Mohon tunggu...
Ulfa Khairina
Ulfa Khairina Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Somewhere to learn something. Explore the world by writing. Visit my homepage www.oliverial.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Traditional Baby Massage, Solusi Alternatif Anak Bapilnas

27 Oktober 2022   13:00 Diperbarui: 27 Oktober 2022   13:02 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuaca bulan Oktober yang berubah-ubah kerap membuat balita sakit. Kondisi badan anak yang tida fit membuat anak rewel dan GTM alias Gerakan Tutup Mulut alias malas makan. Tentu saja, menghadapi masalah ini tidak sedikit ibu yang galau. Ditambah lagi isu obat sirup anak yang berbahaya dan mulai ditarik dari peredaran. Kegelisahan ibu semakin menjadi-jadi.

Hal ini bukan keluhan sehari dua hari. Banyak ibu mengeluhkan hal yang sama sampai-sampai para content creator juga membuat konten-konten terkait penanganan masalah ini. Namun tidak semua yang ditutorialkan di platform-platform penyedia konten cocok untuk diikuti. Sebagian besar malah sama sekali tidak memberi pengaruh apa-apa kepada penggunanya.

Di daerah-daerah, para orang tua percaya jika batuk pilek panas yang dialami oleh anak erat kaitannya dengan pertumbuhan bayi. Di Aceh misalnya, orang-orang menganggap anak yang sering sakit setelah usia satu tahun dengan istilah 'lagi beli-beli' alias sedang membeli kepintaran dan perkembangan sesuatu. Bukan itu saja, batita dianggap sering terkilir karena mengalami bapilnas.

Kepercayaan masyarakat terhadap kondisi bayi seperti ini mendorong kepercayaan masyarakat tidak langsung membawa anak ke dokter. Apalagi sampai mencecoki obat dokter. Orang tua biasanya akan memberikan obat herbal dari olahan berbagai rempah dan membawa anak ke tukang kusuk. Bahasa kerennya, anak harus diberikan body massage untuk memperbaiki kesalahan urat dan terkilir yang dialami.

Hal ini juga saya alami ketika pindah ke Aceh bagian barat. Tumbuhan di sekitar yang selama ini dianggap sebagai semak mendapat perhatian khusus untuk pertolongan pertama anak ketika mengalami bapilnas. Demam anak yang dialami biasanya akan sembuh dengan daun bunga kenikir yang diremas-remas dan dioleskan di dahi. Perut kembung yang dialami oleh anak juga akan sembuh dengan campuran minyak tanah dan daun serta bunga kenikir. Bayi yang mulai meler cukup dioleskan kunyit di batang hidungnya dan meler berkurang bahkan berhenti.

Hal-hal yang dianggap sepele menjadi istimewa dan sangat berarti setelah mendapatkan penanganan tradisional berbasis kearifan lokal. Jika panas anak naik turun, biasanya akan disarankan untuk mengompres dan diberi paracetamol agar panasnya turun. Akan tetapi, orang-orang percaya jika ada struktur tulang bergeser alias terkilir. Apalagi jika ditandai kaki dingin dan kepala panas. Sudah tidak perlu diragukan lagi, anak ini mengalami terkilir. Obatnya adalah memberi baby massage atau pijat bayi.

Beberapa kali mengabaikan hal-hal seperti ini, sekaligus juga mengikuti kepercayaan lokal untuk mengikuti kebiasaan. Anak-anak yang mengalami bapilnas memang sembuh setelah mendapat baby massage ala tradisional dengan minyak pijat berupa minyak tanah dicampur dengan bawang merah. Bukan sekedar bapilnas, anak kembali sehat ceria dan makan dengan lahap sekali.

[Photo: Pexels/Mali Maeder]
[Photo: Pexels/Mali Maeder]

Nah, solusi alternatif ini kerap dianggap tidak berguna dan terlalu mengada-ada. Padahal sebelumnya orang-orang di pedesaan telah melakukan cara alternatif berupa baby massage untuk selama proses pengawalan anak tumbuh kembang. Bahkan cara ini juga diadopsi oleh bidan-bidan dengan sertifikat izin praktek di health care untuk berbagai macam masalah bayi dengan solusi baby massage. Baby massage  dan kusuk bayi, dua nama yang berbeda tetapi berdampak dan tujuan yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun