Mohon tunggu...
Ulfah Fa'izah Nursudiana
Ulfah Fa'izah Nursudiana Mohon Tunggu... -

Simple girl who loves music. Keep calm, more doing, and keep silent than do something who unnecessary! Allah blessing you~

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pacaran Tidak Mengenal Kekerasan

25 Oktober 2014   03:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:49 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pada kali ini, saya akan membahas mengenai sebuah film pendek yang berkaitan dengan Psikologi Komunikasi, tepatnya pada segi konsep diri, segi sikap, dan segi persepsi yang ada pada cerita film pendek tersebut. Film pendek ini berjudul “Kekerasan Dalam Pacaran”.

Di suatu hari, ada seorang gadis bernama Melati yang berasal dari keluarga kaya raya. Ia kuliah di salah satu universitas ternama di Jakarta. Selain melaksanakan rutinitas kuliah, ia juga bekerja di suatu perusahaan swasta. Ia melakukan rutinitas bekerja bukan untuk menambah uang saku, melainkan hanya agar tidak kesepian saja disela-sela harinya. Setelah itu, Melati mempunyai kekasih yang bernama Jaka. Setelah ada Jaka, Melati tidak merasa kesepian lagi disela-sela harinya.

Setelah beberapa bulan Melati berpacaran dengan Jaka, akhirnya Melati mengetahui sifat aslinya Jaka. Jaka tidak seperti apa yang Melati kenal sebelumnya. Jaka tidak pernah mengeluarkan uang sepeserpun ketika mereka sedang jalan-jalan, bahkan untuk apapun itu. Selain itu, Jaka juga terkadang meminta uang kepada Melati untuk membeli sesuatu yang Jaka inginkan. Bukan hanya itu, Jaka juga tak jarang menyakiti/memukuli Melati, baik secara batin maupun fisik ketika mereka sedang bertengkar. Apabila Melati tidak menuruti kemauan Jaka, Jaka tidak segan-segan untuk memukul, menjambak rambut, menampar, bahkan Jaka menyiksa Melati di kamar mandi. Tapi anehnya setelah Jaka menyiksa Melati, Jaka meminta maaf kepada Melati dan Melati memaafkannya. Jaka melakukan hal kasar tersebut dikarenakan orang tua nya Jaka selalu bertengkar didepan Jaka.

Namun, kejadian itu selalu terulang kembali dan Jaka pun selalu meminta maaf setelah melakukan penyiksaan terhadap Melati. Pada akhirnya, Melati tidak tahan dengan semua ini dikarenakan Melati tidak dapat menghubungi teman-temannya dan sahabatnya, Bimo. Jika Melati menghubungi sahabat dan teman-temannya, ia akan dimarahi oleh Jaka. Akhirnya, Melati tidak tahan dengan semua ini dan berhasil lepas dari kekerasannya Jaka kepadanya. Dan Melati dapat menghubungi Bimo dan ia menceritakan semua apa yang telah ia rasakan selama pacaran dengan Jaka. Tapi, Jaka tau hal itu semua kalau Melati menghubungi sahabatnya si Bimo itu.

Dari cerita tersebut dapat disimpulkan, bahwa jaka memiliki self – esteem yang rendah. Self – esteem yang rendah dapat melibatkan penilaian yang buruk akan pengalaman masa lalunya. Pengertian dari self–esteem sendiri yaitu penilaian, baik positif atau negatif dan individu terhadap diri sendiri. Berbeda dengan Melati yang memiliki self – esteem yang tinggi dan juga memiliki konsep diri yang positif. Konsep diri yang positif akan memunculkan perilaku yang positif. Tetapi Jaka berperilaku kasar, dikarenakan melihat orang tuanya yang sering berbuat kasar. Dalam kasus ini, ayah jaka disebut sebagai significant others yaitu orang-orang yang mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan kita.

Hal negatif yang dilakukan oleh Jaka kepada Melati disebut juga Sikap. Penjelasan mengenai sikap itu sendiri menurut Weber yaitu, sebuah reaksi evaluatif (suatu penilaian mengenai kesukaan dan ketidaksukaan seseorang) terhadap orang, peristiwa atau aspek lain dalam lingkungannya. Perubahan sikap yang terjadi pada Jaka dapat dikatakan sebagai karakteristik personal dan karakteristik personal tersebut adalah umur.

Dari persepsinya, sikap Melati yang selalu menuruti permintaan Jaka dapat dikatakan sebagai Trait (sifat, pembawaan). Dalam kasus ini, pada akhirnya Melati berhasil melepaskan diri dari Jaka, hal yang dilakukan Melati bisa disebut sebagai Atribusi. Semua kejadian buruk yang dialami Melati, adalah pengalaman. Melalui pengalaman hidupnya, manusia mengembangkan cara untuk membedakan berbagai katagori manusia yang ditemuinya.

Sekian analisis film pendek dari saya, kurang lebihnya mohon dimaafkan~ Terimakasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun