Mohon tunggu...
Sukisno Sudaryo
Sukisno Sudaryo Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Era Baru Laboratorium di SMA

26 Mei 2015   13:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:35 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1432639471164991586

[caption id="attachment_420441" align="aligncenter" width="630" caption="Ilustrasi - salah satu materi laboratorium geografi. (kompas)"][/caption]

Semenjak berkembangnya model pembangunan yang bertitik berat pada pembangunan kualitas manusia, sekolah menjadi solusi yang paling diandalkan. Karena memang manfaat yang diperoleh dari output sekolah akan melebar ke berbagai hal, termasuk kondisi ekonomi, sosial, politik dan budaya ke arah yang lebih baik. Misalnya saja dari perspektif ekonomi, sekolah diyakini dapat menghasilkan manusia-manusia yang memiliki kualitas dan kemampuan dalam aktivitas perekonomian (PGRI, 2014). Begitu juga dari aspek sosial, politik, dan budaya.

Maka semenjak itu pula, fokus pendidikan sekolah kita kemudian tidak sekadar membuat siswa ahli, tetapi juga menuntut siswa terampil. Sehingga konsekuensinya adalah sekolah harus memberikan lahan untuk menunjang keterampilan siswanya. Karena memang berbekal modal keterampilanlah yang sering kali menentukan bagaimana masa depan siswa setelah lulus sekolah. Ketika berbicara keterampilan, Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan setingkatnya menjadi institusi yang paling sibuk akan hal itu. SMK dengan berbagai jurusannya yang memang didesain untuk siap kerja, dan SMA dengan jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Sosial, dan Bahasanya yang sebenarnya sama-sama didesain untuk siap kerja tetapi dengan proses yang berbeda. Ada hal yang membuat kita resah ketika muncul anggapan bahwa SMK sebagai pencipta pekerja, sedangkan SMA sebagai pencipta pemikir. Anggapan tersebut tentu salah adanya.

Peran Laboratorium

Maka adanya laboratorium sebagai tempat memberikan keterampilan menjadi sebuah keniscayaan. Ambil saja contoh SMK jurusan Otomotif, tanpa memiliki ruangan seperti bengkel tentu siswanya tidak bisa mencoba bagaimana memasang busi yang benar. SMA dengan jurusan IPA misalnya, tanpa memiliki laboratorium biologi maka siswanya tidak akan tahu bagaimana bentuk bakteri dan sifat-sifatnya. Begitu juga SMA jurusan Bahasa dengan laboratorium bahasanya. Dan yang paling penting adalah adanya inspirasi keilmuan yang akan menentukan passion siswa yang dihasilkan dari kegiatan praktik keilmuannya berbasis laboratorium. Passion inilah yang akan menjauhkan siswa dari kebingungan dan salah jurusan apabila hendak melanjutkan ke perguruan tinggi.

Sayangnya, nuansa laboratorium tidak kita temukan di jurusan IPS. Kalaupun ada, jumlahnya dapat dihitung dengan jari per seribu sekolah. Pernyataan tersebut memang terkesan ekstrem, karena tidak dibuktikan dengan data yang jelas. Data itu memang sulit dicari (dengan tidak menyebutnya tidak ada), tetapi secara real memang betul-betul terjadi. Ambil contoh saja ketika penulis melakukan pengamatan kepada sejumlah website SMA, hampir tidak ada yang mencantumkan laboratorium berbau IPS dalam fasilitas atau sarana dan prasarana yang disediakan. Belum lagi ketika penulis bertanya secara lisan kepada rekan-rekan seperkuliahan, mereka tidak ada satu pun yang mengiyakan bahwa SMA-nya dahulu memiliki social laboratory. Padahal rekan-rekan penulis tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia, maka pernyataan mereka seakan merepresentasikan SMA se-Indonesia masih langka laboratorium untuk IPS. Pertanyaannya kemudian, penting atau tidak pentingkah sekaliber IPS dibuatkan laboratorium?

Kebutuhan Laboratoium IPS di SMA

Di tingkat SMA, social science atau IPS bukan lagi merupakan penyederhanaan ilmu-ilmu sosial seperti yang dijadikan sebagai mata pelajaran di tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), melainkan dipelajari berdasarkan cabang-cabang disiplin ilmu utamanya secara khusus. Ketika SMA, maka kita akan menemukan jurusan IPS yang di dalamnya berbaris mata pelajaran Geografi, Ekonomi, Sosiologi, dan Sejarah, belum lagi penambahan mata pelajaran Perkoperasian dan Kewirausahaan. Sehingga kebutuhan laboratorium berbasis social science memang lebih urgent diadakan di SMA, meskipun tingkat SMP juga perlu. Pembelajaran social science akan lebih bermakna apabila siswa diajak untuk dapat bereksperimen secara ilmiah maupun teknis terhadap masalah-masalah kontekstual. Selain juga bagaimana miniatur kehidupan kemasyarakatan dapat dilihat kemudian mampu dikaji secara ilmiah oleh siswa melalui laboratorium. Dengan demikian, kebutuhan laboratorium di SMA tidak semata-mata tertuju pada bidang studi eksakta, melainkan juga pada bidang studi ilmu pengetahuan sosial.

Sebagai alumni IPS, dengan tegas mengatakan bahwa Geografi merupakan mata pelajaran yang paling memiliki keharusan untuk segera ditunjang dengan adanya laboratorium. Ibarat kalau banyak alih mengatakan social laboratory tidak perlu diadakan mengingat nomenklatur “sosial’ yang berarti masyarakat sebagai fokusnya, sehingga dikatakan kurang relevan untuk diberi ruangan laboratorium, maka Geografi menjadi yang anti alasan tersebut. Meminjam pengertian Prof. Bintarto (1981) yang mendefinisikan Geografi sebagai ‘’ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut kehidupan makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan“.

Dengan begitu, berarti ada kesempatan siswa IPS untuk melakukan eksperimen secara ilmiah, bagaimana gejala-gejala permukaan bumi tidak sekadar teori-teori yang dihafal. Juga bagaimana kemudian siswa dapat menciptakan ide-ide tentang kebencanaan, solusi pemanasan global, dan gagasan-gagasan cemerlang lainnya. Gagasan-gagasan itulah yang nantinya akan menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia. Sehingga, hadirnya laboratorium Geografi dapat menjadi kebanggaan tersendiri bagi siswa IPS di SMA.

Regulasi Tak Mendukung

Langkanya laboratorium untuk IPS di sejumlah SMA, jangan dijadikan penyalahan. Karena memang tidak ada regulasi yang mewajibkan SMA untuk menyediakan ruang laboratorium berbasis IPS. Misalnya saja Permendiknas No. 24 Tahun 2007 yang menyebutkan standar sarana dan prasarana SMA untuk ruang laboratorium, sekurang-kurangnya harus memiliki laboratorium biologi, fisika, kimia, komputer dan bahasa, sedangkan untuk laboratorium geografi dan kawan-kawan belum disyaratkan. Padahal  social laboratory sangat familiar di Perguruan Tinggi, yang di dalamnya berbaris laboratorium sosiologi, geografi, ekonomi, antropologi, dan sejarah. Dengan adanya kelangkaan laboratorium tersebut di SMA, maka muncul pertanyaan; apakah siswa IPS SMA masih terlalu prematur untuk ditunjang dengan laboratorium? Padahal syarat untuk menjadi seorang Presiden Indonesia cukup dengan ijazah SMA lho.

Harapan

Siswa IPS kini menaruh harapan besar terhadap guru-guru, khususnya yang memiliki basis di bidang social science, untuk bersedia memperjuangkan terwujudnya cita-cita itu. Merekalah wali yang dapat mengomunikasikan keinginan siswa kepada pihak sekolah maupun pemerintah. Tidak hanya mengomunikasikan, tetapi kemudian meyakinkan mereka tentang pentingnya laboratorium berbasis IPS. Sehingga laboratorium untuk siswa IPS dapat diadakan oleh sekolah, bahkan mengamanatkannya secara nasional dalam bentuk regulasi.

Siswa IPS SMA menunggu laboratorium haknya, dan pemerintah menunggu ide-ide penemuan mereka untuk solusi masalah bangsa, seakan hanya menjadi syair tanpa nada. Entah sampai kapan keduanya saling menunggu.

Oleh Sukisno

Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung

dan Alumni IPS di SMA Almamater Tercintanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun