Mohon tunggu...
Ulfa Khairina
Ulfa Khairina Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Somewhere to learn something. Explore the world by writing. Visit my homepage www.oliverial.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Blue Window (Part 3: Kejutan Pak Kos)

27 November 2021   23:49 Diperbarui: 28 November 2021   00:06 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oh, aku tertidur cukup lama dengan make up on. Aku beranjak dari kasur dan membuka pintu kamar.

Tidak ada orang di sana. Jadi siapa yang memanggilku tadi?

Abaikan. Mungkin penghuni di kos ini tidak rela aku pergi. Aku menutup kembali pintu kamar, kemudian berganti pakaian. Tanpa sengaja aku melewati cermin dan melihat warna warni di wajahku sudah mulai aneh.

Kuambil kapas dan baby oil. Kubersihkan semua make up yang masih menempel di wajah. Lalu menyambar handuk di gantungan belakang pintu. Saatnya mandi. Bagaimana pun rasanya patah hati, aku harus menjalani hidup dengan sehat. Mandi dan menemui mereka yang berniat menyambut hari bahagiaku.

Aku tidak lagi makan. Memang tidak ada makanan apapun di rumah. aku tidak masak. Rencananya akan mentraktir adik-adik di kos makan nasi goreng atau sate Padang di kopelma. Ternyata aku malah ketiduran. Rencana ditunda.

Aku masuk ke kamar Nadia dan Ariaty, adik-adik kos sedang menonton TV di kamar. Mereka menyambutku dengan senyum. Nadia berjalan ke meja belajar, mengambil lunch box dan menyodorkan kepadaku. Senyumnya lebar memancarkan kecantikan di kulit putihnya.

"Kak Naeva, selamat yudisium. Akhirnya kami tidak melihat wajah murungmu lagi," kata Nadia.

Aku tertawa kecil. Menerima lunch box berisi rujak itu bahagia. Nadia masih ingat soal rujak. Aku ucapkan terima kasih atas ketulusannya dan adik-adik kos lain. Tiba-tiba aku merasa sedih. Bagaimana aku bisa meninggalkan mereka yang sangat baik-baik ini. aku sedih, terlebih di rumah lantai dua ini aku adalah kepala keluarga.

Tidak bisa kubayangkan bapak kos sangat kejam. Dia dengan tega menebas kepala keluarga di rumah ini dan membiarkan anak-anakku luntang lantung nantinya. Aku meneteskan air mata haru.

"Kak Va, nggak usah dipikirkan. Bapak kos kita kan memang tidak punya peri kemanusiaan. Santai saja, Kak. Kami doakan Kak Naeva akan mendapatkan kos yang lebih baik dari rumah ini. cepat atau lambat kami akan keluar juga," celetuk Nova.

Nadia memberi kode agar tidak melanjutkan lagi kalimatnya. Aku cukup sadar diri dan tidak ingin memperkeruh suasana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun