Mohon tunggu...
ukim komarudin
ukim komarudin Mohon Tunggu... -

Guru SMP Labschool Kebayoran, Penulis, dan Motivator

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Format Sekolah Unggulan

5 Juni 2014   15:28 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:14 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Istilah sekolah unggulan pernah menggejala dan menjadi trend di negeri ini. Sebuah sekolah yang diberi label sekolah unggulan akan naik derajatnya dan tentu saja diminati oleh banyak peserta didik. Kala itu, sekolah unggulan bisa menunjukkan kastanya dengan memperlengkapi dirinya dengan beragam ciri yang melekat, seperti: peserta didik yang datang adalah siswa pilihan atas kecerdasan akademiknya dan mahal biaya uang masuk atau SPP-nya.

Meski demikian, orangtua tetap kuat animonya. Berapa pun biaya yang harus ditanggung tetap terlunasi. Sebab bersekolah di sekolah unggulan adalah sebuah prestise. Bukankah tidak semua orang bisa belajar di lembaga pendidikan yang semua peserta didiknya unggul?

Lalu, apakah yang kemudian bisa dipertanggungjawabkan atas semua prestise itu? Prestasi, tentunya. Setiap ananda akan diterima di sekolah unggulan kembali atau di perguruan tinggi ternama. Sebab itulah yang disukai masyarakat kita. Kemudian, ternyata keberhasilan pencapaian akhir itu atas peran sebuah bimbingan belajar tertentu atau guru prifat yang datang ke rumah, itu bukan soal. Sebab perjuangan menuju pulau harapan memang erat terkait dengan beragam resiko dan pengorbanan.

Ketika konsep sekolah unggulan itu dikomunikasikan kepada Pak Arief, ternyata ditemukan konsep yang berbeda. “Makna sekolah Unggulan yang  lekat di masyarakat adalah unggulan yang berorientasi hasil. Padahal yang lebih dibutuhkan masyarakat dan menjadi hakikat layanan pendidikan adalah unggulan proses.’ Demikian beliau mengawali.

“Pada sekolah-sekolah yang mengedepankan unggulan proses, segenap potensi peserta didik dikelola dengan sungguh-sungguh dengan harapan potensi peserta  berkembang menjadi prestasi. Dalam kurun 6 tahun di SD atau 3 tahun di SMP atau SMA, pengelola akan “berlari” mengembangkan 5 potensi peserta didik, yakni: potensi spiritual, potensi emosional, potensi sosial, potensi jasmani, dan potensi intelektual. Setiap saat 5 potensi itu diasah agar lambat laun muncul sebagai sebuah prestasi unik setiap peserta didik. Bisa jadi, ada yang cepat tumbuh pada spiritualnya, atau mungkin emosionalnya, bisa jadi yang cepat diketahui riaknya adalah perkembangan potensi sosialnya. Dalam proses pula, akan terdapat kemungkinan ananda yang cepat terasah potensi jasmaninya, dan tak luput seperti keinginan setiap orangtua pada anak yang dicintainya, yakni berkembang potensi intelektualnya.

Dalam sekolah-sekolah yang mengaku sebagai sekolah unggulan proses dirasakan adanya usaha sadar yang diupayakan untuk membentuk suasana yang kondusif.Yang dalam konsep Prof. Dr. Conny Semiawan sebagai an invitation learning environment, yakni lingkungan belajar yang “mengundang”.

Memahami konsep unggulan proses sebagaimana disampaikan Prof Arief berarti harus diciptakan sekolah yang menyediakan dirinya untuk menerima segenap ekpresisetiap peserta didik. Yang lebih penting, bagiamana para guru atau orang dewasa lainnya berkenan memberikan apresiasi dan refleksi.

Apabila hal di atas terjadi, bukan mustahil tumbuh peserta didik yang bukan hanya inteletualnya yang luar biasa tetapi juga spiritual, emosional, social, dan kemampuan menata jasmaninya juga unggul.

Semoga kita termasuk orang dewasa yang bersungguh-sungguh melayani pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun