Mohon tunggu...
Uleng Tepu
Uleng Tepu Mohon Tunggu... -

Terdiam

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sekalimat Pisah

5 Desember 2011   03:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:49 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

:Untuknya yang pernah menemani merajut mimpi

.

Zaman telah menjadikan kita dungu

Terjebak dalam palung rasa yang semu

Jemariku pun telah letih merajut benang

yang kau serah dahulu

Jarum telah menisik luka di hatiku

Ngilu

.

Bukankah kau mendamba wanita bertutur madu

Berjemari lentik memukau

Wajah kemilau

Suara merdu mendayu merayu

Maka turutlah inginmu

Karena aku telah menjelma bayang lalu

: terima kasih untuk kenangan semanis tebu

Sebelum malam berlalu

Kueja selarik kata pisah padamu

: aku kamu tak harus padu

** Belajar nulis lagi ^_^

** Image source

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun