Mohon tunggu...
Ulfah Pinky
Ulfah Pinky Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Yang Katanya Keadilan

8 November 2015   22:36 Diperbarui: 8 November 2015   23:21 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Keadilan adalah suatu kata yang hampir tidak pernah lepas dalam kehidupan. Dari sumber wikipedia, keadilan adalah kebenaran moral mengenai sesuatu hal. Tidak ada satupun negara di dunia ini yang tidak mengenal keadilan termasuk Bangsa Indonesia. Oleh bangsa Indonesai keadilan bahkan menjadi salah satu tujuan utama terbentuknya negara. Hal itu bahkan diundangkan secara tertulis yaitu dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4. Namun pada masa sekarang ini, keadilan, khususnya di Indonesia hanya sebagai formalitas belaka. Banyak sekali yang melakukan sesuatu atas nama keadilan yang nyatanya hanya omong kosong belaka. Sebagai satu contoh saja, sekarang ini di Ibukota Jakarta banyak gedung tinggi berjajar-jajar, rumah mewah yang tak terhitung jumlahnya , sedangkan di pelosok-pelosok negri tidak sedikit rumah-rumah peyot berdiri.

Untuk membuktikan adanya ketimpangan tersebut, saya dan salah satu teman kuliah saya melakukan studi kasus di sebuah kota di Pulau Kalimantan yaitu Pontianak. Kami melakukan wawancara dengan seorang bocah penyemir sepatu, Haryadi namanya. Seorang anak kelahiran Pontianak, 11 Juli 1999. Di usianya yang ke 16 tahun ini, ia sudah harus bekerja dan mencari nafkah untuk keluarganya. Ia, haryadi, mulai melakukan pekerjaan ini sejak ia lulus dari SMP. Tidak seperti teman-temannya yang lain, Haryadi tidak bisa melanjutkan pendidikannya dikarenakan masalah biaya. Ayahnya sudah meninggal bertahun-tahun lalu, Ibunya dalah seorang Ibu rumah tangga. Ia dan keempat saudaranya harus bekerja dari pagi hingga sore demi sesuap nasi. Ia biasa menyemir sepatu di sebuah masjid di Kota Baru, Pontianak bersama dengan beberapa temannya. Ia mengaku setiap harinya ia bisa mendapat penghasilan 50ribu-70ribu . Penghasilan yang minim untuk 6 orang anggota keluarga.

Sungguh keadilan kah itu namanya? Sungguh, keadilan kah bagi mereka? Di negara yang katanya mengedepankan kepentingan rakyat, di negara yang mengutamakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyatnya. Miris sekali melihat teman-teman kita yang tidak tersentuh oleh pemerintah. Pemerintah yang katanya menyediakan sarana dan prasarana, bantuan ekonomi bagi mereka –mereka yang membutuhkan. Nyatanya masih banyak di luar sana rakyat-rakyat miskin yang tidak mendapat fasilitas tersebut. Fasilitas bantuan yang justru malah salah sasaran.

Semoga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial sesuai dengan tujuan yang di rumuskan oleh para Pemimpin Bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun