Mohon tunggu...
Money

Indusrialisasi Sebagai Penopang Perekonomian

25 Mei 2015   09:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:38 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Oleh

Ana Aniqotul Khuluq dan Uksin Mutia Ratih

Mahasiswa Konsentrasi Moneter Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi UNEJ

Industrialisasi merupakan perubahan sosial ekonomi dari pertanian mengarah ke industri. Indistrialisasi dinyatakan sebagai sektor yang berperan penting pertumbuhan ekonomi. Seperti yang dinyatakan Deputy Country Director, Edimon Ginting memaparkan bahwa sektor manufaktur perlu diperkuat untuk menopang perekonomian nasional. Ekspor manufaktur diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi di Asia yang saat ini masih stagnan dilevel 6,3 persen.

Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Potensi alam yang melimpah, menjadikan hasil dari sektor pertanian sebagai penyumbang utama dalam ekspor. Berdasarkan data perdagangan komoditas ekspor utama hasil pertanian adalah kopi, kakao, minyak kelapa sawit dan karet dan produk karet. Sedangkan produk olahan (industri) yang termasuk dalam 10 komoditas utama dalah furniture, alas kaki, elekronik dan komponen kendaraan bermotor. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia masih belum begitu menguasai produk olahan apalagi prosentasenya sangat kecil untuk produk manufaktur dalam ekspor.

Produk olahan hasil industri Indonesia juga masih sederhana, terlihat dari produk olahan yang dihasilkan. Tentu saja ini mempengaruhi keseimbangan neraca berjalan. Ketidakseimbangan ini bisa dilihat dari impor produk Indonesia yang begitu tinggi utamanya didominasi oleh produk-produk hasil industri dan barang manufaktur. Terlebih keadaan ekonomi global yang sedang lesu, diikuti dengan pelambatan pertumbuhan ekonomi nasional di berbagai negara dapat berdampak buruk untuk Indonesia kedepan.

Bagaimana Peran Industriasiasi?

Ditengah kemajuan teknologi sebenarnya Indonesia sudah ikut menikmati hasil inovasi dan kecanggihan tekonogi baik berupa mesin-mesin produksi maupun cangggihnya informasi dan komunikasi. Secara tidak langsung Indonesia sendiri sudah menikmati kecangggihan mesin-mesin dalam menopang kinerja industri. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya hasil pertanian. Namun kekayaan alam saja ternyata tidak cukup menopang pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, bisa karena teknologi masih rendah sehingga berpengaruh terhadap produktivitas. Maupun produk yang kurang memiliki daya saing. Kendala-kendala tersebut berpengaruh pada lemahnya sisi ekspor dan sumbangan terhadap pendapatan negara. Sarana untuk memperkuat produktivitas hasil alam di Indonesia dilakukan dengan perubahan struktur yang mengarah ke sektor industri. Hasil-hasil kekayaan alam bisa diolah lagi di dalam negari sebelum di ekspor agar lebih memiliki nilai tambah. Ataupun penggunaan mesin-mesin yang lebih canggih untuk meningkatkan produktivitas. Disini petingnya dukungan dari pemerintah untuk menambah pengeluaran negara untuk barang-barang modal dan manufaktur.

Dukungan pemerintah dalam mendukung industrialisasi menjadi pertimbangan yang penting, mengingat pertumbuhan ekonomi global yang sedang lesu membawa dampak bagi perekonomian Indonesia sendiri. Seperti beberapa waktu lalu melemahnya kurs, dan kabar kenaikan suku bungaThe Fed (Bank Sentral Amerika) memberi tekanan pada perekonomian di Indonesia. hal ini perlunya rangsangan dari sektor lain untuk medorong perekonomian nasional agar tidak semakin terpuruk efek dari perekonomian global.

Tantangan dan Kelemahan

Keberanian pemerintah dalam mendukung industrialisai menjadi konsekuensi penting. Perubahan struktur dari pertanian ke sektor industri bukanlah seperti solusi yang tanpa meninggalkan masalah. Ada beberapa fakor yang perlu dibenahi yang pertama sumber daya manusia yang perlu ditingkatkan dalam wawasan dan penguasaan teknologi, mengingat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masyarakat Indonesia masih rendah. Sesuai laporan IPM tahun 2014 Indonesia menempati peringkat 108 dari 187 negara dengan nilai IPM 0,684. Selain itu mentalitas masyarakat Indonesia yang masih lambat menerima perubahan juga menjadi tantangan bagi pemerintah untuk mendorong ke industrialisasi. Hal ini dipengaruhi oleh masyarakat Indonesia yang memiliki adat dan budaya beragam. Kecenderungan cinta budaya yang sudah menjadi tradisi turun temurun sulit untuk menerima perubahan dari luar. Masyarakat sudah merasa nyaman dengan kondisi yang ada mempengaruhi masyarakat menerima perubahan ini menjadi tantangan bagi pemerintah lebih lanjut. Disisi lain dorongan menuju industrialisasi membutuhkan pengeluaran yang besar. Keadaan perekonomian global yang lesu, diikuti dengan buruknya transaksi berjalan Indonesia menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk memperoleh modal baik dari pembiayaan luar negari maupun dalam negeri.

Industrialisasisebagaiupayamewujudkanpertumbuhanekonomidiharapkanmampumeminimalisirefekburukdarilesunyaperekonomian global. Selainituindustrialisasisebagaidoronganbagimasyarakat agar lebihberperandalammenjawabtuntutan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun