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan problem solving yang memadai sehingga dapat membantunya dalam menyelesaikan persoalan akademik maupun non akademik. Problem solving adalah pemrosesan kognitif yang difokuskan pada menemukan solusi untuk suatu masalah (Mayer 1983; Mayer, Runco, & Pritzker, 1999). Namun, banyak mahasiswa yang belum memiliki skill problem solving. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian Ningsih (2016) bahwa sebelum intervensi hasil tes problem solving mahasiswa termasuk ke dalam kategori rendah dengan jumlah sebesar 43,62%. Penelitian oleh Hadi (2019) juga menunjukkan bahwa kemampuan problem solving mahasiswa tergolong rendah dengan persentase sebesar 34%.
Kurangnya skill problem solving tentu mempengaruhi aspek-aspek penting kehidupan. Kecenderungan untuk bertindak impulsif ketika menghadapi kesulitan lebih tinggi pada individu yang memiliki skill problem solving yang rendah. Individu-individu ini menjadi frustasi dan agresif, serta menarik diri dari masyarakat untuk menghindari konflik di masa depan. Hal ini dapat memunculkan perilaku maladaptif jika terus berulang (Shokoohi, 2001; dlm. Yekta, Parand, & Ahmadi, 2011). Selain itu, mahasiswa yang memiliki problem solving yang rendah cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi, karena kecemasan dan problem solving memiliki korelasi negatif (Hartoni, 2016). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa problem solving merupakan skill yang krusial untuk dipelajari terutama oleh mahasiswa, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai metode-metode pembelajaran problem solving yang efektif.Â
Maka dari itu mahasiswa program studi Psikologi UPI yang mengontrak mata kuliah Psikologi Belajar membuat sebuah proyek untuk dapat meningkatkan skill problem solving pada mahasiswa baru angkatan 2023 dengan metode experiential learning. Experiential learning adalah model pembelajaran khusus yang diperoleh dari pengalaman hidup, yang bersumber dari pengalaman sensori langsung dan tindakan sesuai konteks (Kolb, 2014). Hasil-hasil penelitian sebelumnya menemukan bahwa experiential learning terbukti efektif meningkatkan problem solving (Priyandari, Astina, & Utomo, 2020; Santhalia, Yulianti, & Wisodo, 2019; Marshall, Carrano, & Dannels, 2016). Intervensi yang diberikan dalam proyek ini adalah pematerian mengenai problem solving dan cara efektif melakukannya, studi kasus berbasis leaderless group discussion, dan soal true or false mengenai root cause dan symptom permasalahan. Partisipan pada proyek ini terdiri dari dua kelompok mahasiswa yang masing-masing beranggotakan tiga orang mahasiswa baru. Pre-test dilakukan pada hari Kamis tanggal 30 November 2023, sedangkan post-test dilakukan pada hari Kamis tanggal 07 Desember 2023. Hasil pre-test menunjukkan bahwa baseline problem solving skills kelompok pertama adalah 83% sedangkan kelompok kedua menunjukkan baseline 93%. Setelah diberikan intervensi, problem solving skills kelompok pertama mengalami peningkatan sebesar 10% menjadi 93%, sedangkan kelompok kedua mengalami penurunan sebesar 7% menjadi 86%. Perbedaan hasil pada kedua kelompok dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diungkapkan dalam proyek ini.Â
Dari hasil proyek ini, disimpulkan bahwa partisipan memiliki problem solving skills yang tinggi sehingga berbeda dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun saran untuk proyek berikutnya adalah peningkatan jumlah dan perluasan  partisipan serta setting experiment yang lebih terkontrol agar dapat diketahui secara pasti faktor yang mempengaruhi skill problem solving mahasiswa.
Referensi:Â
Hadi, W. P. (2019). Identifikasi kemampuan pemecahan masalah mahasiswa calon guru IPA pada penyelesaian soal titrasi. J-PEK (Jurnal Pembelajaran Kimia), 4(2), 100-105.
Hartoni, M. T. (2016). Kecemasan bimbingan skripsi dan problem solving pada mahasiswa yang sedang menempuh skripsi (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).
Kolb, D. A. (2014). Experiential learning: Experience as the source of learning and development. FT press.
Marshall, M. M., Carrano, A. L., & Dannels, W. A. (2016). Adapting experiential learning to develop problem-solving skills in deaf and hard-of-hearing engineering students. Journal of deaf studies and deaf education, 21(4), 403-415.
Mayer, R. E., Runco, M. A., & Pritzker, S. R. (1999). Problem solving in Human and Machine Problem Solving . New York : Plenum Press.
Priyandari, T. Y., Astina, I. K., & Utomo, D. H. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Learning terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Geografi. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 5(1), 15-20.