Membuat konten sebagai bentuk solidaritas anggota kelas dengan ikut serta trend yang ada pada sosial media itu wajar. Namun, Mahasiswa utamanya seorang Kosma sepatutnya memahami lingkup yang dipijaki kala itu.
Pandai memilah, mana yang layak untuk dimodifikasi dan tidak, Kosma juga sepatutnya tidak sekedar mengiyakan hal tersebut, melainkan membingkai terlebih dahulu.
Misal, apakah layak, seorang Santri atau Mahasiswa yang tengah berada pada lingkup pesantren ikut trend yang viral pada laman TikTok, seperti joget tanpa seakan putusnya urat malu, membaur menjadi satu antara laki-laki dan perempuan? Tentunya sangat jauh dari kata layak.
Dari perumpamaan tersebut, bukankah sudah nampak, bahwa seorang Kosma seakan tiada guna dalam lingkup kelas dan hanya seakan mencari eksistensi diri sendiri pada lingkungan kampusnya? (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H