Senin, 2 Desember 2024, pada waktu sore hari halaman sebuah rumah sederhana di kelurahan Panjang Baru, Pekalongan menjadi saksi dari sebuah langkah inovatif yang mulai mengubah cara bertani di perkotaan. Kebun Cemara merupakan Urban Farming yang menggunakan metode fertigasi kapiler. Acara menanam berlangsung dengan antusias diikuti oleh lebih dari 15 orang, terdiri dari anak-anak dan mahasiswa KKN UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan yang penasaran dengan cara baru bertani yang ramah lingkungan dan efisien.
Fertigasi kapiler yang mengandalkan prinsip aliran air melalui media yang dapat menyerap dan menyebarkan air secara merata, kini hadir sebagai solusi cerdas untuk bertani di lahan terbatas. Pada acara tersebut, para peserta diajak untuk melihat langsung penerapan teknologi ini dalam kebun mini yang dibangun di halaman depan rumah milik warga setempat, Mba Ikfi. "Sistem ini menggunakan media tanam yang dapat menyerap air dari bawah secara perlahan, sehingga tanaman selalu terjaga kelembapannya tanpa perlu disiram setiap hari," ujar Mba Ikfi, yang juga menjadi fasilitator acara.
Salah satu hal yang menarik dari metode fertigasi kapiler adalah kemampuannya untuk menghemat air sekaligus meningkatkan hasil tanaman. Di kebun mini tersebut, berbagai jenis tanaman seperti pakcoy yang tumbuh subur dengan sistem pemupukan terkontrol yang langsung disalurkan ke akar tanaman melalui air. "Dengan metode ini, air yang digunakan bisa lebih efisien, mengurangi pemborosan, dan tentunya hasilnya juga lebih maksimal," lanjut Mba Ikfi.
Acara pun berlanjut dengan sesi praktik, di mana peserta diberi kesempatan untuk menanam di pot untuk dibawa ke rumah masing-masing. Peserta yang kebanyakan berasal dari kalangan anak-anak dan mahasiswa tampak terkesima dan bersemangat mencoba langsung.
Acara diakhiri dengan penanaman bersama menggunakan sistem fertigasi kapiler di beberapa pot tanaman yang sudah dipersiapkan. Penanaman menggunakan benih bayam dan kangkung. Selain itu, ada juga penanaman terong di galon dan juga bibit cabai di polybag. Â Diharapkan, metode ini tidak hanya akan memperkenalkan cara baru bertani di kota, tetapi juga memberikan solusi praktis bagi ketahanan pangan kota yang semakin mendesak. Selain, acara tanam menanam ada juga sharing mengenai administrasi terkait pengelolaan pengeluaran saat membeli bibit dan juga manajemen urban farming terkait pencatatan tanggal memulai menanam dan memanen. Dan juga ada pemberian kenang-kenangan berupa papan plang urban farming.
Dengan keberhasilan acara ini, menjadi saksi dari sebuah gerakan yang mengedepankan ketahanan pangan melalui inovasi teknologi tepat guna. Urban farming dengan metode fertigasi kapiler kini bukan hanya sekadar solusi bertani, tetapi juga simbol semangat baru bagi masyarakat kota untuk kembali terhubung dengan alam dan mengelola sumber daya secara bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H