Oleh Adisha Ayu Fariska, seorang mahasiswi Universitas Andalas yang berkegiatan di Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa Andalas Group.
Apa Itu Fatherless?Â
Istilah fatherless country marak dibahas dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah psikolog, pemerhati anak dan remaja, dan pegiat keayahan mengklaim Indonesia termasuk negara dengan peran ayah yang minim di keluarga. Ketiadaan peran seorang ayah dalam keluarga, dinilai memiliki sejumlah dampak negatif pada perkembangan anak. program sosialisasi yang dilakukan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) yang bertajuk "Peran Ayah dalam Proses Menurunkan Tingkat Fatherless Country Nomor 3 Terbanyak Di Dunia."
Pemerhati pendidikan dan anak, Retno Listyarti, mengartikan fatherless sebagai kondisi di mana anak kehilangan figur ayah dalam proses tumbuh kembangnya. Atau, anak yang mempunyai ayah, tapi ayahnya tidak berperan maksimal dalam proses tumbuh kembang anak karena pengasuhan dan pendidikan diserahkan kepada ibu. Sedangkan psikolog anak Edward Elmer Smith mengartikan fatherless country sebagai kondisi negara yang masyarakatnya cenderung tidak merasakan keberadaan dan keterlibatan figur ayah dalam kehidupan anak, baik fisik maupun psikologis.
Isu ketidakhadiran ayah dalam pengasuhan anak tidak lepas dari konstruksi sosial masyarakat Indonesia tentang peran gender antara laki-laki dan perempuan. Laporan State of the World's Father's yang ditulis Rutgers Indonesia pada 2015 menyebutkan, budaya patriarki sebagai salah satu alasan absennya ayah dalam perkembangan anak di Indonesia. Mengenai fenomena fatherless ini juga dibahas Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Diana Setiyawati. Ia mengatakan dalam pengasuhan anak membutuhkan keterlibatan orang tua, yaitu ayah dan ibu secara berimbang. Artinya, pengasuhan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu saja, tapi juga ayah.
Apa Peran Ayah?Â
Peran seorang ayah dalam keluarga sering kali menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Sebagai kepala keluarga, ayah memegang peran penting dalam membentuk fondasi emosional dan psikologis anak-anaknya. Namun, di tengah perubahan sosial yang terjadi, kita juga melihat semakin banyaknya keluarga yang tumbuh tanpa kehadiran seorang ayah, baik karena perceraian, kematian, atau pilihan hidup lainnya.
Family Man: Pilar Keluarga
Seorang "Family Man" adalah ayah yang hadir secara fisik dan emosional dalam kehidupan keluarganya. Kehadirannya tidak hanya sebagai pencari nafkah, tetapi juga sebagai pendidik, pelindung, dan contoh bagi anak-anaknya. Seorang ayah yang terlibat secara aktif dalam kehidupan anak-anaknya dapat memberikan dampak positif yang signifikan. Mereka cenderung memiliki anak-anak yang lebih percaya diri, memiliki keterampilan sosial yang baik, dan lebih sukses di sekolah.
Peran ayah yang penuh kasih sayang juga penting dalam mendidik anak-anak tentang nilai-nilai kehidupan, seperti kerja keras, tanggung jawab, dan empati. Ayah yang menjadi role model positif dapat membimbing anak-anaknya untuk menjadi individu yang bertanggung jawab dan mandiri di masa depan.
Namun, menjadi seorang "Family Man" tidak selalu mudah. Tuntutan pekerjaan, tekanan sosial, dan ekspektasi yang tinggi dari masyarakat sering kali membuat seorang ayah kesulitan untuk menyeimbangkan antara tanggung jawab profesional dan keluarga. Di sinilah pentingnya dukungan dari pasangan dan kesadaran diri seorang ayah untuk tetap prioritaskan keluarganya.