Mohon tunggu...
Ulfa Khairina
Ulfa Khairina Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Somewhere to learn something. Explore the world by writing. Visit my homepage www.oliverial.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Perjalanan Lintas Kenangan

18 September 2015   10:10 Diperbarui: 18 September 2015   10:10 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan dilanjutkan selama dua jam lagi. perjalanan yang biasa saja mulai menantang, mulai terasa petualangannya. Sepupu saya yang berjiwa reporter mulai terdiam karena mual. Jalan berlenggok, mendaki, dingin. Kiri kanan pohon-pohon inggi, labat berdiri pongah. Seperti tangan raksasa yang seaktu-waktu siap mengambil mobil yang kami tumpangi dengan mudahnya.

Hal menarik yang mungkin tak pernh di miliki oleh wilayah lain di luar sana adalah kelompok perumahan bertumpuk di tengah hutan. Saat berkilometer tanpa perumahan, kendaraan dan sepi. Tiba-toba setumpuk rumah papan dengan warna-warna menarik seperti goresan cat di kanvas hijau.

Semakin jauh, pemandangan semakin liar dan terjal. Jalan bukan saja mendaki dan menurun. Tapi juga berkelok. Gunung dan jurang yang cukup dalam. Kami seolah menumpangi obil terbang Harry potter. Bila melihat ke luar jendela, hanya ujung-ujung pepohonan yang menutupi jurang di bawah sana. Sekalinya jarak pandang sejajar, pohon-pohon pisang berdaun kecil bertumpuk.

“Ini namanya pisang hutan” reporter kami, sepupu saya berseru.

Saya pernah mendengar pisang hutan. Ini adalah jenis pisang denga daun kecil, berbatag agak keunguan dan sangat langing. Batangnya pendek, berbuah kecil. Katanya santapan para hewan liar di dalam hutan sana.

Ketika masih tergabung dengan Palang Merah Indonesia, saya pernah menerima pelajaran survival. Dalam materi ini diajarkan bagaimana bertahan di hutan tanpa makanan. Pertahanan pertama yang dilakukan adalah melihat makanan lazim seperti buah-buahan hutan. Kemudian perhatikan tingkah hewan di sana, mulai dari binatang besar sampai kecil seperti semut atau ulat kecil. Bila tumbuhan tersebut dihinggapi oleh binatang, artinya tumbuhan ini layak dimakan untuk mempertahankan hidup. Bila tidak, artinya tumbuhan tersebut beracun.

Tentu saja pisang hutan adalah tumbuhan yang layak disantap. Selain masih tergolong jenis pisang yang lazim di konsumsi juga menjadi incaran hewa primata.

Berkilometer dari hutan lebat ini, sebenarnya masih ada rumah-rumah penduduk. Meskipun sepanjang jalan ada saja fenomena alam yang memperngatkan manusia bahwa kawasan ini masih murni. Tumbuhan anggrek yang indah menumbuhi tebing-tebing di tepi jalan. Di tengah hutan sebatang pohon terlihat penuh dengan bunga berwarna putih. Segala hal tentang hutan liar terpampang di depan mata seperti masuk ke dalam buku cerita.

Matahari mulai turun, gelap akan datang. Pameu masih berjarak sekitar 20 kilometer lagi. kami tidak melanjutkan perjalanan. Berbelok ke jalan pulang menjelag azan maghrib berkumandang.

Perjalanan pulang terasa jauh lebih dekat dibandingkan perjalanan ketika berangkat. Kami melewati uning, tempat berfoto sebelumnya. Menikmati mie goeng di salah satu warung di Angkup. Melaksanakan sholat maghrib di salah satu mesjid. perjalanan pulang tak kalah indah.

Di depan kami perkampungan dengan lampu berwarna-warni terhampar di atas bukit dan di bawah lembah. Sisi indah yang tak terlihat ketika perjalanan di siang hari. Susana hari raya masih berlangsung, kembang api terbang dan pecah di langit berulang-ulang. Tepat di atas pemukiman yang ditunjukkan melalui titik-titik lampu. Indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun