Mohon tunggu...
Ulan Nurhayati
Ulan Nurhayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa yang aktif dan berprestasi di kampus, dengan minat khusus dalam dunia penulisan. Hobi saya menari dan membaca buku fiksi. Saya juga memiliki ketertarikan dalam hal administratif dan menikmati tugas-tugas yang melibatkan kedisiplinan. Orang-orang sering menggambarkan saya sebagai wanita yang perfeksionis, mandiri, pintar, dan memiliki sikap positif yang ceria. Saya mendasarkan nilai hidup pada kejujuran dan kedisiplinan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menemukan Cahaya di Tengah Gelap: Perjalanan Sulit Menuju Pendidikan Tinggi

24 Januari 2024   07:58 Diperbarui: 16 Agustus 2024   11:33 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Perjalanan, Motivasi, dan Inspirasi

Setiap hidup adalah sebuah perjalanan yang penuh liku dan tak terduga. Sama halnya dengan kisah hidup saya, yang penuh dengan tantangan dan keputusan sulit. Salah satu perjuangan terbesar yang pernah saya alami adalah ketika saya berhadapan dengan dinding yang tampak tak bisa diatasi di bidang pendidikan. Saat itu, rasanya seperti langit gelap yang menutupi segala harapan. Saya, seperti banyak orang, mengalami fase pesimis yang mendalam tentang kelanjutan pendidikan saya. Pendidikan tinggi terasa seperti sebuah impian yang semakin menjauh, terutama ketika keterbatasan finansial menjadi penghalang utama. Namun, di tengah kegelapan itu, ada api kecil yang membara di dalam diri saya. Motivasi untuk mendapatkan pendidikan tinggi menjadi pendorong yang tak tergoyahkan. Saya menyadari bahwa harapan dan mimpi dapat menjadi peta jalan menuju cahaya diujung terowongan.

Saya memutuskan untuk tidak membiarkan pesimisme menghentikan langkah-langkah saya. Itulah titik awal dari perjalanan panjang yang penuh dengan usaha dan tekad keras. Salah satu langkah pertama yang saya ambil adalah mengejar beasiswa. Meskipun tantangan besar, tekad saya untuk mendapatkan pendidikan tanpa harus memberatkan keluarga menjadi api yang terus berkobar. Setiap hari, saya meraih buku-buku tebal dan menggali ilmu sebanyak mungkin. Mengerjakan setiap tugas dengan penuh dedikasi dan tekun, saya tidak hanya belajar untuk lulus ujian, tetapi juga belajar untuk hidup. Kegiatan belajar menjadi sebuah ritual yang saya nikmati, karena saya menyadari bahwa setiap hal yang saya pelajari adalah investasi untuk masa depan.

Proses mendapatkan beasiswa tidak pernah mudah. Setiap ujian dan wawancara adalah ujian keberanian dan ketangguhan saya. Meskipun sempat terjatuh dalam kekecewaan, saya bangkit kembali dengan semangat yang lebih kuat. Saya tahu bahwa setiap usaha yang saya lakukan adalah langkah mendekati impian saya untuk kuliah tanpa beban biaya. Perjuangan menuju pendidikan tanpa batas membuat saya lebih menghargai setiap pelajaran dan kesempatan yang saya miliki. Perjalanan hidup saya mengajarkan saya bahwa ketika semangat dan tekad bersatu, tak ada impian yang terlalu besar untuk dikejar.

Perjalanan ini mungkin berliku, namun setiap langkah membentuk keberanian dan keteguhan karakter. Saya berharap bahwa kisah hidup saya ini dapat menjadi inspirasi bagi siapa pun yang sedang menghadapi tantangan serupa. Karena, pada akhirnya, perjalanan kehidupan adalah tentang bagaimana kita meresapi setiap detik, bahkan di tengah badai sekalipun, untuk mencapai cahaya terang di ujung jalan.

Perjuangan menuju bangku kuliah tidaklah mudah dan tidak selalu dihiasi dengan kisah-kisah manis. Kisah ku sedikit berbeda dari beberapa anak yang beruntung diluaran sana. Dimana saya menghadapi cobaan yang cukup berat untuk merasakan bangku kuliah terutama ketika mulainya perjuangan saya mendaftar beasiswa. Beasiswa merupakan kandidat tunggal yang saya harapkan untuk dapat mendukung pendidikan saya.

Setiap kali mengisi formulir dan menulis esai, saya merasakan kekhawatiran dan kecemasan tentang apakah usaha saya akan membuahkan hasil. Mengirimkan berkas dan menanti hasil ritual dengan ketekunan yang penuh ketegangan. Namun, ironisnya, beberapa kali saya harus menghadapi kenyataan pahit ketika surat yang saya terima berisikan penolakan yang diikuti dengan kata penyemangat. Meski begitu, saya tidak membiarkan rasa frustasi meruntuhkan semangat saya.

Sebanyak tiga beasiswa yang saya perjuangkan menolak permohonan saya. Namun, mendapatkan penolakan bukanlah akhir dari perjalanan saya. Sebaliknya, setiap surat penolakan adalah panggilan untuk introspeksi dan peningkatan diri. Saya mulai memperbaiki esai-esai saya, meminta umpan balik dari orang-orang yang lebih berpengalaman, dan terus belajar dari pengalaman tersebut. Meski tantangan terasa besar, saya tetap yakin bahwa setiap usaha yang saya lakukan adalah investasi untuk masa depan saya.

Setiap kali surat penolakan datang, saya mengambil waktu sejenak untuk meresapi kekecewaan itu, tetapi kemudian saya bangkit kembali dengan semangat yang lebih kuat. Saya menyadari bahwa penolakan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan bagian dari proses menuju kesuksesan. Saya belajar bahwa kegagalan bukanlah kekalahan, tetapi peluang untuk tumbuh dan berkembang.

Setelah merasakan perjuangan yang penuh dengan kegagalan tersebut saya mencoba beberapa beasiswa selanjutnya. Saya menyusun taktik baru berdasarkan dengan evaluasi dari pengalaman-pengalaman saya sebelumnya. Kobaran semangat didalam diri saya untuk mendapatkan pendidikan tingkat lanjut sangat membara. Hingga disatu ketika saya harus menerima kenyataan yang berulang berupa surat yang berisikan penolakan dengan iringan kata semangat bersamanya.

Penolakan itu merupakan penolakan kelima yang saya dapatkan dalam perjalanan perjuangan saya mendapatkan beasiswa pendidikan. Namun, penolakan kali ini sangat berbeda, rasanya seperti dunia runtuh dihadapan mata. Merasa gagal dan tak berdaya, saya sempat terpuruk dalam keputusasaan. Muncul pertanyaan dalam pikiran saya, "Apakah saya memang tidak panta mendapatkan pendidikan yang saya impikan?" Rasa rendah diri dan keraguan diri merayap masuk, dan impin untuk meraih pendidikan tinggi tampak semakin jauh tak terlihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun