Mohon tunggu...
Ulan Hernawan
Ulan Hernawan Mohon Tunggu... Guru - I'm a teacher, a softball player..

Mari berbagi ilmu. Ayo, menginspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dilema Pengajar, di Antara Bisnis dan Pendidikan

12 September 2017   22:10 Diperbarui: 15 September 2017   11:58 1992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dilema Pengajar, Diantara Bisnis dan Pendidikan? [Sebuah Catatan]

Profesi menjadi seorang guru bukanlah soal mudah. Mereka-mereka yang terjun dalam dunia pendidikan sudah seharusnya secara sadar betul tidaklah mencari sebuah  kekayaan. Seperti pesan seorang teman, "yen arep sugih, ojo dadi guru" (kalau mau kaya, jangan jadi guru). Seorang guru yang mulia mengedepankan "tujuan"nya menjadi seorang pengajar,pendidik dan "role model" bagi generasi muda. Mau di sekolah di pelosok, di kota, atau di ibukota sekalipun, guru adalah guru, tujuan mulia mencerdaskan anak bangsa. 

Mendidik anak menjadi manusia berkarakter dan memiliki jiwa nasionalis adalah bonus seorang guru untuk lebih aktif bekerja. Namun, itu bukanlah semudah membalikkan telapak tangan, proses lah yang memberikan hasil akhir. 

Banyak anak muda sekarang sedikit pesimis berprofesi menjadi seorang pengajar, padahal dengan mengajar kita mendewasakan diri dengan lebih baik, kaya ilmu, dan semakin bijak dalam segala aspek. Yang jelas, jangan sekali-kali mencampur-adukkan bisnis dengan pendidikan. "Business is a business, education is an education". Apalagi porsi bisnis lebih besar daripada pendidikan,maka tujuan dari mendidik dan mengajar akan bergeser hanya ke materi mencari untung. Dalam dunia pendidikan, kita belajar berbisnis. Namun dalam dunia bisnis, belum tentu kita mengedepankan pendidikan. 

Mereka-mereka yang bergerak dalam bidang pendidikan, seharusnya memahami dan menyadari tentang konsep kesejahteraan kolektif. Guru, dosen, pengajar dan pendidik, seharusnya layak mendapatkan kesejahteraan yang pantas dan bermartabat, seiring dari tugas dan tanggung jawab yang diemban. Hal itu penting supaya mereka fokus bekerja untuk pendidikan, bukan bisnis. 

Ingat, kekayaan bersifat individual. Namun, kemakmuran/kesejahteraan bersifat kolektif. Untuk mereka penggiat pendidikan, sejahterakan para pengajar anda. Niscaya kemakmuran dan keuntungan akan bisnis anda, akan datang dengan sendirinya. Salam pendidikan.

Ulan Hernawan

[Baca juga]:

Guru Itu Bukan "Pengemis" 

Pengajar Muda Dan Dilema Masa Depan Pendidik Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun